Renungan 8 Agustus 2012

St. Dominikus de Guzman

Hari Rabu Pekan Biasa XVIII
Yer 31:1-7
Mzm (Yer 31:10.11-12ab.13)
Mat 15: 21-28
Yesus Itu Satu Untuk Semua!
Pada suatu kesempatan saya diundang untuk menghadiri doa bersama di sebuah Persekutuan Doa. Ketika masuk ke dalam ruang doa, saya melihat tulisan di spanduk: “Jesus for all and all for Jesus”. Sambil duduk menantikan acara ini, saya ngobrol dengan salah seorang anggota panitia. Saya bertanya kepadanya alasan mengapa memilih tema “Jesus for all and all for Jesus”. Dia menjawab, “Kami semua di kantor ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tetapi setiap kali berkumpul bersama, kami berusaha untuk menyatukan perbedaan-perbedaan itu sebagai kekayaan yang indah. Kami percaya Yesus akan memperhatikan perbedaan-perbedaan ini dan menyatukan kami pribadi lepas pribadi”. Sambil mendengar dan mengangguk-angguk, saya berpikir bahwa kelompok inilah yang harus dikembangkan. Bendera-bendera kesombongan berdasarkan SARA harus dilenyapkan.
Penginjil Matius mengisahkan hari ini bahwa Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Kedua daerah ini dianggap orang Yahudi sebagai daerah-daerah di luar komunitas mereka. Kalau berada di luar komunitas berarti tidak ada keselamatan bagi mereka. Ketika Yesus dan para muridNya tiba di daerah ini, seorang wanita Kanaan datang kepada Yesus an berseru, “Kasihianilah aku ya Tuhan, Anak Daud. Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita”. Agaknya perempuan ini sudah lama mendengar dan mengenal Yesus. Sayangnya dia bukan orang Yahudi maka dia memilih diam. Tetapi kali ini ia bersuara memohon supaya Yesus juga melakukan sesuatu bagi anaknya yang sedang kerasukan setan. Cara ia menyapa Yesus juga unik. Ia menyapa Yesus dengan iman post Paskah, keilahian Yesus, “Ya Tuhan” dan langsung menyatukannya dengan, “Anak Daud” untuk menunjukkan kemanusiaan Yesus. Yesus kita imani sebagai sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
Sikap Yesus ketika disapa adalah diam. Diamnya Yesus memiliki makna yang positif. Ia mau mengetahui apa kiranya reaksi para murid terhadap wanita Kanaan ini. Ternyata reaksinya negatif. Para murid ini dengan polos berkata kepada Yesus, “Suruhlah wanita ini pergi, sebab ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak” Para murid masih punya kesombongan rohani. Mereka berpikir sudah berada di zona nyamannya Yesus dan orang-orang di luar zona nyaman itu sangat mengganggu. Namun Yesus bijaksana dan mengingatkan para muridNya, “Aku diutus hanya kepada domba-domba umat Israel yang hilang”. Yesus memiliki kuasa untuk menyelamatkan semua orang. Oleh karena melihat wanita Kanaan yang terus menerus meminta, “Tuhan tolonglah aku” maka pada saat itu juga Yesus melihat kerendahan hatinya sebagai wanita di luar komunitas Yahudi yang berani meminta, imannya yang begitu terbuka pada Yesus sehingga Yesus juga menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan.
Kisah injil ini memiliki nilai rohani yang tinggi. Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai utusan Bapa untuk menyelamatkan semua orang. Jadi yang punya kuasa untuk menyelamatkan adalah Tuhan bukan manusia. Manusia melihat dengan mata sebagai manusia, Tuhan melihat dengan mata penuh belas kasih kepada umat kesayanganNya. Wanita Kanaan ini menunjukkan sikap-sikap positif yang harus dibangun sebagai umatNya. Pertama, wanita ini memiliki iman sejati. Dia percaya bahwa rencana keselamatan juga menjadi bagian dari hidupnya maka ia berani meminta, “Tuhan tolonglah saya”. Kedua, wanita ini tau diri dan rendah hati. Dia tau diri sebagai sebagai seorang wanita di luar komunitas Yahudi tetapi rendah hati di hadapan Yesus. Dia mengiman Yesus sebagai sungguh-sungguh Allah dan sunguh-sungguh manusia. Ketiga, ia menjadi teladan dalam hal berdoa. Ia tak henti-hentinya meminta kepada Tuhan.
Kelemahan manusiawi terletak pada sikap para murid yang menolak wanita ini. Seharusnya mereka bijaksana dan membawanya kepada Yesus. Namun yang terjadi adalah mereka mendekati Yesus dan menunjukkan gengsi dan kesombongan sebagai orang Yahudi, “Suruhlah wanita itu pergi sebab dia mengikuti kita”. Sebuah penolakan yang sering terjadi di dalam gereja ketika umat yang mengakui diri akrab dengan Tuhan tetapi menolak orang-orang jahat, asing dan yang tidak seiman.
Tuhanlah yang memiliki rencana untuk menyelamatkan. Yeremia dalam bacaan pertama, menghadirkann figur Allah yang mengasihi umatNya. Tuhan bersabda, “Aku akan menjadi Allah segenap kaum keluarga Israel dan mereka akan menjadi umatKu. Aku akan mengasihi dengan kasih abadi.” Umat Israel memang tidak setia tetapi Tuhan tetap  setia dan berusaha untuk menyelamatkan mereka. Keselamatan bagi Israel itu ditunjukkan dengan membebaskan mereka dari penyakit, kebodohan, ketakutan, dan Tuhan menganugerahkan kesejahteraan, damai sejahtera dan kegembiraan. Semua aspek ini juga yang menjadi harapan bagi semua orang di atas dunia. 
Sabda Tuhan membuka pikiran kita semua untuk mengimani Yesus Putera Allah yang datang untuk menyelamatkan semua orang. Dialah yang menyatakan kasih sejati dan menghendaki keselamatan semua orang terutama “Domba-domba umat Israel”. Kita semua diingatkan untuk “tau diri” dan rendah hati di hadiratNya, menjauhkan diri dari kesombongan rohani yang meremehkan sesama karena keselamatan itu datang dari Tuhan Allah bukan dari pihak kita sebagai manusia. Jesus for all, all for Jesus!
Doa: Tuhan, terima kasih, Engkau datang untuk menyelamatkan kami semua. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply