Renungan 19 Juli 2012

Hari Kamis, Pekan Biasa XV
Yes 26:7-9.12.16-19
Mzm 102:13-21
Mt 11:28-30

Jadilah Lemah lembut dan rendah hati!

Fr. JohnKetika masih sebagai siswa SD, guru agama katolik di sekolahku mengajarkan doa ini: “Hati Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, jadikanlah hatiku seperti hatiMu.” Doa ini harus didoakan setiap hari setelah selesai pelajaran di sekolah dan ia berpesan: “Kalian harus memeriksa bathin dan bertanya dalam bathinmu masing-masing, apakah sudah lemah lembut dan rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama?” Saya ingat pesan ini diulang terus menerus baik di sekolah maupun pada saat ibadat di Gereja pada hari Minggu. Maka rata-rata teman-teman sebaya saat itu mengetahui doa ini meskipun lambat memahaminya. Ketika sudah menjadi dewasa dan wawasan semakin luas baru memahami doa ini secara lebih mendalam.

Santo Matius dalam Injil menggunakan kata lemah lembut dan rendah hati secara bergantian. Kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus menjadi nyata dalam diriNya sebagai Hamba Allah yang menggenapi kehendak Allah tanpa kekuatan dan kekerasan (Mt 12:18-21), sebagai Raja dan Mesias yang memasuki kota Yerusalem bukan sebagai seorang pahlawan yang dieluh-eluhkan setelah memenangi sebuah pertempuran tetapi sebagai orang biasa yang memikul beban (Mt 28:1-8).

Setelah Yesus mengatakan: “Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang-orang yang kepadanya Anak itu berkenan mengatakannya.” (Mt 11:27) maka Ia mengajak “Orang-orang yang kepadanya Ia berkenan mengatakan rahasia Bapa” untuk datang kepadaNya. Ia berkata, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat adalah mereka yang miskin, menderita dan kaum pendosa. Mereka-mereka ini lebih mudah menggantungkan harapan mereka kepada Tuhan atau lebih terbuka pada rencana keselamatan Allah. Ketika Yesus menyapa orang-orang seperti ini, mereka kelihatan lebih mudah bersahabat dengan Yesus dibandingkan dengan orang yang pandai dan bijak.

Setelah mengajak untuk datang kepadaNya, Ia berpesan, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.” Misi Yesus di dunia ini adalah menganugerahi damai sejahtera bagi mereka yang letih lesu dan berbeban berat, membebaskan mereka dari berbagai beban kehidupan, membina para muridNya untuk memiliki rasa solidaritas satu sama lain dan menghancurkan berbagai kekerasan yang menimbulkan beban kehidupan manusia.

Apa artinya kuk bagi kita? Secara harafiah kuk adalah palang kayu jepitan vertikal yang memisahkan dua hewan yang sama-sama memikul beban berat. Kuk adalah kesukaran hidup dari seorang pribadi atau suatu bangsa (Yer 27:2). Kuk adalah sikap patuh kepada Allah. Ketiga pengertian tentang kuk ini membantu kita menyadari misi Yesus di dunia ini, di hadapan umat manusia. Ia datang untuk memikul beban hidup dan dosa-dosa kita. Ia berjalan bersama kita untuk ikut memikul beban kita karena kita sudah letih dan lesuh. Ia membuat kita sadar diri untuk patuh kepada setiap rencana Bapa bagi kita. Karena Yesus menyertai perjalanan hidup kita maka kuknya pas dan enak, beban jadi lebih ringan.
Umat Perjanjian Lama juga memiliki berbagai beban kehidupan. Yesaya menggambarkan bagaimana umat Perjanjian Lama jatuh dalam dosa secara terus menerus. Namun pada akhirnya mereka juga sadar diri dan mau berubah dan berbalik kepada Allah. Amarah Tuhan tidak untuk selamanya. Di sini Tuhan kelihatan berbagi dengan manusia. Ia meringankan beban kehidupan manusia karena cinta dan penyertaanNya tanpa batas kepada mereka yang memohon kepadaNya.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk sadar diri dan datang memenuhi ajakan Yesus. Kita semua memiliki beban, persoalan hidup yang semuanya ini tidak mungkin kita selesaikan sendiri. Kita butuh Tuhan untuk memasang kuknya yang enak sehingga beban kita ini dapat menjadi ringan. Biarkan Ia berjalan bersama dan memikul setiap beban, persoalan dan pergumulan hidup kita. Maka berharaplah selalu pada Tuhan. Datanglah kepadaNya dan mintalah maka Ia akan memberikan yang terbaik bagimu, yang melegahkanmu.

Kita juga diingatkan untuk berbagi dengan sesama. Ketika melihat sesama yang berbeban berat datanglah kepadanya dan ajaklah untuk datang kepada Yesus. Jangan pernah menjauh atau membiarkan dia memikul bebannya sendiri. Ulurkanlah tanganmu, pikullah bersama-sama bebannya, dan biarkan ia merasa bahwa Tuhan ada, dan bahwa Tuhan mengasihinya. Apakah ada yang berani melakukan perbuatan baik ini?

Doa: Tuhan, ringankanlah beban hidupku. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply