Renungan 5 Juni 2012

St. Bonifasius, Martir
2 Pt 3:12-15a.17-18
Mzm 90: 2.3-4.10.14.16
Mrk 12:13-17

Manusia, Ingatlah bahwa engkau Gambar Allah!

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Santo Bonifasius. Bonifasius dengan nama kecil Winfred lahir di Kirton, Inggris pada tahun 672. Ia berasal dari keluarga bangsawan. Ketika menjadi dewasa ia masuk menjadi biarawan Benediktin. Pada usia ke-30 ia ditahbiskan menjadi imam dan menjadi misonaris di Jerman atas perintah Paus Gregorius II. Sebagai misionaris, ia bertugas mewartakan Injil. Banyak orang Jerman yang bertobat karena pewartaannya, terutama setelah menjadi uskup.

Kisah singkat kehidupan St. Bonifasius membuat kita mengerti bahwa sebagai seorang uskup, ia memiliki komitmen terhadap panggilannya. Ia punya pilihan hidup untuk melayani Tuhan sebagai wujud kasihnya. Tetapi pada saat yang sama ia juga berhadapan dengan orang-orang Jerman yang belum mengenal Tuhan. Bonifasius lalu punya pilihan: menyembah Tuhan dan mewartakanNya atau menjadi murtad dan menyembah berhala yakni menyembah pohon Ek raksasa yang dianggap menjadi tempat tinggal dewa Thor (dewa guntur dan dewa perang) bagi orang Jerman. Ternyata Bonifasius setia kepada Tuhan dan ia gugur bersama 52 umatnya sebagai martir pada saat sedang merayakan ekaristi di Frisia.

Kisah Bonifasius dapat membantu kita untuk memahami Injil pada hari ini. Orang-orang Farisi dan Herodian mengenal Yesus sebagai pribadi yang jujur, tidak takut kepada siapa pun, tidak mencari muka, jujur mengatakan jalan Allah. Sebenarnya ini ungkapan kemunafikan mereka di hadapan Yesus. Selanjutnya mereka bertanya kepada Yesus apakah boleh membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka. Dia justru meminta koin dengan gambar dan tulisan Kaisar. Maka dengan tegas Yesus berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar dan kepada Allah yang menjadi Hak Allah.” Ini sungguh mengherankan mereka karena yang mereka inginkan adalah jawaban Yesus: ya atau tidak membayar pajak kepada Kaisar!

Yesus menanyakan kaum Farisi dan Herodian tentang “Gambar” dan “Tulisan”. Lalu Ia berkata, “Berikanlah kepada Kaisar yang menjadi hak Kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah”. Yesus mau mengatakan bahwa di dalam hidup ini ada titik keseimbangan antara hal duniawi dan penguasanya dan hal surgawi dengan penguasanya. Kepada pemerintah duniawi setiap orang dituntut untuk mematuhinya. Ini adalah tanda kerendahan hati dan kasih kepada sesama. Dengan Tuhan, manusia juga dituntut untuk mematuhi Tuhan. Yesus mau menegaskan bahwa manusia adalah “Gambar Allah atau rupa Allah” maka tugas manusia adalah menyembah dan memuliakan Allah. Manusia harus memberi dirinya secara total kepada Allah karena manusia sudah diciptakan secitra dengan Allah.

Kita sebagai manusia diciptakan sewajah dengan Tuhan. Apa yang harus kita dilakukan? Petrus dalam bacaan pertama berusaha meyakinkan kita untuk selalu siap menantikan langit dan bumi yang baru. Artinya selalu siap untuk bersatu dengan Tuhan pencipta kita. Di langit dan bumi yang baru itu ada kebenaran. Sikap bathin untuk menantikan langit dan bumi yang baru adalah hidup sebagai orang kudus artinya, tidak bercacat, tidak bernoda di hadapan Allah sendiri. Ada rekonsiliasi dengan Tuhan, dalam arti sikap bathin yang penuh pertobatan. Petrus juga mengharapkan agar kita bertumbuh dalam kasih karunia dan semakin mengenal Tuhan Yesus sebagai satu-satunya juru selamat kita.

Sabda Tuhan hari ini sungguh bermakna dan punya power istimewa. Kita semua disadarkan untuk bersukacita karena diciptakan sewajah dengan Tuhan sang Pencipta sendiri. Ya, kita segambar atau sewajah denganNya dan Ia menulis hukum kasihNya di dalam hati kita. Maka tugas kita adalah memberi diri secara total kepadaNya karena kita adalah milikNya. Kesadaran bahwa kita diciptakan sewajah dengan Tuhan akan membuat kita bertobat dan menjadi kudus, tak bercela di hadapanNya. Apakah kita pernah sadar bahwa kita ini diciptakan sewajah dengan Tuhan?

Sabda Tuhan juga mengoreksi kita untuk menghilangkan kemunafikan di hadapan Tuhan dan sesama. Apabila anda memuji dan menyembah Tuhan maka pujilah dan sembahlah Dia dengan segenap hati. Demikian juga terhadap sesama, apabila anda memberi pujian, berikanlah itu dengan tulus dan jangan munafik. Kadang-kadang ada orang yang suka menyanjung tetapi di belakang hobbynya “back-biting”. Apakah anda berani berubah?

Doa: Tuhan buatlah kami menjadi kudus, sebagaimana Engkau kudus adanya. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply