Renungan 15 Oktober 2012

St. Theresia dari Avila

Gal 4:22-24.26-27.31-5:1
Mzm 113:1-7
Luk 11:29-32
Yesus lebih dari Yunus dan Salomo
Hari ini kita merayakan  peringatan St. Theresia dari Avilla, Perawan dan Pujangga gereja. Ia lahir di Avilla pada tahun 1515. Pada usia 19 tahun ia masuk biara Carmel. Tetapi pertobatannya baru terjadi tahun 1555 ketika ia melihat gambar Yesus yang dianiaya. Ia yakin bahwa Ordo Carmel memerlukan pembaharuan. Mula-mula ada yang menentang, sampai diketahui, bahwa bukan nafsu pembaharuan melainkan rasa religius yang mendalam yang menjadi alasannya. Ini juga menjadi sebuah keprihatinan dalam hidup bersama. Melalui tulisan-tulisan rohani yang mengungkapkan religiusnya, dia menjadi wanita pertama yang mendapat gelar Pujangga Gereja bersama St. Khatarina dari Siena pada tahun 1970 dari Paus Paulus VI.

Seorang bapa sedang bersedih. Ia mengalami krisis kepercayaan di dalam keluarga sebagai bapa. Selama ini semua pendapatan keluarga merupakan gabungan antara pendapatan istrinya dan dia. Istrinya bertugas untuk mengelola keuangan keluarga. Konsekuensinya, setiap kali dia sebagai suami atau anak-anak membutuhkan uang, mereka selalu meminta dari sang istri. Demikian juga ketika membayar gaji pembantu selalu dari tangan istrinya. Akibatnya adalah anak-anak dan pembantu tidak memiliki rasa hormat kepadanya. Mereka berpikir bahwa semua yang mereka nikmati hanya berasal dari pekerjaan ibu. Oleh karena itu mereka lebih taat pada istrinya karena mereka meminta dan menerima darinya. Anak-anak bahkan terang-terangan mengatakan kepada bapa itu, “Buktikan bahwa kami anak-anak dikasihi”. Perkataan ini yang membuat dia kecewa. Berkali-kali anak-anak diingatkan tetapi anak-anak telah terbiasa menerima dari tangan ibu mereka dan lupa bersyukur juga kepada bapa.
Ini hanya sebuah contoh yang sederhana bagaimana relasi antar pribadi di dalam keluarga tidak harmonis karena kebiasaan-kebiasaan tertentu. Di tempat kerja juga terkadang para karyawan lebih taat kepada bendahara yang membayar gaji atau honor. Karena dari tangan bendahara mereka menerima gaji atau honor. Sadar atau tidak sadar kadang-kadang karyawan meminta tanda atau bukti bahwa perusahaan memperhatikan hidup mereka. Biasanya yang menjadi sasaran kritikan adalah pemimpin perusahaan.
Penginjil Lukas hari ini mengisahkan curhatnya Yesus. Ia sudah membuat tanda-tanda heran, mengajar dengan kuasa dan wibawa namun orang belum sadar dan meminta bukti-bukti lagi. Mengherankan karena seharusnya dengan tanda-tanda heran dan pengajaran yang Ia berikan itu sudah cukup bagi mereka untuk mengenal diriNya sebagai Mesias. Sebelumnya, orang-orang menganggap Yesus mengusir setan dengan kuasa belzeebul, si penghulu setan (Luk 11:5). Sekarang mereka meminta satu tanda yang membuktikan bahwa Dia memang Mesias, utusan Allah. Maka kepada orang banyak, Ia berkata, “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus”
Mengapa Yesus memilih Yunus sebagai contoh? Yunus merupakan utusan Tuhan untuk mempertobatkan orang-orang Ninive. Dalam perjalanan untuk mempertobatkan orang-orang Ninive, Yunus mengalami tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari dan tiga malam. Yesus mengakui diriNya bahwa Ia lebih daripada Yunus. Yesus memang menyeruhkan seruan tobat tetapi pengalaman wafat dan bangkitNya dari alam maut itu melebihi Yunus. Dengan wafat dan bangkit dari alam maut, Ia telah menghancurkan kejahatan dan dosa, bukan hanya sekedar sebuah seruan tobat. 
Yesus juga mengambil contoh Raja Salomo yang terkenal bijaksana. Bagi orang-orang zaman itu, Salomo bukan hanya sebagai raja yang kaya namun ia juga bijaksana. Kebijaksanaannya bahkan sampai kedengaran di negeri-negeri lain. Ratu Sheba misalnya, datang dari negerinya ke Yerusalem untuk mengetahui kehebatan Salomo (1Raj 10:6). Yesus mengatakan, diriNya lebih dari Salomo. Meskipun dengan tegas Ia mengatakan dirinya lebih besar dari Yunus dan Salomo namun orang-orang Yahdi tetap tidak percaya pada Yesus. Inilah alasan mengapa ia menganggap mereka sebagai generasi yang jahat.

Santu Paulus pernah berkata, “Orang-orang Yahudi meminta tanda-tanda heran…Kami mewartakan Kristus tersalib, skandal bagi orang-orang Yahudi” (1Kor 1:22-23). Kata-kata Paulus ini kiranya paling tepat untuk menjelaskan perumpamaan Yesus tentang Yunus dan Salomo. Orang-orang Yahudi memang menyukai tanda-tanda. Mungkin karena kisah-kisah lampau di mana ketika nenek moyang mereka keluar dari tanah Mesir, mereka mengalami tanda-tanda. Atau kisah Elia dan Elisa dengan mantel sebagai tanda. Yesus menegaskan bahwa dalam hubungan dengan diriNya, tidak ada tanda lain selain tanda Yunus. Salomo terkenal sebagai raja bijaksana, tetapi Yesus lebih dari Salomo. 
Yesus menghendaki agar para muridNya memiliki pandangan yang jernih tentang diriNya. Dialah yang datang untuk memerdekakan umat manusia. Santu Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang dibaptis telah mengenakan kemerdekaan Kristus maka tidak ada lagi hamba atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan tetapi semuanya telah menjadi satu dengan Kristus. Dalam Bacaan Pertama, Paulus coba membandingkan kedua wanita Abraham. Hagar adalah hamba maka anak yang lahir darinya diperanakan menurut daging. Hagar adalah wanita Sinai yang masih berstatus sebagai hamba. Sara adalah wanita merdeka. Ia melahirkan anak sebagai wanita merdeka sesuai janji Tuhan. Kedua contoh ini diangkat oleh Paulus untuk menjelaskan tentang keterikatan pada hukum taurat dan rahmat yang diterima cuma-cuma dari Allah. Keselamatan adalah hadia cuma-cuma dari Tuhan melalui Yesus Kristus. Dialah tanda kasih yang benar dari Allah bagi umat manusia.
Bacaan-bacaan suci hari ini mendorong kita untuk semakin mengenal dan mencintai Yesus. ialah satu-satunya juru selamat kita. Dia lebih dari Yunus dan Salomo. Dia menjadikan kita sebagai orang merdeka dengan wafat dan kebangkitanNya. Mari bersyukurlah kepada Tuhan sebab kekal abadi kasih setianya.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk tetap mencintaiMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply