Renungan 10 Desember 2012

Hari Senin, Pekan Adven II
Yes 35:1-10
Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14
Lukas 5:17-26

Tabahkanlah hatimu, jangan takut!

imageAda seorang muda yang suka ngobrol dengan saya. Setiap kali berjumpa pasti ngobrolnya tentang masa lalunya yang penuh dengan kesulitan dalam keluarganya. Kadang dia bercerita sambil menangis tentang pengalaman-pengalamannya itu. Pada saat seperti itu saya biasanya mengatakan, “Tenangkanlah hatimu, jangan takut”. Hingga pada suatu saat ia mengatakan ketidakpuasan atas jawaban saya ini. Ia berkata, “Bagaimana saya bisa tenang kalau selalu ada masalah yang datang silih berganti? Kenapa selalu saya, bukan orang lain yang menghadapi masalah kehidupan seperti ini?” Saya lalu mengutip nabi Yesaya, “Tabahkanlah hatimu, jangan takut!”

Kadang-kadang kita kehilangan harapan pada Tuhan. Pengalaman-pengalaman penderitaan yang kita rasakan sehari-hari membuat kita bukannya semakin dekat malah menjauh dari Tuhan. Setiap orang punya persoalan kehidupan seperti memiliki sakit penyakit tertentu, kesulitan dalam membangun komunikasi sebagai suami dan istri atau dalam pendidikan dan pendampingan anak-anak dalam keluarga. Berapa orang belajar menerima kenyataan hidup seperti ini tetapi ada yang menolaknya bahkan menolak Tuhan sendiri. Apakah dengan pengalaman dilecehkan secara fisik dan verbal membuat orang semakin jauh dari Tuhan?

Nabi Yesaya pada hari ini sekali lagi menghibur umat Israel dan kita semua yang mendengar Sabda ini bahwa yang kita imani sungguh-sungguh maharahim. Kerahiman ditunjukkan dengan tanda heran yakni Allah menyembuhkan secara fisik dan secara rohani (jiwa). Kepada orang orang di babel Yesaya mengingatkan mereka: “Tabahkanlah hatimu, jangan takut!” Tuhan sendiri akan datang memberi pertolongan. Kebahagiaan terbesar yang akan diterima oleh setiap orang percaya adalah keharmonisan dirinya sebagai manusia sebagai individu, dan sebagai makhluk sosial dengan alam yang ditempatinya: Mata orang buta akan dibuka, telinga orang tuli akan mendengar, orang-orang timpang akan melompat bagaikan kijang sehingga semua orang akan bersorak-sorai. Mata air akan memancar di padang gurun, sungai akan mengalir di padang belantara, tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air. Di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan. Betapa harmonisnya lingkungan hidup manusia. Ini adalah gambaran Firdaus.

Gambaran keharmonisan semacam ini memiliki dampak yang sangat positif bagi setiap orang yang sedang mengalami kesulitan di dalam hidupnya. Mereka yang sedang memiliki beban layak untuk dihibur dengan penghiburan yang besar bahwa Tuhan Allah adalah penolong sejati dan sumber keselamatan. Ia akan datang untuk menyelamatkan mereka. Kembali ke pengalaman kita setiap hari. Banyak kali kita belum memiliki kemampuan untuk menjadi sahabat yang menghibur. Ada seorang umat yang pernah mengatakan kepada saya rasa kecewanya. Ia berkata, “Saya mengalami pengalaman yang baik dan yang keras sepanjang minggu di rumah dan di tempat kerja. Pada hari Minggu saya datang ke Gereja untuk merasakan ketenangan di hadirat Tuhan, menjadi kesempatan untuk berdoa dan bersatu dengan Tuhan. Tetapi saya amat kecewa ketika di Gereja, Romo tertentu menggunakan mimbar untuk menegur atau membenarkan diri di hadapan umatnya. Petugas tatib di depan gereja lebih suka ngobrol di antara mereka dari pada mengantar umat untuk mendapat tempat di dalam gereja. Kita kalah dengan orang-orang kristen protestan yang ramah menyambut kedatangan jemaatnya.” Saya mendengar sharing ini dengan perhatian tetapi merasa malu karena ini menjadi salah satu kebiasaan yang populer dan keliru atau salah di dalam Gereja katolik.

Menjadi sahabat yang menghibur haruslah menjadi habitus dalam hidup menggereja. Di dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan peran penting para sahabat yang membawa seorang lumpuh untuk disembuhkan Yesus. Mereka berusaha keras supaya saudara mereka ini dapat selamat. Tentu saja mereka pertama-tama percaya pada Yesus. Yesus akan peduli dan prihatin memperhatikan orang-orang sakit, lebih lagi mereka itu percaya kepadaNya. Itu sebabnya ketika melihat iman dan usaha mereka, Yesus berkata, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumah”. Orang lumpuh itu sembuh dan memuliakan Allah.

Tuhan berkarya dan menyelamatkan semua orang. Ia mengenal setiap orang yang datang dan berharap kepadaNya. Ia pun berani untuk menyembuhkan serta menyelamatkan mereka dari sakit penyakit yang mereka alami. Iman yang tumbuh di dalam hati setiap orang akan menyelamatkan mereka yang percaya kepadaNya. Hal yang kiranya menarik perhatian kita pada hari ini adalah Yesus menyembuhkan orang lumpuh karena iman kepadaNya. Iman yang ditunjukkan dalam perbuatan-perbuatan konkret. Ia menyembuhkan fisik si lumpuh dengan daya SabdaNya. Yesus juga menyembuhkan si lumpuh secara rohani yakni mengampuni dosa-dosanya. Orang lumpuh ini akhirnya sembuh total dan sempurna baik secara fisik maupun secara rohani.

Mari kita mengarahkan selalu pandangan kita kepada Tuhan. Kita bersyukur karena di balik pengalaman-pengalaman kita yang keras ini Tuhan selalu mau menyelamatkan kita. Tuhan menyembuhkan kita secara fisik dan rohani. Apa yang harus dilakukan? Akuilah dosa dan salahmu di hadapan Tuhan. Anda dan saya juga banyak kali menjadi buta, tuli, bisu dan lumpuh secara rohani. Mari kita membenahi diri kita masing-masing untuk menyambut kedatangan Tuhan.

Doa: Tuhan, selamatkanlah kami dari lumpur dosa. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply