Renungan 31 Juli 2012

St. Ignasius Loyola, Imam
Yer 14:17-22
Mzm 34: 2-3.4-5.6-7.8-9.10-11
Mat 13:36-43

Orang benar akan bercahaya seperti matahari!
Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Ignasius Loyola. Ia lahir di Azpeitia,di daerah Basque, Propinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Dia adalah putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona. Nama aslinya adalah Inigo Lopez de Loyola. Pada tahun 1517, Ignatius menjadi tentara kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. Selama masa pemulihan kesehatan, ia berniat membaca buku kepahlawanan untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh. Satu-satunya buku yang ada adalah buku tentang Kristus dan riwayat para kudus. Semakin lama membacanya, semakin ia menikmati buku itu. Dari dalam hatinya ada panggilan bukan lagi menjadi seorang militer tetapi menjadi laskar Kristus.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timur Laut Spanyol. Selama tiga hari berada disana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam. Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari. Ia kemudian terus berusaha untuk bertobat dan belajar hingga menjadi sarjana.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya. Mereka adalah Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodiquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla. Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel Biara Benediktin di Montmartre. Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam, kemudian diganti dengan kaul pengabdian khusus kepada Paus. Ignatius sendiri kemudian ditabhiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1937. Ia melakukan tugas pelayanan sebagai imam, meneruskan latihan rohaninya hingga meninggal pada tanggal 31 Juli 1556. Pada saat meninggal dunia, jumlah anggota Serikat Yesus adalah kira-kira 1000 orang. Paus Gregorius XV menyatakan Ignasius sebagai Santo pada tahun 1622.
Ignasius mengalami sebuah pegalaman yang istimewa. Masa lalunya menunjukkan bahwa ia menikmati hidup penuh dengan kemewahan, keras sebagai seorang militer tetapi Tuhan selalu punya rencana istimewa dan kesabaran untuk mengubah hidupnya menjadi baru. Bacaan Injil hari ini sangat inspiratif untuk merenungkan hidup St. Ignasius dan hidup kita. Yesus sudah mengatakan sebuah perumpamaan tentang seorang penabur yang keluar untuk menabur benih yang baik. Tetapi pada malam hari daanglah ke lahan itu seorang jahat lalu menabur lalang. Pemilik lahan benih yang baik tahu tentang perilaku si jahat tetapi dia membiarkan gandum dan lalang tumbuh bersama sampai musim menuai. Pada saat itu gandum akan di simpan di lumbung sedangkan lalang akan dipotong dan dibakar. Lihatlah bahwa kebaikan tumbuh bersama kejahatan hingga suatu waktu istimewa di mana Tuhan memisahkan kebaikan dari kejahatan.
Pengajaran Yesus dengan menggunakan perumpamaan membawa kesulitan tertentu bagi para muridNya. Mereka lalu memohon penjelasan perumpamaan kepada Yesus. Tentang perumpamaan benih yang baik (gandum) dan lalang, Yesus menjelaskannya: Si penabur benih yang baik adalah Anak Manusia (Yesus sendiri). Dialah Utusan Bapa untuk bersabda, melayani dan menebus. Lahan adalah dunia. Benih yang  baik adalah anak-anak Kerajaan. Lalang adalah anak-anak si jahat. Musuh yang menabur lalang adalah Iblis. Saat menuai adalah akhir zaman dan penuainya adalah para malaikat. Menurut Yesus, pada akhir zaman Ia pun akan mengirim para malaikatNya untuk mengumpulkan segala kesesatan dan orang yang berlaku jahat untuk dicampakkan ke dalam dapur api, di sana ada ratap dan kertak gigi. Sedangkan orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa.
Penjelasan Yesus atas perumpamaan lalang yang bertumbuh di antara gandum membuat kita sadar bahwa dunia ini merupakan arena di mana kebaikan dan kejahatan berinteraksi. Yesus menabur benih yang baik di dalam hati orang yang bersedia mengikuti kehendak Allah Bapa. Kejahatan juga bekerja dalam diri anak-anaknya untuk melawan Yesus. Lalang sebelum musim panen sulit dibedakan dengan gandum. Demikian juga sepanjang hidup manusia sangat sulit membedakan siapa yang baik dan siapa yang jahat. Para malaikat utusan Yesuslah yang mengetahui orang baik dan jahat. Merekalah yang akan mengenal dan bertugas untuk memisahkah orang benar dan orang jahat pada tempatnya yang berbeda. Orang jahat yang tidak terbuka pada Allah akan menderita selama-lamanya sedangkan orang benar akan bercahaya di dalam Kerajaan Bapa seperti matahari.
Gambaran tentang penderitaan orang-orang yang tidak bertobat diungkapkan oleh Nabi Yeremia dalam bacaan pertama. Pada zaman nabi Yeremia, dosa tumbuh begitu subur. Simbol-simbol yang dipakai Yeremia: ada luka-luka yang tidak dapat disembuhkan, pembunuhan yang merajalela dan kelaparan di seluruh negeri. Melihat situasi penuh dosa ini maka Yeremia berdoa memohon ampun kepada Tuhan, “Ya Tuhan, kami insaf akan kejahatan kami dan akan kesalahan leluhur kami. Kami sungguh telah berdosa terhadapMu. Janganlah kiranya menolak kami dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaanMu. Ingatlah akan perjanjianMu dengan kami dan janganlah membatalkannya”. Yeremia percaya Tuhan akan mengampuni orang-orang yang berdosa sehingga tidak masuk dalam dapur api di mana ada ratap dan kertak gigi. Mereka justru akan berubah dan menjadi terang seperti matahari di dalam Kerajaan.
Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita untuk membangun sikap tobat yang benar. St. Ignasius menginspirasikan kita untuk bertobat menjadi orang benar sehingga dapat bercahaya seperti matahari. Artinya dengan bertobat orang dapat menjadi kudus, tanpa cela di hadirat Tuhan. Kesadaran untuk bertobat berasal dari hati yang terbuka pada Tuhan dan hati nurani yang jernih. Mengapa? Karena sesuai dengan rencana Tuhan kita adalah benih yang baik, anak-anak Kerajaan yang sudah dipanggil, dipilih dan ditentukan sebelum dunia dijadikan untuk menjadi kudus, tanpa cela di hadirat Tuhan. Panggilan ini dikuduskan lagi dalam sakramen pembaptisan. Maka kita seharusnya bukan lalang lagi karena iblis sudah dikalahkan oleh Yesus Tuhan kita. Mengapa orang masih cenderung mengikuti gerakan iblis dan berbuat serta menikmati dosa-dosa? Ya, mereka lupa bahwa mereka adalah benih yang baik. Bagi orang benar, mereka akan tetap bercahaya seperti matahari.
Doa: Tuhan bersegeralah menolong kami orang berdosa. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply