Renungan 27 Juli 2012

Hari Jumat, Pekan Biasa XVI

Yer 3:14-17
Mzm (Yer) 31: 10.11-12ab.13
Mat 13:18-23
Mendengar Sabda dan Memahaminya 
supaya Menghasilkan buah
“Kami belum mampu mendengar satu sama lain. Kami belum sepenuhnya saling memahami. Kami belum bisa menghasilkan buah kebajikan-kebajikan kepada anak-anak kami”. Demikian doa spontan dari pasutri dalam misa peringatan HUT Perkawinan ke-50. Memang amat mengherankan karena setelah bertahun-tahun hidup bersama sebagai suami dan isteri namun mereka masih merasa kurang dalam hal saling mendengar, masih kurang dalam hal saling memahami. Dengan demikian belum bisa menghasilkan buah yang berlimpah. Padahal keluarga ini merupakan seorang tokoh umat dan tokoh masyarakat yang sangat berjasa di daerah itu. Doa ini inspiratif dan patut kita renungkan bersama terutama kata-kata kunci: mendengar, memahami supaya menghasilkan buah.
Ketika membaca Injil, satu kesan terhadap Yesus adalah Ia selalu berusaha untuk membuka pemahaman para rasul tentang Kerajaan Sorga. Ia pernah berkata, “Siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di Sorga, dialah saudaraku laki-laki, saudariku perempuan dan dialah ibuKu (Mat 12:50; Mrk 3:35)”. Bagi Penginjil Lukas, yang menjadi saudara Yesus adalah “Mereka yang mendengar Firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:21). Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang sederhana sesuai konteks para pendengarNya saat itu. Misalnya Ia menjelaskan makna sabda Tuhan dengan menggunakan perumpamaan tentang penabur. Dikatakan bahwa si Penabur keluar dan menabur benih sesuai seleranya. Sebagian benih jatuh di pinggir jalan, sebagian benih di tanah berbatu, sebagian benih jatuh di semak duri dan sebagian lagi jatuh di tanah yang baik. 
Tentu saja dengan perumpamaan yang kelihatan sederhana ini membuat para muridNya sambil mendengar, mereka juga membayangkan si penabur yang sedang menabur benih. Mungkin saja pemahaman mereka sangat harafiah. Namun pengalaman praktis yang sedang terjadi adalah: semua murid sedang mendengar Yesus. Cara mereka mendengar dan memahami juga berbeda-beda maka buah yang dihasilkan juga pasti berbeda. Yesus menjelaskan makna perumpamaan penabur sebagai berikut: benih yang jatuh di pinggir jalan itu sama dengan orang yang mendengar sabda tentang Kerajaan Sorga, tidak memahaminya, dan si jahat merampas benih itu dari dalam hatinya. Benih yang jatuh di tanah berbatu adalah mereka yang cepat menerima sabda namun tidak berakar kuat sehingga ketika terjadi penganiayaan dan penindasan, mereka menjadi murtad. Benih yang jatuh di semak duri adalah mereka yang mendengar sabda tetapi hidup dalam kekhawatiran dunia dan tipu daya kekayaan sehingga sabda menjadi kerdil. Benih yang jatuh di tanah yang baik adalah orang yang mendengar sabda, memahaminya sehingga menghasilkan buah yang berlipat ganda.
Dengan menjelaskan makna perumpamaan tentang penabur ini para murid dibantu untuk berefleksi serta menyadari keterlibatan mereka bersama Yesus sebagai saudara dalam mewartakan Kerajaan Surga. Tentu saja di antara para murid memang sama-sama mendengar sabda yang sama tetapi cara menghayati dan menghasilkan buah berbeda-beda. Hal ini terwujud dalam aneka bentuk pelayanan dan pengabdian yang dilakukan berbeda-beda dan tentu akan menghasilkan kualitas dan kuantitas buah yang berbeda-beda pula. 
Yeremia dalam bacaan pertama memberikan isyarat bagaimana menghasilkan buah yang berlimpah dari sabda Tuhan. Bagi Yeremia, Tuhan yang punya rencana dan kehendak untuk memberdayakan umatNya sehingga menghasilkan buah yang berlimpah dari benih SabdaNya. Untuk itu pertama-tama Tuhan memanggil umatNya sebagai anak untuk bertobat atau kembali kepadaNya.Tuhan akan memberikan kepada mereka gembala-gembala untuk mendampingi, membimbing dengan kebijaksanaan yang dianugerahi Tuhan sendiri. Dan terakhir, Yerusalem tetaplah menjadi Takhta Tuhan, segala bangsa akan berkumpul di sana sebagai orang-orang yang sudah bertobat dari dosa-dosa mereka. 
Sabda Tuhan membuat kita yang mendengarnya patut memeriksa bathin dan berkata jujur di hadirat Tuhan. Kita boleh bertanya dalam diri kita, “Apakah benih Sabda Tuhan yang ditaburkan di dalam diri kita sebagai lahan itu ibarat benih yang jatuh di pinggir jalan, bebatuan, semak duri atau tanah yang baik? Masing-masing orang harus berkata jujur di hadapan Tuhan. Kita akan menjadi saudara Yesus yang hebat apabila kita mendengar Sabda, memahaminya dengan baik dan melakukan Sabda sehingga menghasilkan buah yang berlimpah. Ini adalah panggilan dan perutusan kita.
Sabda Tuhan juga mengisyaratkan pertobatan yang terus menerus. Memang setiap pribadi itu tidak luput dari dosa dan salah. Tetapi Tuhan punya kuasa dan kehendak untuk memanggil kita “kembali” kepadaNya. Ya, betapa indahnya rumah Tuhan. Betapa nyamannya Yerusalem abadi. Kita “kembali” dan mengarahkan pandangan kepadanya. Di Yerusalem abadi Tuhan ada dan bertakhta. Di sanalah kebahagiaan selamanya menanti kita semua.
Doa: Tuhan, bersihkanlah hati kami untuk menjadi lahan yang baik bagi Sabdamu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply