Renungan 19 November 2012

Hari Senin, Pekan Biasa XXXIII

Why 1:1-4;2:1-5a
Mzm 1:1.2.3.4.6
Luk 18:35-43


Betapa berharganya cinta kasih dan pertobatan dalam hidup!


Ada seorang Bapa yang sudah lama tidak setia dalam perkawinannya. Anak-anak dan istrinya dibiarkan merana dan tidak diperhatikan. Ia lebih memperhatikan wanita lain dari pada istri dan anak-anaknya yang sah. Dengan pengalaman ini , apa yang dilakukan oleh istri dan kedua anaknya? Mereka percaya kepada Tuhan dan yakin bahwa suami hanya buta dan tersesat saja. Ia dibutakan oleh keelokan dan kenikmatan duniawi. Ia tersesat karena tidak mengikuti jalan Tuhan yang kudus dalam sakramen perkawinan. Istri dan kedua anaknya berdoa setiap hari supaya ia bisa bertobat dan kembali mencintai keluarga seperti sebelumnya. Setahun, dua tahun, tiga tahun sampai tujuh tahun doa mereka terkabul. Dengan sangat mengagetkan suami itu kembali ke rumah dalam kondisi yang tidak bahagia. Semua yang dimiliki sudah habis. Ia berkata dalam hatinya bahwa keluarga pertama yang dibentuknya akan menerimanya kembali seperti biasa. Ketika ia tiba di rumah, istri dan kedua anaknya menerima dia apa adanya. Dia meminta maaf sambil mencium kaki istri dan kedua anaknya sambil berkata, “Aku membaharui kembali cinta kasihku. Aku juga bertobat! Terimalah saya apa adanya”


Sebuah pengalaman yang sangat menakjubkan di dalam keluarga ini. Setiap orang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi baik. Setiap orang dianugerahkan Tuhan rahmat untuk mampu mengasihi dan bertobat. Bapa yang dikisahkan di atas selama tujuh tahun hidup dalam dosa, Tuhan memperhatikan dan menganugerahkan pertobatan kepadanya. Ia berubah bukan karena kemauan dirinya sendiri tetapi karena Tuhan yang punya rencana dan menghendakinya. Masing-masing kita mungkin punya pengalaman jatuh dan bangun. Kita pernah menikmati dosa dan sulit membuat kita menghayati hukum kasih dan pertobatan.


Bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk membangun kasih dan pertobatan pribadi. Penginjil Lukas mengisahkan orang buta di Yerikho. Ia mendengar Yesus lewat dan berteriak minta tolong. Meskipun ia mendapat halangan dari orang di sekitarnya, tetapi ia percaya bahwa Yesus pasti akan menyembuhkannya. Yesus melihat iman orang buta ini dan menyembuhkannya. Yesus tahu orang buta ini punya banyak kelemahan. Yesus tahu juga bahwa orang buta ini akan melepaskan segalanya dan mengikuti dia. Ini adalah model cinta kasih dan pertobatan. Dalam arti ada kerelaan untuk meninggalkan segalanya dan bersatu dengan Tuhan. Semua ini juga merupakan rencana Tuhan dan terlaksana dengan sempurna. Pertanyaan bagi kita adalah, apakah kita pernah sadar bahwa kita orang berdosa dan berkata, “Tuhan semoga saya dapat melihat?” “Apakah anda sungguh mengimani Yesus Kristus?”.


 Bacaan pertama dari Kitab Wahyu membantu kita untuk memahami kasih dan pertobatan. Kepada tujuh Gereja, Yohanes menulis, “Aku telah memberi kesaksian tentang Sabda Allah dan Yesus Kristus. Berbahagialah orang yang membacakan dan mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan menuruti apa yang tertulis di dalamnya sebab waktunya sudah dekat” Sabda Tuhan yang didengar dan Pribadi Yesus sebagai Sabda kehidupan harus didengar dan dilaksanakan dalam hidup yang nyata. Yohanes juga mengajak ketujuh gereja untuk kembali ke semangat awal yakni semangat cinta kasih. Cinta kasih yang diwartakan sendiri oleh Yesus sendiri dan bahwa Allah sendiri adalah kasih yang tiada batas-batasnya. Di samping itu Yohanes juga mengajak kita untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Yohanes menulis, “Sebab itu sadarilah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah apa yang kaulakukan semula”


Menjadi pertanyaan kita adalah, “Apakah anda menyadari bahwa dirimu dikasihi Tuhan”. Renungkan kata-kata Tuhan Yesus ini dan biarkanlah Ia merajai seluruh jiwa dan ragamu. Dia adalah kasih yang sempurna. Apa pun hidup kita, siapakah diri kita, Tuhan tetap mengasihi dan mengampuni.


Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa berkali-kali kita semua jatuh dalam dosa, jatuh begitu dalam bahkan tenggelam dalam lumpur dosa. Namun Ia adalah Tuhan, Bapa yang penuh kasih. Maka dari itu bertobatlah dan lakukanlah perbuatan kasih. Pemazmur berdoa, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan dan siang malam merenungkannya.” (Mzm 1:1-2).


Marilah berdoa: Tuhan, buatlah kami bertobat sesuai kehendakMu. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply