Renungan 27 Juni 2012

Hari Rabu, Pekan biasa XII

2Raj 22:8-13; 23:1-3
Mzm 119: 33-34.35-36.37.40
Mat 7:15-20

“Dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka”


“Hanya seporsi bakmi lalu aku mengkhianati Yesus Tuhanku? Sekali-kali tidak!” Demikian seorang sahabat menceritakan pengalamannya ketika ditawari seporsi bakmi campur di sebuah kedai. Sambil duduk dan menunggu bakmi pesanannya, ia di datangi seorang pemuda yang berpakaian rapi dan halus budi bahasanya. Sambil ngobrol, pemuda itu mulai “sok akrab sok dekat”. Ia menanyakan identitas sahabat saya dan dengan polos ia memberi identitasnya kepada pemuda itu. Setelah ngobrol, pemuda itu bahkan membayar makanan sahabat saya. Mengherankan karena orang yang barusan dikenal begitu baik dan murah hati. Keesokan harinya datanglah pemuda itu dan temannya, berpakaian rapi mengunjungi sahabat saya dan mulai “mencuci otaknya”dengan pengajaran-pengajaran yang sesat. Hari berikutnya pada jam yang sama datang lagi pemuda itu dan temannya dan mengajar, memberi buku dan pamphlet. Hari berikutnya pemuda itu datang lagi dengan temannya dan melanjutkan pengajaran mereka. Sahabat saya sudah tahu bahwa mereka adalah saksi Yehova maka ia pun mulai cerdik. Sebelum pemuda itu datang, sahabat saya menyiapkan altar kecil, meletakkan patung Bunda Maria yang besar dan beberapa Rosario.  Ketika mereka tiba, sahabatku mengajak mereka masuk ke ruang doa untuk berdoa Roario. Kedua orang itu langsung minta pamit dan tidak muncul lagi di rumah itu. Yah, orang bisa tersesat hanya karena seporsi bakmi campur.

Setelah mengajak para muridNya untuk berjuang masuk melalui pintu yang sempit, Yesus memberi nasihat lain tentang bagaimana bertahan dalam iman dan menghasilkan buah yang baik. Untuk bertahan dalam iman, Ia menasihati para muridNya supaya tegar menghadapi nabi-nabi palsu. Ia bersabda, “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu mengenal mereka” Orang dapat saja berpakaian rapih, halus budi bahasanya tetapi berniat untuk menyesatkan seperti kisah di atas. Banyak orang menjadi murtad karena pengaruh orang yang “sok akrab sok dekat”.

Menjadi pertanyaan kita adalah, siapakah nabi palsu itu sehingga patut diwaspadai? Di dalam Kitab Suci terdapat  banyak pengertian mengenai nabi palsu. Nabi palsu adalah orang yang pura-pura mengatakan bahwa dirinya disuruh Allah (Yer 23:17,18,31) atau tidak disuruh oleh Allah (Yer 14:14; 23:21; 29:31). Mereka yang dipakai Allah untuk mencobai orang Israel (Ul 13:13). Nabi palsu adalah orang yang ceroboh dan pengkhianat (Zef 3:4), yang serakah dengan uang (Mi 3:11), orang mabuk (Yes 28:7), yang berzinah dan tidak jujur (Yer 23:11,14). Mereka juga bernubuat dengan palsu (Yer 5:31), palsu atas nama Tuhan (Yer 14:14), nubuat palsu berdasarkan rekaan hatinya (Yer 23:16, 26; Yeh 13:2). Dari pemahaman biblis tentang nabi palsu ini maka jelaslah bagi kita betapa banyak nabi palsu yang pernah masuk dalam lingkaran kehidupan dan mau menyesatkan kita.

Selanjutnya Yesus membuka pikiran para muridnya untuk memahami kehadirannya dan para nabi palsu yang menyesatkan. Ia berkata,”Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik sedangkan pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula.” Tentu saja buah anggur pasti dari pohon anggur, buah ara pasti dari pohon ara. Jadi bagi Yesus, “Dari buah pohonnya kita akan mengenal pohon yang menghasilkan buah tersebut”. Pohon itu ibarat nabi sebagai utusan Allah atau nabi palsu. Oleh karena itu kita perlu mawas diri terhadap berbagai ancaman dan pengaruh yang menyesatkan dari pribadi atau kelompok-kelompok tertentu.

Pengajaran Yesus ini membuat kita merenungkan lebih dalam pengajaranNya dalam Injil Yohanes. Ia berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Tinggalah dalam Aku, dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa tinggal bersama Aku, akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh 15:1.5). Yesus sebagai pokok anggur sekaligus sebagai pohon yang memberi buah yang baik. Maka konsekuensinya adalah para ranting yaitu kita semua yang dibaptis memiliki tugas untuk menghasilkan buah yang baik. Hidup dan kesaksian hidup kita hendaknya menghasilkan buah penebusan bagi banyak orang.

Sabda Tuhan mendorong untuk memahami tugas dan panggilan hidup kita. Kita dikuatkan untuk menjadi pohon yang baik sehingga menghasilkan buah yang baik pula. Artinya kita tidak boleh berhenti pada kata atau pengajaran yang baik dan intensi-intensi yang saleh saja karena menjadi pohon yang baik supaya menghasilkan buah yang baik merupakan tugas dan tanggung jawab yang besar dan sulit. Hanya dengan bantuan Allah kita dapat berhasil. Pohon yang baik ada di dalam keluarga masing-masing. Orang tua yang baik memiliki anak-anak yang baik pula. Pohon yang baik adalah para pembina dan guru yang berada di lembaga-lembaga pendidikan. Para siswa dianggap sungguh-sungguh manusia kalau para pembina dan gurunya manusia yang baik. 


Kita semua juga diingatkan untuk mawas diri terhadap berbagai godaan dan pengaruh dari orang-orang di sekitar kita. Mereka ibarat nabi palsu yang dapat menyesatkan kapan saja. Apa yang harus kita lakukan? Pandanglah Yesus, Dialah pohon kehidupan yang memberikan segalanya bagi kita. Dialah satu-satunya penyelamat kita.

Doa: Tuhan, jadikanlah aku pohon yang baik yang mampu menghasilkan buah yang berlimpah.

PJSDB 
Leave a Reply

Leave a Reply