Renungan 9 Agustus 2012

Hari Kamis, Minggu Biasa XVIII

Yer 31:31-34
Mzm 51: 12-15.18-19
Mat 16: 13-23
Siapakah Yesus itu?
Palestina adalah sebuah daerah yang memiliki pegunungan dan batu karang yang turut membuat Tanah Suci ini menjadi indah. Batu karang (Yahudi: sur) biasanya digunakan sebagai benteng pertahanan untuk melindungi daerah tersebut dari serangan para musuh. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Tuhan sering digambarkan sebagai  Wadas Perkasa atau Gunung Batu. Misalnya, Yahwe adalah Gunung Batu Israel (Yes 30:29), Tuhan adalah Gunung Batu yang adil dan setia (Ul 32:4). Di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, Paulus menggunakan istilah batu karang untuk Kristus (1Kor 10:4). Paulus merujuk pada batu karang yang dari dalamnya keluar air untuk memberi minum kepada umat Israel di padang gurun (Kel 17:6-7). Bagi Paulus, Batu Karang tersebut adalah Kristus sendiri. Sebagaimana Allah adalah Gunung Batu bagi umat kesayanganNya, demikian Yesus menjadi Gunung Batu yang menemani perjalanan hidup umat manusia. Dialah sumber air hidup bagi setiap pribadi.
Pada hari ini Matius mengisahkan sebuah perjalanan bersama antara Yesus dan para muridNya. Mereka tiba di daerah Kaisarea Filipi. Di tempat itu Yesus bertanya kepada mereka, “Kata orang siapakah Anak Manusia itu?” Tanpa berefleksi panjang, mereka menjawab, “Ada yang mengatakan Anda adalah Yohanes pembaptis, Elia, Yeremia atau salah seorang nabi”. Pertanyaan menjadi semakin sulit ketika Yesus bertanya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku?” Simon Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Yesus memuji Petrus dengan berkata, “Berbahagialah engkau, Simon  anak Yunus, karena bukan manusia yang mengatakan kepadamu melainkan Bapa di Surga yang membuka pikiranmu untuk mengatakannya. Maka kepadamu Aku berkata: ‘Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaatKu, dan alam maut takkan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan surga. Apa saja yang kauikat di dunia akan terikat di surga, apa saja yang kau lepaskan di dunia akan terlepas di surga.”
Ketika Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa dia akan menjadi batu karang dimana Yesus mendirikan jemaatNya, maka figur Petrus adalah pribadi yang bertugas sebagai pelayan untuk menjaga keamanan (security), stabilitas dan kekuatan. Simbol-simbol yang dipakai di sini adalah batu karang dan kunci. Yesus sendiri adalah orang bijak yang membangun rumahnya di atas batu karang (Mat 7:24-25). Namun Simon menjadi Petra (Kefas) karena anugerah istimewa dari Tuhan. Dia telah dirahmati untuk mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Petrus dapat menjadi batu karang sejati karena Yesus adalah batu karang sejati yang benar.  
Perkataan Yesus kepada Petrus tetap bertahan dan terbukti hingga saat ini. Gereja pernah melewati masa-masa yang sulit: penganiayaan terhadap umat Allah, reformasi, fenomena-fenomena yang mengurangi kesucian gereja akibat dosa. Pertanyaannya adalah mengapa gereja tetap bertahan dan hidup? Hanya ada satu jawaban yang pasti, karena Yesus menggunakan manusia untuk menjadi batu karang di mana Ia mendirikan GerejaNya. Ia sendiri berkata, “Di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaatKu dan alam maut takkan menguasainya”. Tuhan yang mendirikan GerejaNya bukan manusia yang mendirikannya.
Setelah Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, maka Yesus memberitahukan mereka sekali lagi tentang misteri paskahNya. Ia harus ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Ia bahkan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Yesus adalah Mesias yang menderita.Tentu saja ini membuat Petrus kecewa. Harapannya adalah Yesus adalah Mesias yang Jaya. Maka dengan berani dia menegur Yesus sambil mengatakan bahwa kiranya hal-hal menyangkut penderitaan itu tidak akan menimpa Yesus. Harapannya adalah Yesus janganlah menjadi Mesias yang menderita. Ini cara berpikir yang sangat manusiawi. Maka Yesus menegur Petrus dengan keras dengan berkata, “Enyalah kau iblis! Engkau satu batu sandungan bagiKu sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan yang dipikirkan manusia.” Tentu saja yang Yesus maksudkan bagi Petrus adalah supaya dia sebagai ketua para rasul tidak boleh berlaku sebagai iblis. Dia harus berada di belakang Yesus untuk mengikutiNya sebagai murid. Maka pengalaman sebagai murid adalah pengalaman penderitaan yang menyerupai Yesus, tetapi juga pengalaman akan kemuliaan kekal. Cara berpikir Petrus harus berubah dari berpikir secara manusiawi menjadi berpikir secara ilahi.
Pertanyaan refleksinya adalah adalah apa yang harus dilakukan oleh setiap pribadi? Bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan perlu mengalami perubahan di dalam hidupnya. Harus diakui bahwa setiap pribadi memiliki kecenderungan pada perbuatan salah dan dosa. Akibatnya adalah Yesus menjadi Mesias yang menderita. Namun penderitaan Yesus hingga wafatNya adalah tanda Perjanjian Baru antara Tuhan dan manusia yang berdosa. Dalam bacaan pertama, nabi Yeremia menggambarkan bagaimana Israel berkali-kali tidak setia kepada Tuhan dalam menjalankan panggilannya, sebaliknya Tuhan begitu setia untuk membaharui janjiNya: “Aku akan mengikat perjanjian baru, dan takkan lagi mengingat dosa-dosa mereka”. Perjanjian baru ini tidak lagi ditulis di atas batu tetapi di dalam hati setiap orang. Perjanjian ini memiliki daya pemersatu bagi setiap insan yang mengenal Allah. Allah yang dapat membaharui umatNya dengan kasih sayang, kesabaran dan kerahimanNya.
Sabda Tuhan sangat menguatkan kita untuk tetap memandang pada Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Dialah Mesias yang menderita karena dosa dan salah, tetapi menjadi gunung batu keselamatan kita. Apakah kita tetap mau terombang-ambing dan akhirnya hanyut dalam salah dan dosa atau menjadi kokoh karena berada di atas Yesus sebagai gunung batu yang perkasa, benteng pertahan kita? Memang, kita harus mengakui ketidaksetiaan kita pada Tuhan, tetapi Tuhan senantiasa setia dan membaharui janji setiaNya dan mengikat kita sebagai anak-anakNya. Mari, “Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik, kekal abadi kasih setiaNya”. (Mzm 118:1.29; Mzm 136:1)
Doa: Tuhan, terima kasih karena kasih setiaMu melingkupi kami. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply