Homili Peringatan Arwah Umat Beriman (Misa I)

2Mak 12:43-46
Mzm 130: 1-2.3-4.5-6a.6b.7-8
1Kor 15:20-24a.25-28
Yoh 6:37-40

Kematian itu indah, Bagaimana menghadapinya?

Fr. JohnSt. Fransiskus dari Asisi pernah menghibur umat beriman untuk tidak takut menghadapi kematian. Bagi Fransiskus, kematian adalah saudara yang kapan saja dapat datang dan menjemput setiap pribadi. Maka setiap pribadi diharapkan selalu siap menyambut saudara maut atau saudara kematian. Santo Alfonsus Maria de Liguori, orang Kudus kelahiran Napoli, Italia, 27 September 1696, pernah menulis sebuah buku berjudul “Persiapan Kematian yang baik” pada tahun 1758. Di usia senjanya ini, Alfonsus menulis buku yang bagus setelah lebih dari tiga puluh tahun berkotbah dan memberi retret. Buku Persiapan kematian ini mau membantu seluruh umat beriman untuk mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi kematiannya. Almahrum Pater Moses Beding CSsR menyadur buku karya St. Alfonsus ini dengan judul yang menarik, “Kematian itu indah, bagaimana menghadapinya?”

Di dalam buku ini diuraikan banyak hal dan ada satu hal yang menarik yaitu bagaimana mempersiapkan kematian. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan setiap pribadi yakni:

Pertama, janganlah menunggu sampai saat terakhir. Kematian adalah sebuah kepastian maka setiap orang harus menyadari bahwa mereka akan melewatinya. Untuk itu persiapan diri dalam menyambut kematian itu perlu dan harus dimiliki setiap orang sehingga nantinya ia dapat berjumpa dengan kematian yang membahagiakan. Kematian yang membahagiakan dapat dialami oleh orang yang membenci dosa-dosanya dan mencintai Allah sendiri.

Kedua, periksalah batinmu dan bereskanlah hidupmu. Setiap orang diingatkan untuk mempersiapkan kematiannya dengan memeriksa batin dan melakukan pertobatan. Orang perlu membuang jauh-jauh dari hatinya semua afeksi yang jahat dan perasaan-perasaan marah serta dengki kepada sesama. Usaha menjauhkan diri dari perbuatan salah dan dosa. Itu sebabnya sakramen ekaristi dan tobat menjadi bagian yang penting dalam mempersiapkan kematian.

Ketiga, setiap orang diharapkan menghindari dirinya dari cinta duniawi. Setiap orang hendaknya merasa memiliki keinginan untuk menghadapi ajal. Penulis Kitab Wahyu menulis, “Berbahagialah orang mati,  yang mati dalam Tuhan”  (Why 14:13). St. Ambrosius berkata, “Mereka yang mematikan cinta duniawi selama hidupnya akan mati dalam keadaan yang baik”Kematian yang bahagia menurut St. Agustinus adalah usaha mengatur hal-hal duniawi selama hidup dan menjauhkan semua kekayaan dan harta duniawi, paling kurang tidak menginginkannya. Sikap batin yang penting di sini adalah merasa bahwa setiap hari adalah hari terakhir dalam hidup.

Pada hari ini kita merayakan peringatan arwah semua orang beriman. Mereka adalah jiwa-jwa  yang masih berada di api penyucian. Mereka menunggu saat dimurnikan oleh Tuhan dengan dukungan doa dari kita semua yang masih berziarah di bumi ini dan mereka yang sudah mengalami sukacita penuh di surga. Siapa yang istimewa didoakan hari ini? Mereka adalah saudara-saudari, keluarga dan sahabat kenalan. Meskipun sudah meninggal dunia tetapi relasi kita dengan Tuhan tidak terputus. Cinta kasih di antara kita dapat melampaui batas-batas maut. Tuhan Allah adalah kasih yang mempersatukan baik orang hidup maupun orang mati.

Kematian itu indah dalam hal apa? Dalam prefasi arwah didoakan kalimat-kalimat berikut ini: “Kristus telah menumbuhkan harapan kokoh  akan kebangkitan mulia sehingga kita yang takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi yang telah dijanjikan Tuhan. Kematian adalah perubahan hidup bukan hidup dilenyapkan  dan bahwa kediaman abadi tersedia bagi kita semua di surga bila pengembaraan di dunia ini akan berakhir.”

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengajak kita untuk menerima kematian sebagai bagian dari hidup kita. Bacaan pertama dari Kitab kedua Makabe mengajak kita untuk setia memikirkan dan mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia. Ini adalah sebuah keutamaan yang harus seharusnya dilakukan oleh setiap pribadi. Mendoakan orang yang sudah meninggal juga menjadi tanda iman yang tulus kepada Tuhan. Dialah pencipta dan pengatur hidup kita. St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa Kristus adalah sumber dan pokok pengharapan kita semua, baik yang hidup maupun mati. Di dalam Kristus, semua orang diantar menuju kepada Allah dan memperoleh kehidupan kekal. Penginjil Yohanes mengajak kita untuk menerima Yesus sebagai penyelamat kita. Yesus berkata: “Semua orang yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu tidak akan Kubuang…Setiap orang yang percaya kepada Anak Allah beroleh hidup yang kekal, dan Tuhan akan membangkitkannya pada akhir zaman.”

Hari ini kita semua dipanggil untuk menyadari kasih dan kemurahan Tuhan. Dia menciptakan kita, Dia juga yang akan memanggil kita untuk bersatu denganNya. Persiapkanlah dirimu untuk menyambut kematian karena kematian itu indah dan membahagiakan selamanya.

Doa: Tuhan, bantulah aku untuk menyiapkan kematianku dengan baik. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply