Homili Hari Minggu Adven III/C

Hari Minggu Adven III/C
Zef 3:14-18a
Mzm (Kid.Yes) 12:2-3.4abcd.5-6
Flp 4:4-7
Luk 3:10-18

Bersukacitalah, Tuhan Sudah Dekat!

imageKita memasuki Pekan Adven ke-III. Pekan ini dikenal dengan nama lain Pekan Sukacita (gaudete). Kita juga mulai memasuki novena natal dan Sabda Tuhan sepanjang minggu ini akan membantu kita untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan karena Ia sudah dekat. Selama dua pekan pertama kita diarahkan Tuhan melalui SabdaNya untuk merasakan keselamatan universal, bahwa inisiatif untuk menyelamatkan manusia itu datang dariNya.Tuhan menjadi satu-satunya penyelamat kita.

Pada suatu kesempatan saya mendengar pengakuan dosa dari sekelompok orang muda. Setelah selesai pengakuan dosa, saya melihat seorang yang tadinya di ruang pengakuan dosa menangis dan menyesal dengan semua dosa dan salah yang diperbuatnya tetapi sekarang dia berkata dengan suara nyaring sambil meloncat-loncat kegirangan, “Yes…Yes! Saya bahagia. Terima kasih Romo John”. Saya bertanya kepadanya mengapa dia mengekspresikan dirinya demikian. Dia menjawab, “Saya bergembira karena hari ini saya merasakan pengampunan Tuhan. Bebanku jadi ringan karena Tuhan mengangkatnya. Terima kasih Romo atas bimbingan dalam pengakuan dosa tadi.” Saya sebagai Bapak pengakuan dosa ikut disadarkan akan sukacita Tuhan di dalam diri anak ini. Saya teringat kisah seekor domba yang hilang, dan sang gembala meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Yesus berkata, “Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas seekor itu dari pada atas sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat” (Mat 18:12-13). Ada suka cita ketika seorang pendosa bertobat, ketika Tuhan mengangkat beban dosa dari orang tersebut.

Pada hari Minggu ini Tuhan menyapa kita untuk bersukacita. Zefanya dalam bacaan pertama menutup nubuatnya tentang keselamatan bagi Israel dengan madah sukacita. Ia mengajak umat Israel untuk bersukacita karena dua alasan yakni dosa-dosa mereka diampuni dan bahwa Tuhan sungguh mencintai mereka sehingga Ia mau tinggal di tengah-tengah mereka. Oleh karena itu mereka tidak perlu takut karena Tuhan mengasihi dan menyertai mereka. Lebih jelas Zefanya menulis, “Bersorak sorailah hai Putri Zion, bergembiralah hai Israel! Bersukacita dan beria-riahlah dengan segenap hati, hai Puteri Yerusalem! Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu dan musuh-musuhmu dibinasakan. Jangan takut karena Tuhan ada di tengah-tengahmu.”

Warta suka cita Zefanya dilanjutkan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Paulus mengingatkan jemaat di Filipi bahwa mengimani Kristus berarti bersukacita selalu di dalam Tuhan. Memang selalu ada pengalaman padang gurun dalam hidup kita. Pengalaman di mana orang harus bergumul dengan dirinya dan dengan lingkungan hidupnya. Tetapi dalam pergumulan itu hendaknya disadari bahwa Tuhan adalah segalanya karena Dia adalah kasih. Untuk itu orang harus selalu berdoa dan bersyukur dalam setiap detik kehidupannya.

Paulus menulis, “Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Aku berkata kepadamu sekali lagi bersukacitalah!” Pertanyaan yang muncul adalah mengapa perlu bersukacita? Paulus memberi jawaban pasti: “Tuhan sudah dekat!” Sama halnya dengan Zefanya yang mengatakan “Jangan takut”, Paulus mengatakan, “Jangan khawatir”. Kekhawatiran disingkirkan dan yang terpenting adalah menyatakan keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Dampak dari semua ini menurut Paulus adalah ada damai dan persatuan yang utuh dengan Kristus Yesus.

Lalu “Apa yang harus kita perbuat?” Penginjil Lukas menghadirkan figur Yohanes Pembaptis yang datang ke sungai Yordan untuk membaptis. Pada saat itu datanglah orang-orang kepadanya untuk dibaptis, karena mereka juga mengira bahwa dialah Mesias. Ada tiga kelompok yang bertanya kepada Yohanes bagaimana mewujudkan sukacita lewat jalan pertobatan. Kelompok pertama adalah orang banyak, tanpa identitas. Mereka bertanya apa yang kiranya mereka perbuat untuk mewujudkan pertobatan? Bagi Yohanes, mereka ini harus saling berbagi. Adalah sukacita besar kalau orang saling berbagi dalam hidup. Kelompok kedua adalah para pemungut cukai. Yohanes berkata kepada mereka supaya mereka berlaku jujur: “Jangan menagih lebih banyak yang telah ditentukan”. Yohanes Pembaptis hebat! Dia tidak mengatakan “gantilah pekerjaanmu” tetapi berlakulah adil! Kelompok ketiga adalah para prajurit Romawi, wakil dari kaum kafir. Yohanes berkata kepada mereka untuk bersikap adil: “Jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu!” Bagi Yohanes Pembaptis, sukacita yang benar dilandasi oleh cinta kasih. Dengan cinta kasih orang dapat berbagi, bersikap jujur dan adil. Semua ini membantu setiap pribadi untuk menanti kedatangan Tuhan yang oleh Paulus “sudah dekat”.

Yohanes juga menunjukkan satu sikap pertobatan bagi kita semua yakni kerendahan hati. Ia mengakui dirinya sebagai bukan Mesias. Membungkuk dan membuak tali sepatuNya pun Yohanes merasa tidak layak. Yohanes hanya membaptis dengan air, tetapi sang Mesias yang tidak lain Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api. Kebajikan kerendahan hati Yohanes menginspirasikan kita untuk rendah hati di hadapan Tuhan dan mengakui diri kita sebagai orang berdosa yang membutuhkan Tuhan.

Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk selalu bersukacita dalam Tuhan. Masing-masing kita memiliki pergumulan hidup tertentu. Namun dalam pergumulan itu hendaklah kita selalu memandang kepada Tuhan sebagai sumber sukacita dan keselamatan kita. Tuhan Yesus berkata, “terlepas dari Aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Itu sebabnya tepat sekali Paulus yang mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”. Tuhan sudah dekat! Apakah ada sukacita di dalam hatimu?

Kita juga diundang untuk memahami pertobatan sebagai jalan untuk menyambut kedatangan Tuhan. Yohanes Pembabtis mengatakan kepada tiga kelompok yang berbeda  yakni orang banyak, para pemungut cukai dan prajurit Romawi untuk bertobat dengan membangun mentalitas saling berbagi dalam kasih, jujur dan adil. Ini adalah model pertobatan yang radikal. Apakah kita juga memiliki kemampuan saling berbagi dalam kasih? Apakah kiat berlaku jujur dan adil kepada sesama? Bertobatlah, Tuhan sudah dekat. Bersukacitalah di dalam Tuhan!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu bersukacita bersama Engkau. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply