Renungan 21 April 2012

Sabtu Pekan II Paskah

Kis 6:1-7
Mzm 33:1-2.4-5.18-19
Yoh 6:16-21

Jangan Takut Untuk Melayani!




Seorang pengurus wilayah di sebuah Paroki mendatangi Romo di Paroki untuk curhat. Dia merasa sakit hati karena ada umat di wilayahnya bersungut-sungut karena dana papa dari Gereja belum diterima. Masalahnya sederhana, para pengurus sedang menertibkan sistem dan memberlakukan pastoral berbasis data. Jadi data-data itu belum masuk ke data base Paroki secara lengkap. Namun demikian bersungut-sungut ini selalu menjadi terror baginya. Setiap hari selalu ada SMS bahkan kadang mengatakan, “Kalau Gereja tidak mau membantu lagi juga tidak apa-apa.” Romo di Paroki itu menjawab, “Tenanglah, itu hanya satu orang di wilayahmu. Wilayah lain memiliki lebih banyak dari itu.” “Iya Romo, walaupun satu tetapi seperti seekor nyamuk yang mengganggu di telingaku” Jawab pengurus wilayah itu. Pengalaman sederhana ini pernah dialami komunitas para Gereja Perdana.

Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu ciri khas komunitas Gereja Perdana di Yerusalem adalah semangat sehati sejiwa. Semangat ini ditandai dengan sikap saling berbagi sehingga di antara mereka tidak ada yang kekurangan suatu apa pun (Kis 2:44-47). Kekhasan ini menjadi kuat ketika para Rasul terjun langsung dalam tugas untuk melayani. Akibat pewartaan yang tekun dari para Rasul maka orang-orang yang percaya kepada Yesus bertambah. Mereka bukan hanya orang-orang Yahudi tetapi orang-orang bukan Yahudi pun percaya kepada Yesus.

Persoalan yang muncul adalah bagaimana semangat sehati dan sejiwa yang diwujudkan dalam semangat saling berbagi itu dapat terlaksana dengan baik? Ada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani bersungut-sungut karena pelayanan kasih kepada para janda tidak merata. Dengan demikian para rasul berkumpul dan memutuskan untuk membagi tanggung jawab dengan semua orang yang percaya. Pertemuan ini menghasilkan satu keputusan penting: para rasul yang tadinya tidak puas karena melalaikan Sabda untuk melayani meja bersedia berbagi tugas dan tanggung jawab kepada para pilihan yang punya tugas istimewa untuk melayani. Mereka inilah yang disebut Diakon. Komunitas berhasil memilih tujuh diakon yang dianggap baik, penuh Roh Kudus dan bijaksana. Salah satu di antara mereka yang terkenal adalah Stefanus. Dampaknya adalah Firman Allah semakin tersebar ke mana-mana dan jumlah murid Tuhan makin bertambah. Para imam Yahudi pun ada yang bertobat.

Penginjil Yohanes mengisahkan bahwa para murid Yesus merasa puas dengan mujizat penggandaan roti dan ikan. Ini adalah pengalaman berbagi yang luar biasa. Banyak di antara orang-orang yang mengalami mukjizat ini berniat untuk mengangkat Yesus sebagai raja. Yesus dikhabarkan menyingkir ke gunung dan menyendiri. Ini adalah saat untuk bersatu dengan Bapa. Para Murid sendiri saking bahagia dan percaya diri maka mereka memberanikan diri untuk pergi menyebrangi danau tanpa Yesus. Ketika perahu mereka diterpa badai, mereka ketakutan. Yesus berjalan di atas air dan berseru kepada mereka, “Ini Aku, Jangan Takut!”

Komunitas Gereja perdana sebagaimana dilukiskan St. Lukas menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan Gereja hingga saat ini. Hal yang dosoroti oleh Lukas adalah bahwa di dalam komunitas perlu ada para pelayan tertentu yang bertugas untuk melayani Sabda, melayani Jemaat dan memimpin jemaat. Tugas-tugas ini yang kemudian diambil oleh para imam, uskup dan Paus tertahbis untuk mewartakan Sabda, melayani sakramen-sakramen di dalam Gereja dan memimpin Gereja. Di dalam Gereja katolik juga terdapat Diakon yang memiliki tahbisan khusus untuk melayani Gereja baik sabda maupun beberapa pelayanan sakramen sebelum mereka ditahbiskan penuh di dalam Gereja katolik.

Meskipun sudah memiliki hirarki dengan aneka pelayanan, namun bersungut-sungut selalu ada. Umat bersungut-sungut kalau para gembalanya melayani pilih kasih dan mengabaikan umat yang lain. Gembala yang tidak menyiapkan diri untuk melayani Sabda, Sakramen dan memimpin umat. Bersungut-sungut selalu ada di dalam Gereja dan tidak akan terhapus. Darah Yesus saja tidak mempan dalam menghapus sikap bersungut-sungut dikalangan umat.

Mengapa selalu ada rasa bersungut-sungut di kalangan umat? Karena Gereja berpikir dapat berjalan sendiri tanpa Yesus. Gereja seperti bahtera yang dipakai para rasul dan belayar sendiri tanpa pendampingan dari Yesus. Nah, perlu adanya mukjizat baru. Yesus perlu berjalan di atas air dan berseru, “Jangan takut, Aku ini!” kepada GerejaNya. Terkadang ketakutan Gereja justru pada rasa bersungut-sungut ini. Bagaimana membangun komunikasi yang baik untuk mereka yang bersungut-sungut ini?

Sabda Tuhan pada hari ini memfokuskan kita semua pada satu kata, “melayani”. Mari kita melayani lebih sungguh kepada semua orang tanpa pamrih. Melayani materi kepada yang berkekurangan. Melayani Sabda sebagaimana diperintahkan Yesus yakni kepada segala makhluk sampai ke ujung dunia. Melayani Sakramen-sakramen sebagai jalan menuju kekudusan. Kita butuh Tuhan yang mendampingi dan meneguhkan kita dengan kata-kataNya, “Aku ini, Jangan takut!” Maukah anda melayani dan berbagi?

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply