Renungan 21 Juli 2012

Hari Sabtu, Pekan Biasa XV

Mi 2:1-5

Mzm 10:1-2.3-4.7-8.14

Mat 12: 14-21


Kepadanyalah semua bangsa berharap


Seorang ketua lingkungan datang padaku untuk sharing pengalamannya. Ia terpilih sebagai ketua lingkungan melewati proses yang rumit. Tidak ada seorang pun yang mau melayani di lingkungan tersebut. Setelah lama memikirkan bentuk pelayanan ini maka ia setuju dicalonkan dan terpilihlah dia sebagai pelayan. Pada mulanya semua orang  merasa puas dengan kinerjanya. Berbagai gerakan untuk pemberdayaan komunitas-komunitas basisnya dijalankan dengan baik. Lingkungan yang tadinya dianggap tidak menjanjikan dalam pelayanan di Gereja berubah menjadi lingkungan yang siap untuk melayani. Namun demikian ia juga belajar dikecam, dicaci maki, digosip, dianggap tidak adil dan jujur. Dia bertanya kepadaku, mengapa melayani Tuhan di dalam Gereja itu selalu dihiasi dosa-dosa seperti ini? Saya mengatakan kepadanya bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah mengalaminya.


Yesus datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat melainkan menggenapinya (Mat 5:17) dengan hukum kasih (Mat 22:37.39). Namun demikian orang-orang Farisi, para imam kepala dan tua-tua Yahudi tidak memahami rencana Allah yang sedang dikerjakan oleh Yesus. Mereka bersekongkol untuk membunuh Yesus namun Yesus mengetahui persekongkolan mereka. Ia pun menjauhi orang-orang Farisi namun banyak orang masih mencari dan membutuhkan keselamatan. Dia adalah hamba sejati yang selalu siap untuk melayani bukan untuk dilayani.


Hari ini, Penginjil Matius berusaha memperkenalkan identitas Yesus dengan menggunakan figur dalam nubuat nabi Yesaya tentang hamba Yahwe: “Lihatlah, itu hambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadanya jiwa-Ku berkenan. RohKu akan Kucurahkan atas Dia dan Ia akan memaklumkan hukum kepada segala bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suaranya tidak terdengar di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya sampai Ia menjadikan hukum itu menang. KepadaNyalah semua bangsa akan berharap” (Yes 42:1-4). Nubuat Yesaya di atas menerangkan identitas Yesus sebagai Hamba yang dipilih dan dikasihi Bapa (Mat 3:7; 17:5) dan Ia adalah pembawa Roh Kudus. Dia adalah Utusan untuk mewartakan kehendak Bapa. Ia menghadirkan wajah Bapa yang lembut hati.


Hal yang kiranya menarik perhatian kita adalah Yesus berbuat baik dengan pengajaran dan tanda-tanda heran namun orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat serta para pemimpin Yahudi tidak menerimaNya. Ia ditolak, diancam untuk dibunuh bukan karena kejahatan tetapi karena kebaikan. Sama dengan hamba Yahwe dalam Kitab nabi Yesaya yang dikutip di atas, Yesus menyingkir, menjauh dari mereka tetapi tetap menunjukkan kelembutan hati-Nya untuk melayani. Ia masih menyembuhkan banyak orang sakit yang mencari-Nya. Ia tidak berhenti berbuat baik. Ini yang membuat semua bangsa berharap kepadaNya.


Ya, selagi kejahatan masih menguasai manusia maka Tuhan akan tetap menunjukkan karya keselamatan-Nya bagi manusia. Tuhan tidak pernah tidur! Kejahatan manusia bisa berupa penyalahgunaan wewenang dan kuasa. Mikha dalam bacaan pertama mengisahkan tentang rencana untuk berbuat jahat ketika orang sedang berada di atas ranjang. Rencana berbuat jahat dengan menyalahgunakan kuasa sendiri terwujud dalam aksi merampas dan menindas hak milik serta hidup orang lain. Orang-orang jahat seperti ini akan mendapat ganjaran dari Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan selalu memihak orang-orang kecil terutama mereka yang miskin dan menjadi korban ketidakadilan sosial. Orang-orang kaya dan berkuasa yang congkak hatinya akan diturunkannya dari takhta atau kuasa mereka. Inilah keadilan Tuhan. Hukum kasihlah yang harus ditegakkan bukan kuasa manusiawi yang penuh dengan kejahatan.


Sabda Tuhan hari ini memiliki makna yang mendalam terutama dalam mengoreksi perilaku hidup kita. Dalam hal apa?


Pertama, Banyak kali kita tidak melihat perbuatan baik dalam diri sesama  dan mensyukurinya tetapi yang ada adalah iri hati, dengki dan nafsu untuk memusihinya. Kita lupa bahwa semua itu berasal dari Tuhan bukan dari diri orang tersebut. Bukankah semuanya itu adalah talenta titipan Tuhan?


Kedua, Kita belajar dari Yesus yang ditolak di mana-mana. Ia diancam untuk dibunuh namun tetap tegar, berani untuk tetap mewartakan karya cinta kasih Allah. Ia tetap berbuat baik dengan menyembuhkan orang-orang yang mencari-Nya. Janganlah anda berhenti berbuat baik meskipun anda sedang dalam kesulitan atau bahaya.


Ketiga, Kita diingatkan untuk jangan menyalahgunakan kuasa dan wewenang secara tidak adil. Tuhan tidak pernah menginginkan manusia yang diciptakan “sewajah” dengan “wajahNya” sendiri atau yang menjadi “biji mata-Nya” sendiri berlaku tidak adil. Tuhan itu adil, penuh belaskasih maka hendaknya perilaku kita menyerupai Tuhan. Dia adalah harapan semua orang, segala bangsa!


Doa: Tuhan, betapa rapuhnya hidup kami. Mohon ampunMu. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply