Renungan 24 September 2012

Hari Senin, Pekan Biasa XXV

Ams 3:27-34
Mzm 15:2-3ab,3cd-4ab,5
Luk 8:16-18
Jangan menghalangi cahaya pelitamu
Lampu untuk menerangi rumah merupakan salah satu kebutuhan penting di dalam setiap keluarga. Pada zaman yang sudah modern ini masih banyak rakyat yang belum menikmati  layanan listrik. Berbagai upaya dipakai untuk menghasilkan tenaga listrik tanpa mengandalkan BBM seperti bantuan tenaga matahari dan angin. Namun demikian masih juga ada daerah belum dijangkau sehingga pelita tetap merupakan sebuah andalan dalam keluarga-keluarga yang miskin. 
Orang-orang Palestina juga pernah memiliki rumah yang di desain sedemikian rupa supaya mudah dijangkau oleh cahaya pelita. Biasanya ada tempatnya dengan posisi agak tinggi sehingga orang yang keluar dan masuk rumah dapat saling melihat (Mat 5:15). Kalau kita perhatikan baik-baik, penginjil Matius dan Lukas sama-sama menekankan pentingnya pelita sebagai sumber cahaya dan cahaya itu tak boleh dipadamkan. Cahaya itu hendaknya tetap bersinar dan semua orang tetap melihat sinarnya.
Pasti kita bertanya apa yang Yesus maksudkan dengan perumpamaan ini? Setiap pengikut Kristus sudah dianggap sebagai lahan untuk ditaburkan benih Sabda Tuhan. Setiap pribadi boleh memeriksa bathin, apakah termasuk  daerah pinggir jalan, tanah berbatu, semak berduri atau tanah yang baik. Sang penabur bebas menaburkan benihnya dan lahan memiliki komitmen untuk menumbuhkannya. Nah, pada hari ini Yesus menghendaki agar setiap pribadi yang dipanggil untuk mendengar Sabda, dia sekaligus menjadi pelaku Sabda. Artinya Sabda Tuhan yang yang didengar tidak bisa disembunyikan seperti cahaya yang ditutup di bawah tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur. Pengikut Kristus yang baik tidak boleh menutup dirinya terhadap Sabda yang ia telah dengar, sebaliknya ia harus membuka dirinya dan menjadi pelaku Sabda. Penginjil Lukas dalam perikop kita menulis, “Sebab tiada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan , dan tiada suatu rahasi yang tidak akan diketahui dan diumumkan.”
Tuhan adalah pelita yang menyinari kegelapan hidup manusia (2Sam 22:29). Pemazmur berdoa, “Firman Tuhan adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm 119:105) Yesus menganggap Yohanes sebagai pelita yang menyala tetapi orang-orang Yahudi hanya mau menikmatinya sesaat (Yoh 5:35). Firman Tuhan itu laksana terang yang menyala dan menerangi langkah kaki manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Sabda Tuhan menjadi penerang untuk mengusir kegelapan dan dosa yang dapat dilakukan oleh manusia. Jadi Sabda Tuhan itu memiliki kuasa bagi kita bukan hanya sekedar mendengarnya tetapi melakukannya di dalam hidup kita. St. Yakobus dengan tepat menulis harapannya, “Hendaknya kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yak 1:22). 
Apa yang harus kita lakukan?
Yesus menghendaki kita semua sebagai pelaku SabdaNya hari ini. Menjadi pelaku Sabda berarti memberi kesaksian nyata tentang Sabda Tuhan seperti cahaya pelita di dalam rumah. Maka perbuatan-perbuatan baik hendaknya dilakukan dengan komitmen yang jelas dan ketekunan untuk menghasilkan buah yang melimpah. Di dalam bacaan pertama dari Kitab Amsal, kita diajak untuk melakukan perbuatan kasih terhadap sesama. Sikap iri hati dan cemburu tidaklah berguna  karena dapat mengganggu kehidupan bersama. Demikian juga pertengkaran dan pertikaian yang dapat menghancurkan relasi antar pribadi. Hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi adalah membangun keadilan dan cinta kasih persaudaraan. Mengapa? Karena Tuhan selalu bergaul dengan orang yang baik, murah hati dan jujur. Jangan menghalangi cahaya pelitamu atau meredupkan bahkan mematikan cahayanya. Jadilah pelaku Firman. Singkat kata, Jangan berhenti untuk berbuat baik!
Doa: Tuhan semoga hari ini kami menjadi pelita yang menerangi hidup sesama kami. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply