Renungan 27 September 2012

St. Vinsensius a Paulo
Hari Kamis, Pekan Biasa XXV
Pkh 1:2-11
Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17
Luk 9:7-9

Siapakah gerangan Dia ini?

Fr. JohnHari ini seluruh Gereja Katolik memperingati St. Vinsensius a Paulo. Ia lahir di desa Pouy, Perancis Selatan pada tahun 1581. Sebelum berumur 20 tahun ia telah ditahbiskan menjadi imam. Pada awal hidup imamatnya, ia menjadi pembimbing rohani di sebuah puri. Namun ia tergugah untuk melayani umat yang miskin jasmani dan rohani. Perhatian kepada kaum miskin ini menjadi  dasar cita-citanya untuk mendirikan kongregasi Lasaris. Karya utamanya adalah misi rakyat (retret umat) dan pendidikan klerus. Bersama Louise de Marillac, didirikannya Kongregasi Putri Kasih. Ia pernah berkata, “Kalau kamu memandang orang miskin di bawah terang iman, kamu akan melihat bahwa mereka itu mewakili Allah Putra yang memilih menjadi miskin”. Vinsensius meninggal pada tahun 1660.

Kata-kata St. Vinsensius a Paulo di atas sangat inspiratif. Setelah Yesus memberi kuat dan kuasaNya kepada para Rasul untuk mewartakan Injil dan melepaskan sakit penyakit di dunia ini, Ia juga mengingatkan mereka untuk hidup sederhana. Tuhanlah yang menjadi andalan hidup dan Dia yang akan mencukupkan segala keperluan manusia. Mengapa menjadi murid yang sederhana dalam melakukan tugas perutusan? St. Paulus memberi jawaban yang paling tepat. Para rasul harus menyerupai Yesus sendiri: “Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan Ia menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaanNya sebagai manusia, ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di Salib.” (Flp 2: 6-8).

Figur Yesus, Putera Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, memiliki kuasa yang besar terhadap segala kuasa duniawi. Orang banyak yang sakit disembuhkan, yang dikuasai roh jahat dilepaskan. Banyak tanda heran yang Ia lakukan sehingga membuat banyak orang mencariNya (Mrk 1:37). Herodes, raja wilayah Galilea misalnya, ia mendengar tentang Yesus sehingga ia cemas. Kecemasannya karena ada orang yang mengatakan kepadanya bahwa Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya telah bangkit. Dalam Injil Markus, Herodes sendiri percaya bahwa Yesus adalah Yohanes yang bangkit (Mrk 6:16). Ada juga yang mengatakan Elia sudah muncul kembali atau seorang dari para nabi zaman sebelumnya bangkit kembali. Saking cemasnya Herodes sehingga ia berkata, “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?”

Mari kita memandang pada Herodes. Dia dikenal dengan nama Herodes Antipas. Ayahnya bernama Herodes Agung dan Malthace, ratu berdarah Samaria. Setelah ayahnya meninggal ia menguasai daerah Galilea dan Perea, sedangkan Arkhelaus saudaranya menjadi raja Yudea, Samaria dan Idumea (Mat 2:22). Saudara mereka bernama Filipus yang isterinya bernama Herodias, memerintah bagian utara Israel yakni Iturea dan Trachonitis. Herodes Antipas memiliki sifat ambisius dan menyukai perempuan. Ia menceraikan isterinya yang bedarah Nabatea supaya dapat menikahi Herodias isteri Filipus saudaranya. Lukas memberi kesaksian bahwa Herodes Antipas cemas karena perbuatan dosa yang ia lakukan dengan membunuh Yohanes Pembaptis. Yohanes adalah orang baik, tetapi kehadirannya mengganggu kehidupan pribadi Herodes. Yohanes menegurnya karena ia mengambil Herodias isteri Filipus saudaranya.

Kehadiran Yesus juga menjadi tanda tanya bagi Herodes. Herodes galau! Ia mencari tahu identitas Yesus. Ia juga ingin melihat secara langsung Yesus membuat mukjizat. Penginjil Lukas melukiskan perjumpaan Herodes dengan Yesus dalam kisah sengsara Yesus: “Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagi pula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Herodes kemudian bersama pasukannya mengolok-olok Yesus.”(Luk 23:8.11).

Herodes itu orang yang berlawanan dengan Yesus. Ia memang mendengar tentang Yesus dan merasa cemas tetapi kecemasannya itu memiliki alasan yang sangat manusiawi. Ia hanya mau melihat mukjizat tetapi tidak mengimani Yesus. Sama seperti Ayahnya Herodes Agung, ada perasaan disaingi oleh orang baik seperti Yohanes Pembaptis dan Yesus. Ini juga kiranya menjadi alasan kecemasannya atau kegalauannya. Namun kerinduannya untuk melihat Yesus merupakan hal positif Herodes, meskipun tanpa mengimani Yesus.

Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk selalu memandang pada Yesus. Dia adalah pusat iman kita. Dia adalah segala-galanya dalam hidup. Nah, kalau Herodes yang jahat saja memiliki kerinduan untuk melihat Yesus, bagaimana dengan anda dan saya yang mengakui dan mengimani Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Apakah ada kerinduan mendalam juga di dalam diri kita untuk bertemu, mengikutiNya dari dekat, mengimaniNya lebih kuat lagi? Apakah anda juga galau seperti Herodes? Periksalah bathinmu di hadirat Tuhan dan jawablah “Siapakah Yesus bagimu?”.

Doa: Tuhan, tambahlah selalu iman kami kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply