Renungan 3 Januari 2013

Nama Yesus Yang Tersuci

1Yoh 2:29-3:6
Mzm 98:1.3cd-4.5-6
Yoh 1:29-34
Berapa Nilai dan Harga Seorang Anak dalam Keluarga?
Selama mengabdi Tuhan sebagai imam, saya memiliki dua pengalaman yang menunjukkan betapa indahnya kasih Tuhan bagi manusia. Pengalaman yang dimaksud adalah mendoakan keluarga-keluarga yang merindukan kelahiran seorang anak. Ada sebuah keluarga yang merindukan kelahiran seorang anak laki-laki. Seluruh keluarga berdoa dan beramal, memohon nasihat dan dukungan dari pastor. Setelah beberapa tahun memohon kepada Tuhan akhirnya doa keluarga ini terkabul. Lahirlah di dalam keluarga ini seorang anak laki-laki. Keluarga yang kedua merindukan kelahiran seorang anak. Mereka sudah beberapa tahun menikah dan memiliki kerinduan yang besar. Mereka juga berdoa, beramal dan menaruh harapan yang besar kepada Tuhan. Tuhan mengabulkan permohonan mereka maka lahirlah seorang anak perempuan. Ketika membaptis kedua anak ini saya mengingatkan mereka bahwa mukjizat itu nyata. Anak yang lahir di dalam keluarga adalah anak-anak Tuhan karena Tuhan memberinya sangat spesial bagi keluarga. Kedua anak ini mirip dengan Samuel dalam Kitab Perjanjian Lama di mana Hanna ibunya “meminta dari Tuhan” (1Sam 1:20).
Yohanes di dalam bacaan Injil menunjuk para muridnya bahwa Yesus adalah “Anak domba Allah”. Selanjutnya Yohanes Pembaptis berkata kepada para muridnya, “Kemudian dari padaku akan datang seorang yang telah mendahului aku sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel” (Yoh 1:30-31). Yohanes Pembaptis memahami tugas perutusan dari Bapa Surgawi untuk menyiapkan jalan dengan suara yang lantang sambil membaptis supaya orang bertobat dan menerima Yesus sang Anak domba Allah ini. Yohanes juga dengan rendah hati di hadapan Yesus mengakui kekekalan Yesus. Yesus ada sebelum dunia dijadikan. Dia adalah Firman yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah sendiri yang mencipta (Yoh 1:1).
Lebih lanjut Yohanes memberi kesaksian, “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati dan Ia tinggal di atasNya” (Yoh 1:32). Yohanes Pembaptis membantu kita untuk berefleksi lebih dalam lagi bahwa Allah yang kita imani adalah Allah Tritunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Bapa yang telah menyuruh Yohanes sebagai suara yang berseru di padang gurun (Yoh 1:23), Putera adalah Anak domba Allah (Yoh 1:29.34) dan Roh Kudus yang turun dari langit seperti merpati (Yoh 1:32). Yesus sang Putera tidak akan membaptis dengan air seperti Yohanes, tetapi akan membaptis dengan Roh Kudus. Yohanes Pembaptis mengakui dan bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Di dalam bacaan pertama Yohanes  memberi semangat kepada kita semua untuk memahami identitas kita sebagai anak-anak Allah. Ia menulis, “Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita sebab dunia tidak mengenal kita.” (1Yoh 3:1). Betapa mulianya kehidupan kita di hadirat Tuhan. Pada akhirnya Yesus oleh Yohanes Pembaptis disebut sebagai Anak Allah. Kita sebagai orang-orang yang percaya kepadaNya juga mendapat hak yang sama yaitu sebagai anak-anak Allah dan ahli waris. Karena status sebagai anak Allah yang menyerupai Yesus Kristus maka dunia juga tidak mengenal kita karena kita bukan berasal dari dunia, dan juga karena dunia tidak mengenal kebenaran.
Konsekuensi sebagai anak-anak Allah adalah bersatu dengan Kristus dan akan melihat Kristus sebagaimana adanya. Ketika Ia menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama dengan Dia karena kita melihatNya secara langsung dalam keadaan yang sebenarnya. Artinya bahwa kesucian atau kekudusan adalah cita-cita yang harus dimiliki oleh orang-orang yang percaya. Orang harus bertobat dari dosa-dosanya supaya layak di hadirat Yesus.
Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai pembawa Kristus kepada sesama. Kita belajar dari Yohanes Pembaptis yang menyiapkan murid-muridnya untuk Yesus. Dia merelakan orang-orang yang dekat dengannya untuk bersatu dengan Yesus, tanpa ada penyesalan apa pun. Apakah kita juga dapat menyerupai Yohanes Pembaptis yang membawa banyak orang kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah? Hal yang penting di sini adalah berusaha untuk memberi kesaksian sebagaimana dikatakan Yohanes Pembaptis, “Saya sudah melihat dan memberi kesaksian ini”. (Yoh 1:34). 
Kita juga disadarkan bahwa dengan sakramen Pembaptisan kita juga menjadi anak-anak Allah. Apakah ada rasa syukur di dalam diri kita bahwa kita ini adalah anak-anak Allah. Apakah kita juga sudah hidup sebagai anak-anak Allah. Mari kita membenahi diri kita yang masih penuh dengan dosa untuk dapat hidup suci dan tak bernoda menyerupai Yesus sendiri. Menjadi kudus dan melihat Yesus yang sebenarnya adalah cita-cita kita semua yang mengikuti Yesus. Hal yang paling praktis: Apakah kita menghargai anak-anak di dalam keluarga?
Doa: Tuhan, syukur kepadaMu karena aku juga anakMu. Amen
PJSDB 
Leave a Reply

Leave a Reply