Renungan 14 Agustus 2012

St.Maximilianus Maria Kolbe
Hari Selasa, Hari Minggu Biasa XIX
Yeh 2:8-3:4
Mzm 119:14,24,72,103,111, 131
Mat 18:1-5.10.12-14

Menjadi Seperti Anak Kecil

Fr. JohnSt. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menerima komuni pertama ketika berusia 12 tahun. Dikisahkan bahwa ketika itu, sambil memandang Salib, ia berdoa, “Yesus di kayu salib yang haus, saya memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin agar banyak orang yang berdosa dapat bertobat.” Dia juga pernah mendoakan doa ini sebelumnya: “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan. Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu, o Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu”.

Kedua doa St. Theresia ini sangat populer dan mungkin membuat banyak orang merasa bahwa doa ini betul-betul doa seorang anak kecil yang ingin bersahabat dengan Yesus. Relasi antar pribadi dengan Yesus memang seharusnya demikian. Ada keakraban dari hati ke hati dengan Yesus. Kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus maka seharusnya relasi denganNya juga mirip relasi seorang anak dengan orang tuanya. Ada sikap jujur, terbuka dan penuh percaya pada Yesus.

Penginjil Matius hari ini mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan murid-murid datang kepada Yesus dan bertanya, “Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka dengan menyebut identitas “siapa”. Ia justru memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Dengan Keras Yesus berkata kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku”.

Kehebatan Yesus adalah Dia tidak menjawab pertanyaan para murid tetapi mengambil contoh nyata seorang anak kecil. Anak-anak kecil itu biasanya polos di hadapan Allah dan juga di dalam keluarga. Mereka jujur mengatakan apa adanya tentang hidup pribadi mereka, mereka tidak malu-malu memohon kepada Tuhan. Mereka juga rendah hati. Mereka percaya bahwa Tuhan pasti akan melakukan yang terbaik dalam hidup. Mereka menjadi model orang yang ramah dan optimis. Itu sebabnya Tuhan menghendaki agar kita juga memiliki semangat seperti anak-anak di hadapan Tuhan. Dalam Kotbah di bukit Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang suci hatinya karena mereka dapat melihat Allah” (Mat 5:8). Nah, pertanyaan bagi kita adalah apa yang dapat kita pelajari dari contoh anak kecil? Tentu saja kita perlu bertobat, menata hidup kita untuk menjadi sempurna di hadirat Tuhan. Orang yang bertobat memiliki rasa percaya yang besar kepada Tuhan, sifatnya polos dan terbuka serta membiarkan Tuhan berkarya di dalam dirinya.

Setelah memberi contoh tentang seorang anak kecil sebagai simbol kerendahan hati di hadapan Tuhan, Yesus juga memberi perumpamaan lain yang sifatnya mengajak murid-muridNya untuk bertobat. Mereka tersesat seperti domba di padang. Para gembala memiliki tugas mencari domba yang tersesat. Sang gembala akan merasa berbahagia serta bersukacita karena menemukan dombanya yang tersesat. Tuhan adalah gembala yang baik. Gembala yang baik mengenal domba-dombaNya dan domba-domba mengenal suaraNya. Nah, satu-satunya tujuan Yesus adalah memberi sukacita dan keselamatan kepada mereka yang tersesat. Ia sangat baik, tidak membiarkan umatNya hanyut dalam dosa tetapi mencari dan menyelamatkan mereka. Tuhan tidak menghendaki kebinasaan bagi anak-anakNya.

Apa yang dapat dilakukan umat beriman untuk tetap berada di hadirat Tuhan? Yehezkiel dalam bacaan pertama membantu kita dengan memberi jawaban-jawaban secara rohani. Umat beriman harus memiliki kemampuan untuk mendengar Sabda Tuhan tanpa membantahnya, membuka mulut dan memakannya. Dengan sikap-sikap ini maka akan timbul daya yang kuat untuk menjadi pewarta Injil kepada segala bangsa. Sabda Tuhan menurut Yehezkiel adalah makanan yang amat manis. Makanan yang harus disantap setiap orang yang percaya kepadaNya. Mendengar berarti mencintai!

Sabda Tuhan membuat kita berefleksi: Apakah kita juga mampu menjadi gembala yang baik yang selalu punya opsi mencari dan menyelamatkan yang sesat atau puas dengan domba-domba yang sudah ada? Terkadang kita memilih yang sudah ada dan membiarkan yang tersesat. Mengapa? Betapa kelirunya kita! Kita juga diajak untuk menjadi rendah hati seperti anak kecil, polos dan selalu mengandalkan Tuhan. Selidikilah bathinmu dan bertobatlah! Ambilah dan milikilah semangat “Anak kecil” di dalam hidupmu.

Doa: Tuhan, ampunilah kami orang berdosa. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply