Renungan 12 Oktober 2012

Hari Jumat, Pekan Biasa XXVII

Gal 3:7-14
Mzm 111:1-2.3-4.5-6
Luk 11:15-26
Setan juga takluk padaNya!
Pada suatu sore saya mendengar anak-anak berteriak-teriak karena salah seorang teman mereka kerasukan setan. Ketika melihatnya dari dekat saya bingung dan bertanya dalam hati apa yang dapat saya lakukan untuk menolongnya, di samping mendoakan dan memberkatinya. Saya menyuruh anak-anak mengambil air kudus dari kapel seminari dan memerciki kepalanya. Ia membuka mata sambil  melihat saya memegang rosario. Sambil menatap salib pada rosario, ia berkata, “Ampunnnn, pergi…saya lagi kepanasan. Engkau lebih kuat dari saya”. Setelah mengatakan demikian anak itu terdiam. Semua orang termasuk saya sendiri kaget dan takut. Teman-temannya mengantar ke rumah. Keesokan harinya anak itu pergi ke sekolah. Ia singgah di pastoran sambil bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhannya. Ia berkata, “Saya percaya bahwa Tuhan memiliki kuasa besar. SabdaNya telah membebaskan saya dari kuasa kejahatan”. Ini sebuah kesaksian sederhana tetapi mau mengatakan betapa Allah kita memiliki kuasa yang besar melebih segala kuasa di atas bumi ini.
Penginjil Lukas hari ini mengisahkan tentang dahsyatnya kuasa Yesus. Ia  mengusir setan dalam diri seseorang karena setan itu membisukan dia. Dengan menyaksikan karya ajaib itu membuat orang Farisi dan orang Yahudi lainnya semakin panik dan mencari jalan bagaimana dapat  mempermalukan Yesus. Mereka mencapai kesepakatan untuk mengatakan bahwa semua yang dilakukan Yesus terutama mengusir setan yang merasuki banyak orang itu karena kuasa Belzebul di dalam diriNya. Itu sebabnya, Tuhan Yesus tak henti-hentinya mengusir setan-setan dan mereka pun takluk kepadaNya karena Belzebul atau penghulu setan.
Untuk menyadarkan mereka dari pikiran negatif, Yesus berkata kepada mereka: “Setiap bangsa yang terpecah-pecah oleh perang saudara pasti binasa, setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau setan itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, kerajaannya akan berakhir.” Dengan pernyataan ini, Yesus lalu bertanya kepada mereka: “Bagaimana kamu dapat berkata bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Belzebul? Kalau begitu dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusir setan? Merekalah yang akan menjadi hakimmu”. 
Di samping mempertanyakan kuasa pengikut-pengikutnya ketika mengusir setan, Yesus juga mempertegas bahwa semua yang Dia lakukan bukan dari diriNya sendiri tetapi dengan jari Tuhan Allah atau kuasa Allah. Dia lalu menceritakan perumpamaan tentang seorang yang kuat dan lengkap senjatanya untuk menjaga rumah. Dengan perlengkapan senjata maka tentu saja rumah akan aman. Kecuali yang datang menyerang adalah orang yang jauh lebih kuat dari padanya. Yesus memiliki kuasa yang menaklukan segalanya. Dengan berkuasanya Yesus maka era kuasa setan pun berakhir. Dengan wafat dan kebangkitanNya maka setan juga dikalahkanNya.

Selama masih berada di dunia, kekuatan jahat tetap akan mengganggu kehidupan kita. Supaya kita merasa aman maka perlu kekuatan dari Allah sendiri. Allah adalah senjata untuk mengalahkan kuasa jahat. Untuk itu kita perlu membangun relasi yang akrab dengan Tuhan. Lagi pula Yesus sendiri mengatakan bahwa roh jahat bisa kembali kapan saja dengan kekuatannya tujuh kali lipat. Para murid harus menjadikan Yesus sebagai senjata, karena hanya Dialah yang punya kuasa menaklukan setan.

Paulus dalam Bacaan Pertama menginspirasikan kita untuk hidup sebagai orang beriman sebagaimana Abraham yang diberkati Tuhan karena imannya. Orang beriman adalah orang yang dibenarkan oleh kasih karunia Allah. Orang itu menggantungkan seluruh harapannya kepada Tuhan. Hukum Taurat bagi Paulus itu penting tetapi iman itu ada di atas segalanya. Bagaimana orang dapat taat kepada hukum Taurat kalau ia tidak mengimani Allah? Hukum taurat justru digenapi Yesus dengan ketaatanNya. Dari situ, kiblat hidup kita seharusnya mengarah kepada Kristus. Yesus Kristus menjadi segalanya bagi kita. Apakah anda sungguh-sungguh mengimani Kristus? Ingat, setan saja takluk padaNya!   
Sabda Tuhan pada hari ini membuat kita berefleksi tentang bagaimana membangun relasi yang baik dengan sesama. Kadang-kadang kita tidak mengapresiasi kebaikan dan kelebihan sesama tetapi berusaha untuk memojokkan atau meremehkan mereka. Kadang-kadang sikap tidak bersahabat atau tidak toleran ada di dalam diri kita karena kita tidak terbuka dan melihat kelemahan diri dan kelebihan sesama. Kisah Injil hari ini mau mengubah polah hidup kita. Mari kita belajar menghargai sesama dengan kelebihan dan kekurangannya. Terimalah mereka apa adanya. Tentu dunia kita akan bebas dari kejahatan ketika setiap orang keluar dari dirinya dan menyambut sesama seadanya. Semua orang merasa sebagai saudara!

Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk mampu menerima sesama apa adanya. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply