Renungan 23 April 2012

Senin Pekan III Paskah

Kis 6:8-15
Mzm 119:23-24.26-27.29-30
Yoh 6:22-29

Percayalah kepada Yesus!



Ada sebatang pohon yang memiliki daun hijau di tengah sebuah padang. Pada saat musim kemarau tiba, seekor ulat kebingungan mencari makanan untuk dapat bertahan hidup. Ulat itu menghampiri pohon tersebut. Dia bertanya kepada pohon,”Pohon terkasih, apakah anda dapat membantu aku?” Pohon bertanya, “Apa yang dapat aku berikan kepadamu?” Ulat itu berkata, “Berikanlah daun-daunmu yang hijau kepadaku supaya aku makan sehingga dapat bertahan hidup selama musim ini”. Pohon itu pun tanpa ragu berkata, “Untuk hidupmu, aku rela memberikan apa saja yang berguna untukmu”. Maka terjadilah sepanjang musim kemarau, daun pohon itu digerogoti oleh ulat dan keturunannya sehingga mereka dapat bertahan hidup.

Banyak orang mencari Yesus. Mereka ingin merasakan kenyamanan dalam segala hal. Sabda yang mereka dengar melalui pengajaranNya membuat mereka merasakan sesuatu yang baru yaitu hidup mereka diteguhkan. Mereka juga menyaksikan mukjizat yang menunjukkan kebesaranNya sebagai Immanuel. Pengalaman yang barusan dirasakan oleh para muridNya adalah mereka menyaksikan penggandaan roti dan ikan, membagikannya dan disantap gratis bahkan masih ada sisa. Jadi makan gratis ikan dan roti menjadi satu motivasi bagi mereka untuk mencari Yesus, di samping hasrat lain  yaitu untuk menjadikanNya sebagai raja. Mengetahui situasi hati mereka ini, Tuhan Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, tetapi melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan binasa, melainkan untuk makanan yang dapat bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.” Ketika mendengar perkataan Yesus ini mereka semua menjadi sadar dan bertanya tentang jenis pekerjaan mana yang harus mereka lakukan. Yesus menjawab mereka bahwa pekerjaan yang diminta adalah percaya kepadaNya sebagai utusan Bapa, Dia yang disahkan oleh Bapa dengan meteraiNya.

Perkataan Yesus ini membuat kita teringat pada dialogNya dengan wanita Samaria (Yoh 4:1-42). Ketika Yesus meminta minum kepadanya, ia menolak memberi minum. Tetapi dalam dialog selanjutnya, Yesus berkata, “Barangsiapa minum air yang akan Aku berikan tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai ke hidup yang kekal.”(Yoh 4: 14). Pada perikop kita kali ini Yesus memberikan roti dan ikan kepada banyak orang. Kita memahami Roti saat ini sebagai Roti Ekaristi sebagai lambang Tubuh Yesus sendiri yang menyelamatkan umat manusia. Penginjil Yohanes mengatakan bahwa Yesus tidak hanya member TubuhNya sebagai makanan dalam rupa roti tetapi juga RohNya, sang Penghibur yang dijanjikan sebagaimana dilambangkan oleh air yang terus menerus mengalir tanpa henti dalam hidup manusia.

Pengalaman akan Yesus yang memberi diriNya sampai tuntas ini dirasakan oleh para muridNya dan semua orang yang mendengar pengajaran mereka setelah Hari Raya Pentekosta di Yerusalem. Banyak orang menjadi percaya kepada Yesus yang bangkit mulia melalui pewartaan para Rasul. Percaya berarti menerima Yesus dan mewartakanNya kepada orang lain. Percaya ini ditunjukkan dengan perbuatan nyata dalam pelayanan kasih.


St. Lukas dalam Kisah Para Rasul menceritakan kisah kemartiran Stefanus di mulai dengan mengadilinya. Stefanus adalah salah seorang Diakon dari tujuh Diakon pertama di dalam Gereja perdana. Dia penuh dengan Roh Kudus sehingga membuat mukjizat dan tanda-tanda, dia berani mengajar dan memberikan kesaksian kepada banyak orang. Orang-orang yang bersoal jawab dengan dia merasakan kebijaksanaan Allah di dalam diri Stefanus. Ia menjelaskan tentang Yesus orang Nazaret yang tekah dibunuh, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Pengalaman ini mirip dengan perkataan Yesus yang mengatakan bahwa rombak bait Allah dan Dia akan membangunnya dalam waktu tiga hari (Yoh 2:19). Itu sebabnya Stefanus dituding menghujat Allah dengan menghina tempat kudus dan hukum Taurat. Hal yang menakjubkan adalah, semua orang yang berada di pengadilan melihat wajah stefanus seperti seorang malaikat.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk sadar dan membaharui motivasi kita sebagai pengikuti Kristus. Pertanyaan untuk kita adalah apa alasan mendasar anda dibaptis,  menerima serta mengikuti Yesus? Ternyata mengikuti Yesus berarti siap menjadi martir. Mengikuti Yesus berarti siap dicaci maki, siap dianiaya bahkan siap menyerahkan nyawa sebagai tanda kasih kepadaNya seperti Stefanus. Yesus pernah berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah, karena upahmu besar di surga.” (Mat 5:11-12). Jangan takut! Kita tetap belajar dari kemartiran Yesus. Ia yang telah memberikan segalanya bagi kita. Tubuh dan DarahNya ditumpahkan bagi kita. Ia pun masih menguatkan kita secara sakramen melalui Ekaristi yang diterima dalam rupa roti dan anggur. Ekaristi mengubah sekaligus menguatkan kita semua. Dia sendirilah yang melakukannya di dalam hidup kita.


Hidup kita akan semakin berarti apabila kita tidak berhenti berbuat baik. Kita memberi diri  sebagai kurban sehingga membuat orang lain memiliki nilai kehidupan. Sama seperti pohon yang memberi dirinya digerogoti oleh ulat kecil sehingga memberi kehidupan kepada ulat-ulat itu demikian semua pengurbanan hidup kita juga memberi arti kehidupan kepada sesama. Mampukah kita menyerupai Kristus Tuhan kita?


PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply