Homili Hari Raya St. Petrus dan Paulus

Hari Raya St. Petrus dan Paulus, Rasul

Kis 12:1-11
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
2Tim 4:6-8.17-18
Mat 16: 13-19

“Engkau adalah Mesias”


Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Hari Raya St. Petrus dan Paulus. Tentang Hari Raya kedua orang kudus ini, St. Agustinus menulis dalam Sermo 295, alasan mengapa kedua Rasul ini pestanya dirayakan bersama-sama. Agustinus menulis, “Memang mereka berdua adalah rasul yang berbeda tetapi memiliki satu semangat. Mereka menderita pada saat yang berbeda tetapi tetaplah satu semangat. Petrus mendahului, Paulus mengikuti jejaknya. Hari ini menjadi hari kudus karena kedua rasul ini menguduskannya dengan darah mereka. Marilah kita ikut menghayati iman dan kepercayaan mereka, hidup dan karya-karya mereka, penderitaan-penderitaan, pengajaran-pengajaran dan pengakuan iman mereka.”

Petrus, merupakan seorang nelayan kelahiran Bethsaida dan menjadi Uskup pertama di Roma. Yesus mengundangnya untuk mengikutiNya: “Aku akan menjadikanmu penjala manusia.” Ia orang sederhana, pekerja keras, murah hati, jujur dan sangat melekat pada Yesus. Nama aslinya adalah Simon tetapi Yesus mengubahnya menjadi Petrus yang berarti wadas. Yesus berkata kepadanya,  “Engkaulah Petrus dan di atas wadas ini kudirikan GerejaKu.” Petrus menjadi pemimpin para Rasul.  Ketika Yesus ditangkap,Petrus mengalami ketakutan luar biasa maka ia menyangkal Yesus tiga kali. Tetapi setelah bangkit Yesus menampakan diriNya dan bertanya kepada Petrus tentang kasih. Hal yang dituntut dari Petrus adalah “mengasihi Yesus lebih dari” para Rasul yang lain. Ia wafat di Roma sebagai martir pada tahun 67.

Saul adalah seorang Yahudi, kelahiran Tarsus. Sebagai warga Negara Romawi, ia menggunaakan nama Paulus. Ia memperdalam pengajaran iman Yahudi dengan saksama. Sebelum mengenal Kristus, dia adalah penganiaya jemaat Kristen. Pada saat dia ditobatkan, Yesus berkata, “Saya akan menunjukkan bagaimana ia akan menderita bagiKu”. Ia terkenal sebagai rasul bangsa-bangsa  yang belum mengenal Tuhan. Ia meninggal di Roma sebagai martir.

Bacaan-bacaan suci pada Hari Raya ini mengatakan tentang hidup dan pengabdian kedua rasul ini kepada Yesus yang mereka kasihi. Kalau kita membaca Injil Sinoptik, Yesus digambarkan sebagai figur yang melakukan perbuatan-perbuatan besar dari Allah. Ia mengajar, menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh jahat,  dan memperbanyak roti. Setiap kali mengajar, selalu dengan wibawa dan kuasa yang melebih para ahli Taurat. Tentu saja hidup Yesus seperti ini membuat banyak orang bertanya tentang diriNya. Bacaan injil hari ini mengisahkan bagaimana Yesus berkumpul bersama para rasulNya dan Ia bertanya tentang diriNya. Yesus bertanya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu? Pertanyaan tentang kata orang adalah pertanyaan yang mudah. Secara bergantian mereka mengulangi perkataan orang-orang: “Ada yang mengatakan Yohanes Pembabtis, Elia, Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Pertanyaan kedua yang lebih sulit adalah, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Simon Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Dengan jawaban ini Petrus disapa Yesus “berbahagialah” karena Bapa di Surga membuka pikirannya untuk mengakui Yesus sebagai Mesias. Konsekuensinya adalah misi baru bagi Petrus: “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia akan terlepas di Sorga”

Jawaban Petrus ini merupakan ungkapan imannya pada Yesus. Memang orang-orang saat itu sedang menanti dan berharap akan kedatangan Mesias. Mesias itu bertugas untuk menata kembali kehidupan umat Allah seperti dahulu kala yaitu suasana damai, adil dan penuh sukacita. Bagi kebanyakan orang, Mesias adalah keturunan Daud yang akan menjadi pemimpin Israel untuk menjadi lebih dekat dengan Allah. Bagi orang Yahudi, menyebut Mesias selalu dikaitkan dengan pengertian “Anak Manusia” (Dan 7:13). Itu sebabnya Yesus bertanya tentang identitas Anak Manusia dan Petrus menjawab “Mesias”. Yesus menjadi sungguh-sungguh Mesias ketika Ia dengan berani melakukan kehendak Bapa di Surga dengan mengalami banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua dan imam-imam kepala. Ia wafat dan bangkit pada hari ketiga. Pengalaman Paskah ini yang membuat Para Rasul dan Gereja perdana mengakui Yesus sebagai Mesias.

Pengakuan iman Petrus ini membawa dampak bagi panggilan dan perutusannya. Sebelumnya, Yesus sudah mengatakan kepada para muridNya bahwa Ia sendiri yang akan menjadikan mereka Penjala Manusia. Kini secara istimewa Yesus memberi tugas kepada Petrus. Dia sebagai batu wadas (Petra) di mana Gereja didirikan. Sebagai Batu Karang, Petrus bertugas untuk menjadi pemimpin dan pelindung umat di mana tidak ada satu bahaya (syeol) yang dapat menghancurkan mereka. Kunci Kerajaan Allah juga diberikan kepada Petrus bukan untuk membuka dan menutup pintu Surga atau menentukan siapa yang layak masuk. Tugas Petrus dengan kunci tersebut adalah supaya kuasa-kuasa jahat tidak memasuki Kerajaan Surga. Maka apa yang diikat di bumi atau dilepas di bumi akan diikat atau dilepas di Surga.

Apa yang harus kita lakukan sebagai Gereja? Kita mengambil pengalaman apostolic dari Petrus dan Paulus yang berani bersaksi tentang Yesus. Dalam Bacaan Pertama dikisahkan bagaimana Petrus setelah Yakobus dibunuh ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara atas suruhan Herodes. Namun pengalaman yang mengesankan adalah Tuhan menyertai Petrus sehingga ia dilepaskan secara misterius dari Penjara. Paulus dalam bacaan kedua menghimbau Timotius sebagai pemimpin jemaat untuk melanjutkan semua pekerjaan, pengorbanan yang pernah dilakukan bersama Paulus. Kebersamaan perlu tetap di bangun sebagai kesatuan jemaat untuk kemuliaan dan keagungan Tuhan. Hal yang kiranya tetap menarik perhatiann kita adalah kesadaran Paulus bahwa ia memelihara iman kepada Kristus dan Tuhan sendiri mendampingi seluruh hidupnya. Keselamatan pun diberikan Tuhan kepadanya.

Sabda Tuhan membuat kita bertumbuh menjadi baru. Belajar dari kedua rasul ini, kita semua diingatkan bahwa Tuhan tetap menyertai kita bukan hanya pada saat yang membahagiakan saja tetapi dalam saat-saat yang sulit pun Tuhan hadir dan membahagiakan kita. Hanya Dia yang punya kuasa untuk membahagiakan kita. Tuhan juga tidak memperhatikan masa lalul kita. Dia selalu melihat keterbukaan hati kita untuk berubah menjadi baru dan melayaniNya. Ini sungguh-sungguh optimisme kristiani bagi kita. Yesuslah Mesias yang mengubah kita menjadi baru.

Doa: Tuhan, terima kasih atas anugerahMu. Buatlah aku menjadi baru. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply