Renungan 7 Juli 2012

Hari Sabtu Pekan Biasa XIII

Amos 9:11-15
Mzm 85: 9.11-14
Mat 9:14-17

Berpuasa yang benar

Seorang aktifis OMK (Orang Muda Katolik) datang kepadaku untuk sharing pengalamannya. Ia menceritakan pengalamannya yang menarik ketika menjadi panitia KEP (Kursus Evangelisasi Pribadi) di parokinya. Sebelum melakukan retret penutupan KEP, mereka melakukan puasa bergantian antara sesama panitia KEP pada hari-hari tertentu. Dia merasakan sebuah pengalaman iman yang bagus karena puasanya membuat dia merasakan kebutuhan akan Tuhan dan demi kebaikan sesama peserta KEP. Hal positif yang dia alami setelah KEP adalah retret berjalan dengan baik, dan kekompakan sesama peserta KEP tetap terjalin hingga saat ini.


Ini sebuah pengalaman sederhana tentang berpuasa. Ya, berpuasa sudah menjadi bagian yang penting di dalam kehidupan Gereja Katolik. Hanya kadang-kadang orang tidak membedakan puasa dan pantang dan manfaat berpuasa. Di dalam tradisi gereja katolik, puasa berarti tindakan sukarela untuk tidak makan atau tidak minum seluruhnya, atau makan kenyang satu kali dalam sehari. Jadi bagi yang biasa makan tiga kali sehari dapat memilih makan kenyang pada pagi, siang atau malam. Pantang biasa dilakukan terhadap hal-hal yang sangat memikat bathin kita misanya pantang daging, rokok, garam, gula dan manisan serta hiburan. Namun demikian berpuasa bukan hanya sebatas aturan legal tentang makan dan minum dan juga ketentuan usia. Puasa janganlah menjadi beban bagi setiap pribadi. Puasa yang benar adalah mengurangi perbuatan salah dan dosa di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan tindakan pribadi seperti ini akan lebih mengubah hidup pribadi dan sesama.


Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan para murid Yohanes Pembaptis bertanya kepada Yesus, “Kami dan orang-orang Farisi berpuasa tetapi mengapa murid-muridMu tidak berpuasa?” Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka tetapi memberi pengajaran baru kepada mereka bahwa di saat mempelai laki-laki masih bersama dengan  sahabat-sahabatNya maka belum ada puasa. Puasa ada ketika mempelai itu diambil dari antara mereka. Yesus adalah mempelai dan sahabat mempelai laki-laki adalah para muridNya sendiri. Maka ketika Yesus masih berada bersama mereka, mereka perlu bersukacita. Ketika Yesus masuk dalam peristiwa PaskahNya maka saat itu mereka berpuasa karena kesedihan manusiawi yang mereka rasakan dan pengalaman pertobatan yang mereka bangun di dalam hidup mereka. Pertobatan membantu setiap pribadi  untuk menjadi baru dan cocok dengan Kristus.


Amos dalam bacaan pertama membangkitkan sebuah harapan baru, rasa optimisme kepada orang-orang Israel di Samaria. Nubuat-nubuatnya tajam demi penataan kehidupan sosial yang adil dan benar di Israel. Sebagai nabi, ia juga tidak merasa nyaman, mengalami penolakan bahkan nyaris diusir oleh Amazia, imam Betel untuk tidak bernubuat lagi di Samaria. Namun demikian Amos tetap optimis dan memberi harapan baru. Ia bernubuat, “Tuhan bersabda, pada hari itu Aku akan mendirikan pondok Daud yang telah roboh, menutup pecahan dindingnya dan akan mendirikan reruntuhannya.”Tuhan juga berjanji akan memulihkan umatNya Israel, dan mereka akan menata kembali kehidupan seperti sediakala. Para nabi memang memiliki kekhasan tertentu dalam nubuat-nubuat mereka. Mereka memulai nubuat dengan mengumumkan ancaman dan hukuman dari Tuhan kepada umat yang jatuh dalam dosa dan salah, menyusul  nubuat tentang pengampunan dari Tuhan dan akhirnya nubuat tentang janji Tuhan untuk masa depan yang lebih baik. Ini juga dilakukan Amos terhadap Israel.


Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk selalu bersukacita karena Tuhan ada bersama kita. Dia laksana mempelai dan kitalah sahabat-sahabatNya. Nah, tinggal bersama Tuhan mengandaikan pertobatan yang terus menerus supaya menjadi baru di hadiratNya. Sarana-sarana pertobatan yang diajarkan gereja misalnya aturan puasa dan pantang yang sebetulnya mau membantu semua umat untuk hidup layak dan cocok dengan Tuhan. Mungkin selama ini banyak orang yang bersifat legalistis dalam hal berpuasa dan pantang. Puasa yang benar adalah pertobatan bathin bukan hanya sekedar mengatur makan dan minum yang lahiria. Yesus berkata, “Kalau kamu berpuasa, janganlah bermuram mukamu seperti orang munafik” (Mat 6:16). Puasa berarti bertobat!


Doa: Tuhan ajarlah kami untuk bertobat dengan benar. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply