Renungan 26 Nopember 2011

Dan 7: 15-27
Mzm Dan 3:82.83.84.85.86.87
Luk 21:34-36

Berjaga-jaga dan berdoalah!

Anjuran Yesus untuk berjaga-jaga dalam Injil Lukas merupakan bagian kesimpulan dari diskursus eskatologisnya (tentang akhir zaman).

Berjaga-jaga memiliki dua makna: Pertama,Para pengikut Kristus hendaknya menanti kedatangan Yesus dengan penuh kerinduan. Ini seperti anamnesis dalam ekaristi mingguan: “kedatanganNya kita rindukan”. Menantikan kedatangan Yesus dengan segala kemuliaanNya ini ditandai dengan sikap bathin menjaga diri dari kenikmatan dunia sebagaimana dikatakan Yesus sendiri: “Jagalah dirimu, jangan sampai hatimu sarat dengan pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba datang jatuh ke atas dirimu seperti jerat”. Pesta pora dan kemabukan dapat disingkat dengan satu kata kunci: sensualitas (sensuality). Sensualitas membuat orang lupa diri dan tetap mau menikmati hal-hal yang fana padahal hidup ini sifatnya sementara saja.

Kedua, Para pengikut Kristus berdoa. Doa membuat setiap pribadi mampu memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan. Bagi Santu Lukas, Doa merupakan saat orang dikuatkan untuk bertahan dalam segala situasi hidupnya sehingga layak menanti kedatangan Anak Manusia. Yesus berkata: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa agar kalian mendapat kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi, dan agar kalian bertahan di hadapan Anak Manusia”

Anak manusia adalah terjemahan dari kata bahas Yunani: huios tou anthropou yang kiranya sepadan dengan kata bahasa Yahudi: ben adam atau ben enosh. Dalam dunia Perjanjian Lama kata ini merujuk pada umat manusia secara umum. Ketika Tuhan memanggil Yehezkiel: “Anak manusia berdirilah! Saya hendak berbicara denganmu” (Yeh 2:1). Anak Manusia dalam bahasa Aram bar anash menurut visi Daniel: “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah Ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan Ia dibawa ke hadapanNya. Lalu diberikan kepadanya dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya” (Dan 7: 13-14).

Anak manusia adalah gelar yang Yesus berikan untuk diriNya sendiri. Ia menggunakannya dalam konteks yang berbeda terutama ketika Dia berbicara tentang kondisi manusia seprti ketika ia berbicara tentang Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala (Mat 8:20), ketika Ia berbicara tentang kuasa mengampuni dosa (Mark 2:10), ketika melukiskan tentang tugas misinya sebagai Mesias yang mencari dan menyelamatkan yang tersesat (Luk 19:10), ketika berbicara tentang sengsara dan wafatNya (Mark 9:31) dan juga perikop kita ini tentang akhir zaman.

Sikap yang perlu dibangun untuk menjawabi anjuran Tuhan dalam berjaga-jaga adalah sikap lepas bebas. Dalam arti satu sikap yang membuat kita tidak terikat dengan segala sesuatu di atas dunia ini. Semua kenikmatan ini akan berlalu maka janganlah hati kita terikat padanya. Barang-barang bisa rusak, manusia menjadi tua dan meninggal dunia tetapi kasih Allah itu kekal adanya. Atau spirit bacaan pertama: segala kekuasaan dan kemuliaan serta keagungan adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah dan semua orang kudus yang bersatu denganNya.

Hari ini hari terakhir dalam tahun liturgi dan dengan diinspirasikan oleh Sabda Tuhan, sekali lagi kita berseru bersama: “Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya!”

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply