Parenting ala Yesus

Merenungkan: Mat 25:1-13


Anak bijaksana dan anak bodoh


Hari ini Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan Surga dan urgensinya. Hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis yang mengambil pelita dan pergi menyongsong pengantin. Lima gadis dikatakan bodoh karena membawa pelita tanpa minyak dalam bulih-buih. Lima gadis yang lainnya membawa pelita dan minyak di dalam bulih-bulih. Karena lama menunggu maka mereka mulai malas dan tidur. Pada tengah malam pengantin datang. Para gadis bijak menyiapkan pelita dan minyak maka pelitanya tetap terang. Para gadis bodoh menyalahkan pelita dan tidak tahan lama, cepat padam dan mati. Para gadis bodoh berusaha: coba meminta bantuan pada kelima teman yang lain tapi tak direstui. Mereka pergi membelinya tetapi ketika kembali sudah terlambat dan pintu pun sudah ditutup. Tuan rumah tidak mengenal para gadis yang bodoh karena kelambanan mereka.


Kisah ini kelihatan sederhana tetapi menarik perhatian kita. Kerajaan Allah itu ibarat sebuah keluarga di mana ada anak-anak yang bijaksana dan ada juga yang bodoh. Anak-anak di dalam keluarga kebanyakan dikelompokkan atas dua bagian besar. Ada anak-anak yang rajin, tekun dan berhasil secara akademis. Mereka ini disebut anak-anak pintar. Ada juga anak-anak yang kalau belajar mandiri, perlu membaca sampai sepuluh kali baru mengerti. Anak-anak ini kadang-kadang disebut anak-anak bodoh atau anak-anak yang terbatas daya ingatnya. Situasi anak-anak secara akademis ini kadang-kadang membuat orang tua kurang menyadarinya. Orang tua menuntut supaya anak harus punya nilai yang tinggi, dan itu berarti anaknya hebat. Tuntutan-tuntutan yang berlebihan kadang membuat anak seakan-akan pincang dalam pertumbuhan secara intelektual. Anak-anak yang masih usia dini sudah dipaksa masuk kumon dan kalau sudah menghafal matematika maka dikatakan anak itu sudah hebat. Padahal anak-anak memiliki tahapan perkembangan yang jelas secara psikologis.


Sikap Yesus yang ditonjolkan di sini adalah Ia melihat jati diri anak-anak. Bahwa ada yang bijaksana atau tidak bijaksana alias bodoh itu adalah anugerah bagi setiap pribadi. Namun kemampuan setiap pribadi kalau dilatih maka akan berkembang dan mencapai ketajaman pada level tertentu. Tuhan tentu tidak akan membiarkan anak-anaknya tidak berkembang, Ia pasti membuka jalan supaya anak-anak juga bertumbuh menjadi bijaksana. Mari kita syukuri anugerah Tuhan bagi setiap pribadi. 

Lalu apa yang harus kita lakukan? 

Hai para orang tua, hargailah anak-anakmu. Jangan pernah berkata kepada anak-anakmu: “Kamu bodoh, bego, bloon”. Katakanlah sekarang ini, “Kamu pintar, hebat dan pasti bisa melakukannya!” Ketika mengeluarkan kata-kata seperti ini dapat membuat anak-anak menjadi kurang percaya diri. Hilangkan kebiasaan membandingkan anak-anak sebagai kakak beradik atau dengan orang lain. Anak-anak tetaplah anak-anak yang sedang berkembang. Bangunlah keterbukaan satu sama lain. Sebenarnya teman curhat pertama seorang anak adalah orang tuanya. Apabila orang tua bisa punya waktu untuk duduk bersama maka betapa anak-anak merasakan kehadiran orang tua dan tidak akan kehilangan figur ayah dan ibu. Anda tetaplah orang tua yang hebat!


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply