Homili Hari Minggu Biasa XXV/B – 2012

Hari Minggu Biasa XXV/B
Keb 2:12.17-20
Mzm 54:3-4.5.6.8
Yak 3:16-4:3
Mrk 9:30-37

Menjadi pelayan itu tugas nomor satu!

imageMengharukan! Pada tanggal 20 September 2012 sore hari setelah pemilihan umum kepala daerah Propinsi DKI, pasangan calon gubernur Foke-Nara membuat siaran pers. Mereka melihat hasil perhitungan cepat yang semuanya memenangkan pasangan Jokowi-Ahok. Dalam siaran persnya, Foke-Nara berjiwa besar mengakui kekalahan berdasarkan hasil perhitungan cepat. Foke mengatakan bahwa yang memenangkan pilkada adalah rakyat Jakarta sedangkan yang memimpin nanti adalah pelayan. Nara yang kurang fasih berbicara di depan umum meminta maaf kepada masyarakat atas kekurangan yang mereka lakukan selama masa kampanye. Ini merupakan sebuah pengalaman yang menarik perhatian kita semua. Orang pada akhirnya harus merasa bahwa menjadi pemimpin itu hendaknya menjauhkan diri dari nafsu mementingkan diri karena dapat menimbulkan iri hati dan permusuhan. Dengan berdalil SARA atau keanggotaan dalam partai politik tertentu ternyata belum cukup. Masyarakat ternyata semakin pintar dan cerdas. Orang yang bernafsu untuk berkuasa dapat melupakan Allah dan kegagalan adalah buahnya.

Penginjil Markus mengisahkan bahwa Yesus melintasi daerah Galilea bersama para muridNya sambil mengajar mereka. Inti ajaranNya hari ini adalah pemberitahuan kedua tentang penderitaanNya: “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Ia akan bangkit”. (Mrk 9:31). Pengajaran Yesus ini mengingatkan kita pada pemberitahuanNya yang pertama: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah hari ketiga” (Mrk 8:31). Pada saat itu Petrus tidak menerima model Mesias yang menderita. Bagi Petrus, Mesias atau Kristus itu hendaknya berjaya seperti Raja yang diurapi bukan pribadi yang menderita. Maka Yesus menghardik Petrus dengan mengatakannya Iblis karena memikirkan Mesias secara manusiawi bukan secara ilahi.

Yesus sekali lagi mengatakan hal yang sama tentang penderitaanNya namun para murid tidak mengerti maksudNya. Mereka sendiri segan untuk menanyakannya kepada Yesus. Pasti kita bertanya mengapa sikap para murid demikian? Mereka memang masih berharap bahwa Yesus yang mengakui diriNya diurapi (Luk 4:18) akan menjadi pemimpin yang kiranya dapat mengusir penjajah Romawi di Yerusalem. Namun semuanya ini tidak akan terlaksana sesuai harapan mereka karena justru yang mereka saksikan adalah peristiwa Yesus memanggul Salib. Yesus justru menjadi Mesias, orang benar yang menderita. Dalam terang bacaan pertama dari Kitab Kebijaksanaan dikatakan, “Jika orang yang benar itu sungguh Anak Allah, niscaya Allah akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya. Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhi hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya, ia pasti mendapat pertolongan.”

Ketika berjalan bersama, para muridNya mempertengkarkan siapa kiranya yang terbesar di antara mereka. Mereka ternyata memiliki ambisi-ambisi tertentu. Setiap hari mereka bersama dengan Yesus ternyata belum merupakan jaminan bahwa mereka rendah hati. Mereka masih sombong, iri hati dan ingin berkuasa. Untuk membuka wawasan mereka, Yesus memanggil seorang anak kecil dan meletakkannya di tengah-tengah mereka. Sambil memandang anak kecil itu Yesus merumuskan figur seorang pemimpin yang benar: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaknya ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya. Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menerima Aku. Dan barang siapa menerima Aku sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku”

Kita semua mendapat gambaran yang semakin jelas tentang siapakah Yesus itu sebenarnya. Yesus diakui oleh Petrus sebagai Mesias atau Kristus. Bagi Petrus, Kristus adalah pemimpin ideal secara manusiawi. Namun Yesus menghendaki sesuatu yang sangat berbeda. Mesias justru harus mengalami penolakan, wafat dan bangkit dengan mulia. Ini adalah sebuah bentuk kepemimpinan Yesus. Ia, meskipun Allah rela mengosongkan diri, merendahkan diri sampai wafat di salib (Fil 2:7). Kerelaan untuk mengosongkan diri merupakan pelayanan Yesus sebagai pemimpin kita. Itu sebabnya Ia mengatakan bahwa jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaknya ia menjadi yang terakhir dan pelayan bagi semuanya. Pemimpin bukanlah penguasa melainkan pelayan!

Yakobus dalam bacaan kedua menegaskan bahwa di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala perbuatan jahat. Orang dalam hal ini para pemimpin jemaat hendaknya terbuka pada hikmat yang berasal dari Tuhan yang sifatnya murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Ini adalah hal-hal yang perlu dihindari dalam membangun kebersamaan. Yakobus juga mengingatkan komunitasnya tentang hidup doa. Seringkali orang berpikir sudah berdoa dengan baik tetapi menurut Yakobus, orang bisa juga salah berdoa. Orang salah berdoa ketika permintaannya pada Tuhan semata-mata untuk memuaskan hawa nafsunya.

Pikirkanlah juga hari-hari hidupmu. Banyak kali anda juga menginginkan popularitas, ingin menjadi terbesar dan hebat. Hasrat yang demikian terkadang dapat menghancurkan relasi antar pribadi karena rasa ingat diri yang tinggi. Nah, menjadi pemimpin atau orang besar berarti mau merendahkan diri menjadi orang kecil, mau menderita dan melayani sesama. Melayani itu nomor satu! Yesus melakukannya dengan kenosis atau mengosongkan diriNya.

Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk memandang Yesus sebagai pemimpin dan pelayan sejati. Dia melayani kita dengan salibNya. Salib bagi Yesus adalah penolakan yang terus menerus sampai wafat di atas palang kayu yang sama. Mari kita membaharui hidup kita dengan berani memanggul salib kehidupan. Kita setia kepadaNya sebab Ia yang pertama-tama setia pada kita.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi pelayan-pelayanMu yang setia. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply