Renungan 19 Juni 2012

Selasa Pekan Biasa XI

1Raj 21:17-29
Mzm 51:3-4.5-6a.11.16
Mat 5:43-48
Mengasihi Musuh?

Amerika serikat pernah mengalami masa-masa sulit. Mereka juga mengalami perang saudara, dan banyak di antara penduduk Amerika yang merasa bahwa musuh itu tetaplah musuh yang harus dilawan atau dibasmi. Dalam suatu acara makan bersama, Presiden Abraham Lincoln dimintai pendapatnya tentang para musuh di bagian selatan. Dengan tenang ia berkata,”Saudara-saudara di bagian selatan sedang membuat kesalahan yang tidak mereka pahami. Oleh karena itu kita tidak punya kuasa untuk membasmi mereka karena mereka bukan musuh kita.” Perkataan Lincoln ini membuat orang-orang saat itu emosi tingkat dewa. Seorang ibu sambil mengacungkan tangan berkata, “Tuan Presiden, seharusnya anda malu dengan perkataanmu itu. Mereka telah memusuhi kita maka bukankan lebih baik anda menyiapkan strategi untuk menghancurkan mereka? Lincoln menjawab, “Tenanglah bu. Dengar aku berbicara. Bukankah kita telah menghancurkan permusuhan kita dengan menjadikan mereka saudara dan sahabat kita?” Ibu itu hanya membuka mulut kemudian menunduk, malu. Kita telah menghancurkan permusuhan dengan menjadikan mereka sahabat-sahabat kita. 
Kata-kata Presiden Lincoln ini membuka wawasan kita untuk memahami Injil hari ini. Kemarin kita mendengar Yesus mengajak kita untuk tidak melawan orang yang berbuat jahat. Hari ini Ia mengajak kita untuk berpikir dan diharapkan mengubah prilaku terhadap para musuh dan orang-orang yang menyakiti kita. Ia berkata, “Kalian telah mendengar disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu’.” Kitab Perjanjian Lama mengatakan tentang mengasihi sesama (Im 19:18). Ini adalah sebuah tindakan solidaritas sebagai sesama umat Allah. Musuh-musuh harus dibasmi (Ul 7:2), meskipun ini dalam pengertian musuh-musuh Israel. Dalam Kitab Mazmur terdapat juga  mazmur yang inti doanya adalah untuk menghancurkan musuh (Mzm 17:3; 28:4; 137:8-9). 
Yesus melanjutkan pengajaranNya, “Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian.” Sekali lagi Yesus senantiasa berbeda. Musuh-musuh bukan untuk dibenci atau dikutuk melainkan untuk dikasihi. Orang-orang yang menyakiti atau menganiaya bukan untuk dimusuhi dan dikutuk tetapi didoakan supaya mereka berubah dalam hidupnya. Di dalam Kitab Perjanjian Baru terdapat banyak perikop yang mengajak kita untuk mengasihi musuh-musuh: Mrk 12:31; Luk 10:27; Rm 13:9; Gal 5:14; Rm 12:20; Luk 23:34; Kis 7:60; Rm 12:14; Ef 5:1
Mengapa Yesus menghendaki agar kita mengasihi musuh? Satu alasan yang pasti dari Yesus adalah: Karena Bapa di Surga menunjukkan contoh yang tepat tentang mengasihi dan mengampuni. Ia menciptakan segala sesuatu misalnya matahari dan hujan untuk orang yang baik dan jahat. Bapa di Surga itu sempurna dan sebagai anak-anak dari Bapa hendaknya menjadi sempurna seperti Dia. Kita pun diajak Yesus untuk menyerupai Bapa yang memiliki kuasa untuk mengasihi dan mengampuni semua orang. Mereka bukanlah musuh tetapi usaha menghancurkan permusuhan adalah jalan benar kepada keselamatan. Kita semua adalah anak-anak Tuhan.


Fokus pewartaan lain yang kiranya patut kita renungkan adalah tentang cinta kasih. Yesus berkata, “Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah juga berbuat demikian?” Cinta kasih itu sifatnya universal dan sebagai anak-anak Allah dituntut agar  memiliki nilai “lebih” dalam mengasihi. Nilai lebihnya terdapat dalam kemampuan kita untuk mengasihi musuh yang kurang dihayati para pemungut cukai dan kaum pendosa lainnya. 
Kuasa mengampuni dari Tuhan membuat manusia juga berubah secara radikal. Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah Ahab sebagai raja yang berdiam di Samaria. Ia dan Izebel isterinya telah melakukan kesalahan besar dengan membunuh Nabot supaya dapat memiliki kebun anggur milik Nabot orang Yisreel. Namun Tuhan melalui nabi Elia berhasil mengubah hidup Ahab menjadi baru.  Ahab bertobat, memohon ampun dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahannya lagi. Dengan demikian malapetaka untuk Ahab dijauhi. Yah manusia dapat berubah ketika Tuhan menjamah mereka. Tuhan memiliki belas kasih yang besar bagi umat manusia yang mau mendengar dan bertobat.
Bacaan-bacaan hari ini sangat menantang kita semua: Musuh-musuh dikasihi. Orang yang menganiaya didoakan. Orang yang membunuh dan bertobat diampuni Tuhan. Mengapa demikian? Karena Tuhan Allah sendiri mengampuni tanpa batas! Hal penting yang dicari Tuhan dalam diri kita adalah keterbukaan hati dan kemauan untuk bertobat. Tanda positif pencobaan adalah rekonsiliasi dengan Tuhan dan sesama. Mari kita masuk dalam Sabda dan meresapinya: Berdamai dengan Tuhan sama  dengan berdamai dengan sesama! 
Bagaimana dengan anda? Duduklah dengan tenang. Pikirkanlah siapa yang menjadi musuhmu. Siapa yang sudah menganiayamu secara fisik dan verbal. Tulislah nama mereka di buku harianmu dan doakanlah mereka setiap hari. Perlahan-lahan kuasa doamu akan dirasakan oleh para musuhmu. Mereka perlahan-lahan berubah karena Tuhan menyentuh hati mereka. Dengan demikian anda dapat menjadi kudus dan sempurna seperti Bapa di surga juga sempurna adanya. 
Doa: Tuhan, mampukan kami untuk  dapat mengasihi musuh-musuh. Amen
PJSDB 
Leave a Reply

Leave a Reply