Renungan 28 Desember 2012

Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir
1Yoh 1:5-2:2
Mzm 124:2-3.4-5.7b-8
Mat 2:13-18

Jangan Egois!

Selama bertahun-tahun menjadi imam saya memiliki pengalaman pastoral tertentu yang turut mendewasakan imamat saya. Salah satunya adalah mendampingi keluarga tertentu yang sedang berada dalam badai karena anak gadis mereka hamil tanpa ada seorang lelaki yang bertanggung jawab. Gadis itu datang dan berbicara dengan saya pengalaman “jatuh” dalam dosa besar dan sedang hamil dua bulan. Ia meminta saya menjadi perantara untuk berbicara dengan orang tuanya. Karena mengenal orang tuanya maka saya pun memberanikan diri untuk berbicara dengan orang tua gadis ini. Reaksi orang tua setelah mendengar berita ini adalah: Bapanya emosi tingkat dewa dan memarahi ibunya karena tidak tahu mendidik anak gadisnya. Ibunya diam, kemudian memandang suaminya dan memandang saya lalu berkata, “Hal ini bukan hanya kesalahan saya, tetapi kesalahan kita sebagai orang tua. Nasi sudah jadi bubur pak, maka kita harus berbesar hati menerima kenyataan ini”. Bapa itu terdiam kemudian berkata, “Romo memang ini aib bagi keluarga kami. Tetapi kami tidak akan egois, kami akan tetap menerima anak kami apa adanya dan anak yang akan lahir sebagai cucu pun kami terima!” Akhirnya tiba hari kelahiran cucu mereka dan sungguh mereka menerimanya dengan senang hati hingga saat ini

Hari ini kita merayakan pesta Kanak-Kanak Suci. Para Kanak-Kanak Suci yang dibunuh di Bethlehem adalah korban keegoisan penguasa yakni Herodes  saat itu. Penginjil Matius melukiskan situasinya seperti ini: Orang-orang majus melihat sebuah bintang unik dan mereka datang untuk menyembah kanak-kanak Yesus. Mereka singgah di Yerusalem dan bertemu dengan Herodes. Mereka menyampaikan sebuah berita yang membuat Herodes menunjukkan rasa egoisnya dan memberontak karena bagi orang majus, ada seorang Raja yang baru lahir. Untuk mencari kebenaran lebih lanjut maka Herodes mengumpulkan orang-orang pintar untuk menyelidiki kebenaran informasi para ahli nujum itu. Dan mereka pun sepakat mengatakan bahwa Bethlehem adalah tempat di mana Raja itu dilahirkan. Herodes lalu menyuruh para prajurit untuk membunuh semua anak laki-laki di Bethlehem dan sekitarnya yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah. Tuhan mengetahui rencana busuk Herodes maka melalui malaikat, Ia berpesan kepada Yusuf untuk mengungsi ke Mesir dengan membawa Anak yang baru lahir dan IbuNya. Yesus selamat dari upaya pembunuhan Herodes.

Kisah ini menunjukkan betapa egoisnya manusia. Orang yang gila kuasa akan selalu mencari jalan untuk menghancurkan orang lain. Ia akan tetap mau berkuasa dan menghalalkan segala cara bahkan nyawa orang pun hilang demi mempertahankan kuasa sebagai manusia. Di dalam hidup kita, kita menemukan banyak orang yang punya kuasa, menyalahgunakan kuasanya untuk tujuan yang tidak manusiawi. Herodes menggunakan kuasanya dengan membunuh anak-anak yang tidak berdosa di Bethlehem. Pada zaman ini banyak Herodes bermunculan dan menyalahgunakan kuasanya untuk melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Banyak Herodes yang suka mengalihkan situasi sehingga masalah-masalah sosial yang besar bisa dikubur begitu saja. Tidak ada lagi rasa bersalah! Banyak orang tua berlaku sebagai Herodes yang merasa aib dan mendukung anak perempuannya melakukan aborsi.

Bacaan Injil hari ini mengambil keluarga kudus sebagai model kesetiaan dan tanggung jawab untuk menghancurkan egoisme. Yusuf diminta Tuhan melalui malaikat untuk mengambil Anak dan IbuNya untuk menyingkir ke Mesir hingga Herodes mati. Yusuf adalah figur inspiratif bagi semua kepala keluarga, semua pemimpin untuk tidak egois tetapi memiliki tanggung jawab luhur terhadap kehidupan Anak dan orang-orang yang lemah lainnya yang mereka pimpin. Pada saat-saat yang sulit, orang yang berkuasa hendaknya melindungi orang-orang kecil bukan menghancurkan hidup mereka. Bukan lagi rahasia umum bahwa pelecehan terhadap seorang anak kecil atau mereka yang lemah banyak dilakukan orang dewasa yang dekat sekali dengan para korban.

Orang-orang yang tidak egois adalah orang yang hidup dalam terang. Yohanes dalam bacaan pertama menulis, “Saudara-saudara terkasih, inilah berita yang telah kami dengar dari Yesus Kristus dan kami sampaikan kepadamu: Allah adalah terang dan dunia ini tidak ada kegelapan.” Allah menerangi hidup manusia tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dan menolak terang. Ketika seorang terbiasa jatuh dalam dosa yang sama, ia hidup dalam kegelapan dan sangat sulit untuk keluar dari kegelapan untuk melihat terang. Hidup di dalam terang adalah hidup dalam persekutuan dengan Yesus karena Ia telah menyucikan kita dengan DarahNya yang mulia.

Yohanes juga mengingatkan kita untuk berani mengakui dosa dan salah kita di hadirat Tuhan. Ia menulis, “Jika kita mengaku dosa maka Allah adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Yesus adalah pendamai antara Allah dan manusia. Ia menghapus dosa kita dan dosa seluruh dunia. Yesus tidak egois tetapi ia berkorban untuk keselamatan semua orang.

Sekarang marilah memeriksa bathin kita masing-masing. Apakah anda masih mau bersifat egois? Apa untungnya anda menjadi egois? Apakah anda sudah mengakui dosa-dosamu atau anda tetap menyembunyikan dosa-dosamu?

Doa: Tuhan bantulah aku untuk tidak egois di dalam hidupku. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply