Renungan 12 Juli 2012

Hari Kamis, Pekan Biasa XIV

Hos 11:1-3, 8c-9
Mzm 80: 2ac.3b.15-16
Mat 10:7-15
Siapa yang mau menjadi Utusan?
Para Penginjil memberi kesaksian bahwa Yesus memanggil para muridNya, memilih dan menentukan 12 orang sebagai utusan dengan tugas untuk mewartakan Kerajaan Sorga. Para Utusan atau Rasul  ini disebut apostolos dari kata apostello artinya mengirim atau mengutus. Apostello adalah orang yang diutus dengan tugas khusus sebagai wakil dari Dia yang mengutus yaitu Tuhan. Yesus sendiri adalah utusan Allah (Mrk 9:37). Ia sudah diutus Bapa untuk mewartakan Kerajaan maka sekarang Yesus juga menguatkan para RasulNya untuk mewartakan Kerajaan yang sama. Para Rasul adalah wakil Yesus sendiri. Barang siapa menerima para rasul, mereka menerima Yesus dan Allah Bapa (Mat 10:40).
Para Rasul diutus untuk terlibat dalam mewartakan Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga merupakan suasana bathin di mana semua orang merasa dikasihi oleh Allah. Kasih Allah yang abadi dirasakan ketika orang terlepas dari berbagai beban kehidupan seperti sakit penyakit yang dialami, kuasa roh jahat, menguatkan mereka yang lemah bahkan yang mati sekali pun akan dibangkitkan. Itu sebabnya Yesus berpesan kepada para rasulNya: “Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan” 
Sebagai utusan Tuhan, para Rasul terpilih ini akan melaksanakan tugasnya sampai tuntas dengan kerelaan hati. Mereka diingatkan, “Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berilah pulah dengan cuma-cuma.” Tugas perutusan ini tetap ada sampai saat ini. Boleh dikatakan sebagai warisan para Rasul di dalam gereja terutama melalui pelayanan sakramen-sakramen. Ketujuh sakramen di dalam Gereja menyadarkan setiap pengikut Kristus untuk menjadi bagian dari Kristus (sakramen inisiasi: pembaptisan, krisma dan ekaristi), untuk menyembuhkan (tobat dan perminyakan) dan pelayanan (imamat dan perkawinan). Para pelayan sakramen diingatkan oleh Yesus untuk  “Memberi atau melayani dengan cuma-cuma”
Yesus juga mengenal setiap UtusanNya. Maka Ia mengingatkan mereka untuk tidak hanya sekedar menjadi UtusanNya tetapi menyadari panggilan dan melaksanakannya di dalam hidup setiap hari. Pola hidup Yesus harus menjadi pola hidup mereka. Maka Yesus mengingatkan mereka supaya menghayati hidup sederhana, tekun dalam mewartakan, tahan dalam penderitaan apabila kerasulan menuntut untuk menderita. Hal terpenting adalah damai Tuhan harus menguasai dunia berkat pewartaan mereka. Celakalah mereka yang tidak menerima kehadiran Kerajaan Sorga karena mereka akan mengalami tanggungannyang lebih berat dari kota-kota yang berdosa seperti Sodom dan Gomora.
Inti dari Kerajaan Sorga adalah kasih. Allah adalah kasih (1Yoh 4:8.16). Para rasul mewartakan kasih Allah yang mereka alami di dalam Yesus. Hosea di dalam bacaan pertama juga menghadirkan figur Allah sebagai kasih. “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia dan dari Mesir anakKu itu Kupanggil. Aku yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkatnya di tanganKu” Setelah Hosea mengecam orang orang Samaria karena menyembah berhala, Ia menghadirkan Allah yang mahapengampun dan maharahim serta besar kasih setiaNya. Tuhan sendiri berkata, “Aku tidak akan melaksanakan murkaKu yang bernyala-nyala, tidak akan membinasakan Efraim lagi. Aku ini Allah, bukan manusia, Aku Yang kudus di tengah-tengahmu dan Aku tidak datang untuk menghanguskan”. Para nabi memiliki pengalaman akan Allah yang sama: mengoreksi umat yang hidup dalam dosa, mengecam perbuatan dosa dan mengampuni serta menjanjikan masa depan yang lebih bagus. Ini juga yang dialami Hosea di tengah orang-orang Samaria.
Sabda Tuhan hari ini membantu kita untuk bersyukur atas sakramen-sakramen di dalam Gereja. Sakramen-sakramen adalah tanda yang menyelamatkan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Sakramen menjadi tanda bahwa Tuhan mengasihi dan menyertai kita. Kita juga bersyukur atas para gembala sebagai tanda kehadiran Kristus di tengah GerejaNya. Para gembala adalah orang-orang yang dipanggil, dipilih dan ditentukan untuk tugas istimewa yakni mewartakan Kerajaan Sorga di dalam Gereja dan dunia.
Kita juga disadarkan bahwa sakramen-sakramen sebagai tanda yang menyelamatkan ini berasal dari Allah yang adalah kasih. Allah yang suka mengampuni tanpa memperhitungkan dosa dan salah manusia. Hal yang diinginkan Allah bagi kita adalah kekudusan. Dalam bacaan pertama, Ia berkata: “Aku yang kudus di tengah-tengahmu”. Apakah kita menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap saat hidup kita? Apakah kita memiliki rasa syukur atas penyertaan Tuhan yang tanpa batas ini? Siapa yang mau menjadi utusan Tuhan?
Doa: Tuhan, Syukur kepadaMu, Syukur atas penyertaanMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply