Renungan 30 Maret 2012

Hari Jumat Pekan Prapaskah VB

Yer 20:10-13
Mzm 18:2-3a.3b-4.5-6.7
Yoh 10:31-42


Bertahan dalam derita!



Nabi Yeremia curhat! Pokok persoalan yang membuatnya curhat hari ini adalah mengapa manusia dapat berubah-ubah pikiran dan perilakunya? Mengapa manusia dapat menjadi sahabat  pada saat ini dan nanti dapat berubah menjadi musuh. Atau sebaliknya mengapa ada manusia yang saat ini dapat menjadi musuh dan kemudian berubah menjadi sahabat? Pengalaman ini membingungkan Nabi Yeremia di hadapan manusia! Tetapi berbeda ketika berada di hadirat Tuhan. Ternyata Tuhan adalah pribadi yang tetap setia mendampinginya.

Nabi Yeremia mendengar bisikan banyak orang bahwa kegentaran datang dari berbagai jurusan dengan seruan untuk mengadukan dirinya. Ia juga mengakui bahwa semua sahabat karibnya mengintai apakah ia tersandung jatuh. Mereka berkata: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan melakukan pembalasan kita terhadap dia!” Di balik rencana jahat dari para sahabatnya, Yeremia sadar bahwa masih ada Tuhan yang setia padanya. Yeremia mengakui bahwa Tuhan menyertainya seperti pahlawan yang gagah perkasa dan pasti menaklukan para musuhnya. Dari situ Yeremia berdoa: “Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat bathin dan hati biarlah aku melihat pembalasanMu terhadap mereka, sebab kepadaMulah kuserahkan perkaraku.”

Pengalaman Yeremia juga mirip dengan pengalaman Yesus. Orang-orang Yahudi selalu ada bersama Yesus untuk mendengar pengajaranNya dan menyaksikan serta mengalami secara langsung perbuatan-perbuatan ajaib yang menunjukkan bahwa Kerajaan Allah sungguh-sungguh hadir ditengah-tengah mereka. Namun demikian orang-orang sebangsaNya mau melempariNya dengan batu. Mereka berprinsip bahwa Yesus layak dilempari dengan batu bukan karena perbuatan-perbuatan ajaib dan baik yang sudah dilakukannya tetapi karena Yesus menghujat Allah sekaligus menyamakan diri dengan Allah. Yesus telah mengakui diriNya sebagai Anak Allah.

Yesus berusaha melakukan pembelaan diri dengan mengingatkan orang Yahudi akan segala pekerjaan yang diberikan Bapa kepadaNya. Ia berkata: “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapakKu, janganlah kamu percaya kepadaKu. Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa ada di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”


Hidup menjadi lebih bermartabat ketika orang menerima hidup apa adanya dan juga menghayatinya sebagai sebuah anugerah dari Tuhan. Di saat-saat bergumul terutama dalam menghayati hidup sebagai sebuah anugerah ini, orang dapat merasakan bahwa ia “membutuhkan kehadiran dan campur tangan Tuhan”.  Ketika berhadapan dengan sahabat-sahabat yang tidak setia, Yeremia hanya punya harapan yakni Tuhan yang melihat bathin dan hati. Di saat ditolak oleh orang-orang Yahudi, Yesus masih meminta orang-orang Yahudi untuk percaya pada semua pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepadaNya.


Hari ini kita bersukacita karena dalam bergumul dengan kehidupan ini, kita masih memiliki Tuhan yang setia. Para sahabat, atau teman dan kawan boleh meninggalkan kita tetapi Tuhan tidak meninggalkan kita karena Dia setia adanya. Dia tidak melupakan kita (Yes 49:15). Di saat-saat yang sulit seperti ada seribu satu beban hidup, saat mengalami luka dalam bathin, saat kita tidak lagi dihargai atau dianggap sampah ingatlah bahwa Tuhan tetap ada bersama kita. Ingatlah: Manusia boleh meninggalkanmu tetapi Tuhan tidak akan meninggalkanmu. Apakah anda dapat bertahan dalam derita?

Doa: Tuhan terima kasih atas penyertaanMu bagiku

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply