Renungan 9 Oktober 2012

Hari Selasa, Pekan Biasa XXVII

Gal 1:13-24
Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15
Luk 10:38-42
Terus mendengar SabdaNya!
Dalam Bacaan pertama liturgi hari ini, Santu Paulus melanjutkan sharing pengalaman tentang panggilannya. Ia menyadari hidupnya di hadirat Tuhan. Sebelumnya ia berada dalam kegelapan karena menganiaya jemaat dan berusaha untuk membinasakan mereka.  Ia juga merasa diri lebih maju dalam memelihara adat istiadat Yahudi. Meskipun memiliki banyak kelemahan namun Ia mengakui bahwa Tuhan Allah telah memilihnya sejak masih dalam kandungan ibunya dan memanggilnya karena kasih karunia Allah. Allah sendiri menyatakan AnakNya di dalam diri Paulus supaya ia dapat mewartakannya kepada bangsa-bangsa. Semua rencana Tuhan ini terwujud ketika ia melakukan perjalanan misioner untuk mewartakan Sabda. Dia juga mengakui bahwa segala yang ditulisnya itu benar. Banyak orang memuliakan Allah ketika mendengar bahwa Saulus sebagai pribadi yang menganiaya jemaat sudah bertobat menjadi Paulus. Hal penting yang menggambarkan pribadi Paulus adalah bahwa dia bertobat dari Saulus menjadi Paulus. Saulus seorang yang menganiaya para pengikut Kristus menjadi Paulus yang mewartakan sabda secara lisan dan tulisan. Ini adalah pelayanan Paulus yang nyata di dalam Gereja perdana. 
Penginjil Lukas mengisahkan perjalanan Yesus dan para muridNya menuju ke Yerusalem. Mereka singgah di rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani sedangkan Maria duduk dan mendengar Yesus. Dalam tradisi Yahudi, anak perempuan yang tertua, kalau sudah ditinggalkan orang tua maka dialah yang menjadi ibu rumah. Setiap orang yang datang mengunjungi rumah itu akan di layani oleh anak perempuan yang lebih tua. Inilah yang sedang dibuat oleh Martha. Marta merasa bahwa dia melayani sendiri maka Ia menyampaikannya kepada Yesus. Yesus berkata, “Martha, Martha, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara padahal hanya ada satu yang perlu. Maria telah memilih yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya”. Hal terbaik dari Maria adalah ia duduk dekat kaki Yesus dan mendengar setiap perkataanNya.
Yesus sebelumnya mengajar hukum cinta kasih. Kita semua diajak untuk mengasihi Allah dan sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Yesus memperdalam pengajaranNya tentang mengasihi sesama dalam kisah Marta dan Maria. Mengasihi sesama menjadi nyata dalam sikap menerima pribadi-pribadi apa adanya dan melayani mereka. Di samping itu kemauan untuk duduk dan mendengar Sabda merupakan hal terbaik yang harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Sikap hidup Kristiani yang benar dibangun di atas dasar cinta kasih kepada Tuhan dan sesama dan diikat oleh kemampuan untuk mendengar Sabda. Ini menjadi kondisi esensial untuk memilik Hidup kekal. Komunitas gereja perdana pernah mengalami kesulitan dalam pelayanan kepada kaum kecil yang sangat membutuhkan (Kis 6). Jadi hukum cinta kasih ini menjadi nyata dalam pelayanan dan mendengar Sabda. Pelayanan sabda merupakan prioritas dalam komunitas (liturgi) dan pelayanan (dakonia). Namun yang terpenting adalah pelayanan Sabda. Paulus dalam bacaan pertama menjiwai pelayanan sabda ini.
Martha adalah pelayan yang baik. Ia melakukan segala-galanya untuk menghormati Yesus. Itu memang tugasnya dia sebagai ibu rumah tangga. Maria memilih duduk dekat kaki Yesus untuk mendengar setiap perkataanNya. Sikap Maria adalah sikap seorang murid yang baik yang selalu mendengar sang gurunya. Martha suka melayani dan kahawatir kalau pelayanannya tidak memuaskan Yesus dan para muridNya sehongga ia minta kepada Yesus untuk menegur Maria supaya ikut melayani. Satu hal penting yang diminta Yesus adalah mendengar dan melakukan SabdaNya. Urusan makan dan minum adalah urusan kedua tapi yang terpenting adalah mendengar Sabda dan melakukannya.
Kecemasan dan kesibukan dapat mengganggu kita dalam berelasi dengan Tuhan. Kita tidak punya waktu untuk mendengar Sabda dan pikiran kita kepadaNya juga terbagi. Pengalaman Martha dan Maria juga menjadi pengalaman gereja. Kadang-kadang orang mencari-cari alasan pelayanan untuk membenarkan diri. Ada orang yang suka melayani tetapi tidak berdoa, tidak mengikuti perayaan Ekaristi dan pelayanan sakramen lainnya, tidak membaca Kitab Suci. Kita tidak bisa menjadi orang kristiani hanya untuk melayani saja karena pelayanan akan kosong dan tak bermakna karena semata-mata kekuatan manusia. Kita perlu bersekutu dengan Tuhan, mendengar sabdaNya dan melakukannya di dalam hidup. 
Mengapa mendengarkan Sabda Tuhan itu penting dan merupakan hal terbaik? Dengan mendengar sabda Tuhan kita dapat mengalami Allah. Allah memiliki kuasa yang dapat mengubah diri kita dan sesama. Dengan mendengar Sabda kita dapat menjadi satu komunitas. Ketika merayakan Ekaristi kita semua mendengar Sabda yang sama, saat itu kita membentuk satu komunitas persaudaraan. Dengan mendengar sabda Tuhan kita dapat menjadi rasul atau utusan untuk melakukan Sabda.
Sabda Tuhan hari ini menguatkan kita. Paulus dengan kesaksiannya membuka wawasan kita bahwa Allah itu maharahim. Allah tidak memperhitungkan masa lalunya Paulus tetapi Allah mencintainya apa adanya. Kita juga dikuatkan untuk memiliki komitmen yakni mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup ini. Pilihlah yang terbaik yang Tuhan kehendaki yaitu mendengarNya! Apakah anda mendengar Tuhan di dalam hidupmu?
Satu hal lain yang kira penting dalam permenungan kita adalah keterbukaan Yesus tehadap kaum wanita. Para wanita Yahudi saat itu tidak nyaman kalau menerima tamu laki-laki. Tetapi Yesus mengoreksi cara pandang ini. Semua manusia baik pria maupun wanita memiliki kesamaan di hadirat Tuhan. Apakah gereja tetap memperjuangkan harkat dan martabat kaum wanita seperti Yesus?
Doa: Tuhan, terima kasih karena SabdaMu mengubah hidupku.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply