Renungan 21 Desember 2012

21 Desember
Kid 2:8-14 atau Zef 3:14-18a
Mzm 33: 2-3.11-12.20-21
Luk 1: 39-45


Berbahagialah dia yang telah percaya!

Hari tahbisan imamat tiba. Keluarga imam baru berkumpul bersama untuk bersyukur kepada Tuhan atas rahmat panggilan dan pilihan menjadi imam.  Tentu saja ini adalah hari penuh sukacita baik bagi sang imam baru dan keluarganya. Dalam suasana sukacita itu, salah seorang frater bertanya kepada ibu sang imam baru: “Bagaimana perasaan hati ibu saat ini?” “Saya sangat berbahagia” Jawab ibu itu. “Apakah ibu yakin anak ibu akan menjadi imam yang baik?” “Tentu saja saya yakin karena saya percaya Tuhan akan membantunya” Jawab ibu itu. “Apakah ibu menyesal kalau anakmu menjadi imam?” tanya frater lagi. “Saya akan menyesal kalau ia meninggalkan imamat, tetapi menjadi seorang imam saat ini adalah sebuah syukur”, Jawab ibu  sang imam baru sambil tersenyum.

Ini sebuah dialog singkat seorang frater dan ibu seorang imam baru. Jawaban ibu sang imam baru memang sederhana tetapi mengungkapkan suasana bathin dirinya sebagai seorang ibu. Tentu ibu ini berani mengungkapkan perasaan hatinya karena dia percaya pada rencana Tuhan bagi dirinya dan anak yang dilahirkan dan kini menjadi seorang imam. 

Kita berada di pekan ketiga adven atau pekan sukacita. Bacaan-bacaan dari Kitab Suci dalam liturgi kita juga menunjukkan suasana penuh sukacita. Bacaan pertama dari Kitab Kidung Agung mengungkapkan betapa besar cinta kasih Allah kepada manusia. Cinta kasih Allah itu melebihi cinta kasih suami dan isteri. Suami isteri bisa tidak setia dalam cinta kasih mereka, tetapi Tuhan tetap setia dalam kasih. Memang tepatlah kata Pemazmur: “Tuhan itu adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setianya” (Mzm 103:8). Cinta kasih nyata dalam perbuatan bukan hanya sekedar kata-kata kosong: “Dengarlah! Itulah kekasihku! Lihatlah, ia datang, ia datang, melompat-lompat di atas gunung, meloncat-loncat di atas perbukitan. Kekasihku itu laksana kijang atau anak rusa” Orang yang mengasihi tidak akan tinggal diam, ia akan bergerak untuk melayani dengan kelincahan dan keterampilannya.

Tidak berhenti pada kelincahan dalam melayani. Tuhan juga menyapa dengan lembut setiap pribadi tatkala mereka terlelap dalam kenyamanan musim dingin: “Bangunlah, Manisku! Jelitaku, marilah! Lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah berlalu.” Di samping sapaan yang manis ini, keharmonisan alam juga digambarkan dengan keindahan bunga-bungaan. Ini sebenarnya menunjukkan gambaran keindahan Tuhan yang mengasihi umat kesayanganNya. Ia menyiapkan sebuah dunia dengan tatanan yang harmonis supaya setiap orang boleh menikmati kasih setiaNya.

Di samping Kitab Kidung Agung, kita juga mendapat warta sukacita dalam nubuat Zefanya. Bagi Zefanya, Tuhan adalah raja kita. Dialah pahlawan yang memberi kemenangan. Ia menjadi immanuel, tinggal di tengah-tengah kita maka kita seharusnya bersyukur kepadaNya. Mengapa kita patut bersyukur kepada Tuhan? Karena Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosa kita. Ia telah menghapus dosa-dosa kita. Tuhan juga rela tinggal bersama kita. Ia berada di tengah-tengah kita maka kita jangan takut. Pertanyaan bagi kita adalah, kalau Tuhan menunjukkan kash setiaNya dan rela tinggal di tengah-tengah kita, mengapa masih takut dengan kehidupan?

Penginjil Lukas melukiskan suasana bathin Bunda Maria. Ia mengalami sukacita besar karena dipilih Tuhan menjadi ibu bagi Yesus PuteraNya. Suka cita dan kesukaan besar ini tidak hanya menjadi milik Bunda Maria, tetapi ia membawanya kepada sesama lain. Peristiwa Bunda Maria mengunjungi Elisabeth saudaranya merupakan peristiwa sukacita karena ibu sang Penebus berjumpa dengan ibu sang perintis. Elisabeth yang penuh  dengan Roh Kudus berkata, “Siapakah aku sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sukacita tidak hanya dirasakan oleh kedua ibu tetapi anak yang di dalam rahim pun ikut bergembira. Yohanes Pembaptis melonjak kegirangan ketika berjumpa dengan Yesus. Suka cita Maria menjadi nyata dalam semangat melayani saudaranya. Mengapa? Karena Maria beriman. Itu sebabnya Elisabeth berkata, “Sungguh berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang telah dikatakan kepadanya akan terlaksana”

Sabda Tuhan hari ini menguatkan kita untuk senantiasa bersukacita. Kita bersukacita karena cinta kasih Allah yang begitu agung kepada kita semua. Ia tidak memperhitungkan dosa dan salah kita, tetapi memperhatikan iman dan kepercayaan kita kepadaNya. Hari ini kita juga mendapat tugas baru dalam perutusan kita: menjadi tanda dan pembawa kasih kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan dan pelayanan kita. Bunda Maria adalah model yang tepat bagi kita pada hari ini: mengasihi berarti melayani.

Doa: Tuhan bantulah kami untuk menjadi tanda dan pembawa kasihMu bagi sesama manusia. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply