Renungan 10 Oktober 2012

Hari Rabu, Pekan Biasa XXVII

Gal 2:1-2.7-14

Mzm 117:1.2

Luk 11:1-4

Tuhan, Ajarlah kami berdoa!

Ketika masih kulah di STF Driyarkara, Jakarta, Almahrum Gus Dur memberi kuliah terbuka. Dia menceritakan anekdote ini: Tuhan Allah senantiasa lain. Ia disapa oleh orang dengan sapaan yang unik. Orang-orang Nazrani paling akrab dengan Tuhan Allah karena menyapaNya: Bapa. Orang Hindu merasa masih kerabat Allah maka mereka menyapaNya: Om Shanti. Orang Muslim percaya bahwa Allah Mahabesar maka kalau menyapaNya juga menggunakan pengeras suara. Tetapi Allah, tetaplah Allah yang maha esa. Sebuah anekdot sederhana tetapi memiliki makna tersendiri bagi setiap pemeluk agama.

Setelah Yesus mengajar hukum cinta kasih, Ia membimbing kita untuk mengerti tentang wujud nyata cinta kasih. Cinta kasih itu tidak hanya bertumbuh subur karena semangat pelayanan tetapi lebih dari pelayanan adalah mendengar Sabda Tuhan. Sikap yang bagus adalah dengan duduk di dekat kaki Yesus dan mendengar segala perkataanNya. Selanjutnya, para Rasul pilihan Yesus ini memohon agar Ia mengajar mereka sebuah doa khusus, doa yang berbeda dengan doa lain milik orang Yahudi dan para pengikut Yohanes Pembaptis. Maka Yesus mengajar doa Bapa Kami. 

Doa Bapa kami disebut juga doa Tuhan atau Oratio Dominica. Mengapa disebut doa Tuhan? Karena doa ini diajarkan sendiri oleh Tuhan Yesus. Ia mengajar mereka dalam bahasa Aram (bahasanya Yesus) atau kemungkinan lain dalam bahasa Yahudi (bahasa Kitab Suci dan doa harian). Dari bahasa Aram atau Yahudi lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh Matius (Mat 6:9-13) dan Lukas (Luk 11:1-4). Tertulianus, seorang Bapa Gereja menganggap Doa Bapa Kami  sebagai ringkasan seluruh Injil. Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa doa Bapa Kami adalah doa yang paling sempurna. Itu sebabnya banyak umat katolik kalau membuat doa spontan, selalu mengakhirinya dengan berkata: “Doa ini kami sempurnakan dengan doa yang diajarkan Yesus sendiri”  Hal yang menarik perhatian kita adalah Yesus mengajar sekaligus mengajak kita untuk menyapa Allah sebagai Abba atau Bapa tersayang.

Inilah Doa Bapa kami dalam bahasa Aram:

Avvon d-bish-maiya, nith-qaddash shim-mukh.

Tih-teh mal-chootukh. Nih-weh çiw-yanukh:

ei-chana d’bish-maiya: ap b’ar-ah.

Haw lan lakh-ma d’soonqa-nan yoo-mana.

O’shwooq lan kho-bein:

ei-chana d’ap kh’nan shwiq-qan l’khaya-ween.

Oo’la te-ellan l’niss-yoona:

il-la paç-çan min beesha.

Mid-til de-di-lukh hai mal-choota

oo khai-la oo tush-bookh-ta

l’alam al-mein. Aa-meen.

Kalau kita gabungkan doa Bapa kami dalam Injil Matius (Mat 6:9-13) dan Lukas (Luk 11:1-4), ada  tujuh permohonan penting yakni:

1. Dimuliakan atau dikuduskanlah namaMu. Memuliakan atau menguduskan nama Tuhan Allah. Ini merupakan pujian dan hormat kepada Tuhan Allah sebagai Yang Kudus. Allah sendiri telah mewahyukan diriNya kepada Musa agar Umat dikuduskan bagiNya sebagai suatu bangsa yang kudus.

2. Datanglah KerajaanMu. Gereja selalu berdoa memohon dengan sangat kedatangan Kerajaan Allah melalui kembalinya Kristus dalam kemuliaanNya.

3. Jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam surga. Kehendak Bapa ialah semua orang diselamatkan (1Tim 2:4). Yesus telah datang untuk melaksanakan kehendak Bapa yaitu menyelamatkan semua orang yang hidup dan mati.

4. Berilah kami rezeki pada hari ini. Dengan memakai semangat seperti seorang anak kecil kita meminta kepada Bapa rezeki yang cukup untuk semua orang.

5. Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Sebagai orang berdosa, kita memohon pengampunan yang berlimpah dari Tuhan. Pada saat yang sama kita juga memohon supaya mampu mengampuni sesama yang bersalah kepada kita.

6. Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan. Kita memohon kepada Allah Bapa agar tidak meninggalkan kita sendirian dan berada dalam kuasa godaan.

7. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Kejahatan adalah pribadi setan yang menentang Allah dan yang menyesatkan seluruh dunia (Why 12:9). Kita berdoa agar semua umat dibebaskan dari setan dan pekerjaan-pekerjaanNya.


Kalau kita perhatikan ketujuh permohonan dalam doa Bapa Kami, kita menemukan betapa kayanya doa ini. Kelihatan sederhana tetapi merangkum semua permohonan kita setiap hari. Pada akhir doa Bapa kami, kita selalu mengakhirinya dengan seruan “Amen”. St. Cyrillus dari Yerusalem mengatakan bahwa pada setiap akhir doa kita selalu mengucapkan kata Amen. Amen berarti semoga demikian kita percaya ada semua yang terkandung dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk terus berdoa kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply