Renungan 23 Juni 2012

Sabtu, Hari biasa Pekan XI

2Taw 24: 17-25
Mzm 89: 4-5.29-30.31-32. 33-34; 
Mat 6:24-34
Mengapa harus khawatir?
Kekhawatiran selalu menjadi bagian dari hidup manusia. Rasa khawatir adalah perasaan terganggu akibat bayangan atau pikiran buruk akan sesuatu yang dapat dialami sendiri atau dialami oleh orang yang dekat dengan kita. Biasanya rasa khawatir ini menimbulkan perasaan tidak nyaman karena bayangan kesulitan hidup yang akan dialami. Orang tua mungkin mengalami rasa khawatir ini ketika anak-anaknya belum ada yang menikah. Di satu pihak orang tua mau memiliki cucu, di lain pihak anak-anak belum siap untuk menikah. Rasa khawatir juga dapat terjadi dalam kehidupan ekonomi keluarga. Ketika pekerjaan sudah tidak menentu arahnya maka ada kekhawatiran akan pemenuhan kebutuhan hidup baik secara pribadi atau keluarga. Inilah pengalaman hidup yang tidak dapat kita pungkiri. 
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengingatkan kita: “Jangan khawatir akan hidupmu, apa yang hendak kalian makan atau minum, dan jangan khawatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kalian pakai. Bukankah hidup ini lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?” Contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana manusia khawatir dengan hidupnya terutama akan masa depan dan kebutuhan hidup yang semakin hari semakin bertambah. Untuk menguatkan para muridNya, Yesus memberi contoh konkret supaya jangan menjadi manusia yang khawatir: “Pandanglah burung-burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, toh diberi makan oleh Bapamu yang di Surga. Kalian melebihi burung di langit. Perhatikanlah bunga bakung di ladang yang tumbuh tanpa bekerja dan memintal.”
Lalu solusi apa yang tepat supaya manusia jangan khawatir di dalam hidupnya? Yesus menegaskan kepada para muridNya untuk menaruh seluruh harapannya kepada Allah. Caranya adalah dengan sikap menyembah kepadaNya sebagai satu-satunya Tuhan dan Allah. Jadi tepat apa yang dikatakan Yesus sendiri, “Tidak seorang pun dapat menyembah kepada dua tuan: misalnya di satu pihak menyembah Tuhan dan di lain pihak menyembah mamon (uang).” Terkadang manusia lebih menyembah uang dari pada Tuhan. Yesus juga mengingatkan para muridNya untuk selalu mencari Tuhan dan berharap kepadaNya. Dengan tegas Yesus berkata,“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu”. 
Rasa khawatir juga dapat melanda manusia terutama berdasarkan posisi atau status sosialnya. Orang-orang dapat bermusuhan karena rencana yang jahat yang keluar dari hatinya. Bacaan pertama memberi contoh rasa khawatir secara politis. Sesudah imam Yoyada meninggal maka para pemimpin Yehuda datang dan menyembah raja dan raja pun mendengarkan mereka. Mereka meninggalkan rumah Tuhan dan menyembah berhala kepada tiang-tiang dan patung-patung. Para nabi diutus Tuhan untuk menyadarkan mereka supaya kembali kepada Tuhan dan menyembahNya tetapi mereka tidak menerimanya bahkan membunuh para utusan Tuhan ini. Raja Yoas misalnya lupa diri ketika membunuh Zakharias, Putera Yoyada padahal Yoyada itu setia kepada Yoas. Pada akhirnya Yoas pun dibunuh. Kekhawatiran dapat membuat relasi antar pribadi berantakan.
Pada tahun yang lalu (2011) saya membaca sebuah buku karangan Paulus Wiratno berjudul “Kalahkanlah kekhawatiran dengan 5-B”. Buku kecil ini menarik perhatian karena memberi kiat 5B untuk mematikan rasa khawatir di dalam hidup kita. Apa yang dimaksud dengan 5B? Menurut Wiratno, supaya tidak ada rasa khawatir maka kita perlu “Berpikir positif, Berusaha, Berdoa, Berserah dan Bersyukur”. Apabila masing-masing pribadi menggunakan prinsip 5B ini maka tentu dunia kita menjadi baru.
Apakah dengan mengatakan “Jangan khawatir” dan memberi contoh burung di langit dan bunga bakung itu berarti manusia tidak perlu memaksa diri untuk bekerja? Yesus tidak memikirkan pola hidup seperti ini. Bekerja tetaplah menjadi bagian dari hidup manusia karena dengan bekerja setiap pribadi akan sungguh-sungguh menjadi manusia. Setiap pribadi juga akan mewujudkan hidup mereka sebagai bagian dari Tuhan sang  Pencipta. Yesus sendiri mengakui diriNya sebagai pekerja tulen dan bahwa Bapa di Surga juga tetap bekerja hingga saat ini (Yoh 5:17; 9:4).
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk menggantungkan seluruh hidup kita hanya pada rencana dan kehendak Tuhan Allah. Dialah Allah yang benar yang patut disembah. Kita ingat kata-kata peneguhan dari Petrus: “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Pet 5:7). Apakah anda masih khawatir juga? 
Doa: Tuhan, jauhkanlah kami dari segala kekhawatiran. Biarlah kami hanya menyembah Engkau, satu-satunya Tuhan dan Allah kami. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply