Renungan 17 Oktober 2012

St. Ignasius dari Antiokhia

Hari Rabu, Pekan  Biasa XXVIII

Fil 3:17-4:1 
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11
Yoh 12:24-26


Akulah Ignasius pengikut Dia yang tersalib!


Hari ini seluruh Gereja merayakan Peringatan St.Ignasius dari Antiokhia. Ignasius adalah murid St. Yohanes Rasul dan Penginjil. Ia adalah murid Yohanes yang mengesankan karena ia pandai, saleh, dan bijaksana. Karena ia memiliki banyak kebajikan sehingga diangkat menjadi uskup di Antiokhia. Pada waktu itu umat Kristiani dianiaya oleh Kaisar Trajanus. Ignasius juga ikut dikejar oleh kaisar ini. Gereja yakni umat Allah saat itu dihadapkan pada pilihan: murtad atau mati. Bagi mereka yang murtad akan menyangkal iman kepada Yesus dan tetap hidup tetapi mereka yang memilih mati akan mendapat hukuman sampai mati.


Ignasius ditangkap dan dihadapkan pada Kaisar. Kaisar bertanya kepada Ignasius, “Siapakah engkau, hai orang jahat yang tidak mentaati perintahku?”Ignasius menjawabnya, “Jangan menyebut jahat orang yang membawa Tuhan  dalam dirinya. Akulah Ignasius, pemimpin orang-orang yang sekarang berdiri di hadapanmu. Kami semua adalah pengikut Kristus yang telah disalibkan bagi keselamatan umat manusia.Kristus itulah Tuhan kami, dan Ia tetap tinggal dalam hati kami dan menyertai kami”. Setelah mengatakan demikian, ia ditangkap dan dibawa ke Roma untuk dihukum mati. Di Roma ia di lemparkan ke dalam kandang singa yang lapar dan langsung dilahap. Meskipun demikian, dalam perjalanan menuju kematian, Ia masih menghibur jemaatnya Antiokhia dan memohon doa mereka.


Ignasius adalah contoh pribadi yang menyerahkan segala-galanya untuk Tuhan. Ia tidak takut, tidak merasa dirinya rugi menjadi martir tetapi menjadi martir adalah panggilannya yang luhur sebagai tanda cinta kasihnya kepada Yesus. Ignasius memohon kepada umatnya: “Doakanlah aku agar aku mendapat kekuatan lahir dan bathin, menjadi seorang yang tabah dalam iman dan supaya aku menjadi benar-benar orang kristen bukan saja dengan nama tetapi lebih-lebih dengan perbuatan yang nyata. Aku menuliskan surat ini kepadamu selagi aku masih hidup. Kekasihku sudah disalibkan maka aku pun tidak merindukan sesuatu yang duniawi. Aku merindukan persatuan dengan Dia”


Doa Ignasius ini sangat inspiratif karena dapat membantu kita untuk memahami Injil pada hari ini. Yesus berkata, “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Hal yang ditonjolkan oleh Yohanes adalah pentingnya kematianNya untuk menghasilkan buah keselamatan bagi umat manusia. Yesus itu laksana biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati sehingga menghasilkan banyak buah. Untuk mempertegas pernyataan ini, Yesus mengundang para murid untuk mengikutiNya. Tentang hal ini Yesus berkata, ”Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barang siapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Yesus tentu mengundang para muridNya untuk mengikuti jejakNya. Jadi perlu keberanian dan siap menderita demi Kristus. Yesus pada akhirnya mengajak semua muridNya untuk melayani Dia dan mengikutiNya. Orang-orang seperti ini akan dihormati oleh Bapa.


Paulus dalam bacaan pertama mengajak jemaat di Filipi untuk mengikuti teladannya. Paulus menunjukkan teladan kesetiaannya pada Kristus. Ia sedih karena banyak orang mengaku memusuhi salib Kristus. Mereka hidup jauh dari Yesus. Itu sebabnya Paulus mengatakan bahwa kesudahan mereka adalah kebinasaan, Tuhan mereka adalah perut, kemuliaan mereka adalah hal-hal aib, pikiran mereka hanya pada hal-hal duniawi. Paulus juga mengingatkan jemaat di Filipi bahwa mereka adalah warga Kerajaan Allah. Kristus sendiri akan mengubah tubuh kita sehingga menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia. Karena itu hendaklah mereka berdiri dengan teguh di hadapan Allah.


Pengajaran Yesus dan himbauan Paulus membuat kita menjadi sadar diri sebagai pengikut Kristus. Kita semua adalah warga sekolahnya Yesus yakni Sekolah Memikul Salib (SMS). Menjadi pengikut Kristus sama dengan Ignasius yang wafat demi iman dan cintanya kepada Kristus. Atau sama dengan Paulus yang rela menderita karena Kristus yang ia kasihi. Apakah kita juga berani untuk memberi segalanya untuk Tuhan? Atau kita justru selalu membuat perhitungan untung dan rugi dengan Tuhan?


Doa: Tuhan, kuatkanlah kami untuk menjadi saksiMu. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply