Renungan 9 Januari 2013

Hari Rabu, Penampakan

1Yoh 4:11-18

Mzm 72:1-2.10-11.12-13

Mrk 6:45-52



Allah begitu mengasihi kita!


Ada seorang anak muda yang sharing pengalamannya bahwa ia tetap mengenang kata-kata mamanya, “Anak, jangan lupa, mama mengasihimu”. Kata-kata ini sangat sederhana dan sepintas tidak memiliki makna yang mendalam. Tetapi ketika anak itu jauh dari ibunya, kata-kata itu memiliki kekuatan yang dahsyat. Hal yang paling penting di dunia ini adalah merasa bahwa diri kita di kasihi Tuhan dan sesama.


Yohanes dalam bacaan pertama mengingatkan kita tentang keluhuran kasih. Kemarin ia menjelaskan bahwa Allah adalah kasih. Hari ini dia kembali menegaskan bahwa Allah begitu mengasihi kita. Memang kita tidak melihat Allah tetapi kasihNya itu dirasakan dan dialami. Bagi Yohanes, “Jika kita saling mengasihi maka Allah tetap di dalam diri kita dan kasihNya juga menjadi sempurna di dalam diri kita”. Apa yang menjadi landasan bagi Yohanes untuk menegaskan bahwa kita berada di dalam Allah dan Allah di dalam kita? Karena kita mengenal dan percaya pada kasih Allah (Kristus). Allah adalah kasih maka orang yang berada di dalam kasih, ia berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Cinta kasih kepada Allah memiliki dampak positif terhadap cinta kasih antar sesama manusia. Allah Tritunggal Mahakudus bersemayam di dalam hidup manusia sehingga tidak ada lagi rasa takut. Ketakutan diganti oleh keberanian karena penyertaan Tuhan Allah.


Penginjil Markus melanjutkan kisahnya tentang Yesus. Kemarin kita mendengar Yesus melakukan mujizat penggandaan roti dan ikan sehingga memuaskan 5000 laki-laki tidak termasuk kaum wanita dan anak-anak. Hal yang menarik perhatian kita dalam peristiwa ini adalah orang-orang yang berbondong-bondong mencari dan mengikuti Yesus itu tidak meminta makan karena mereka “tidak hidup dari roti saja tetapi dari segala perkataan yang keluar dari mulut Yesus”. Namun Yesus sendiri yang punya inisiatif, punya rasa belas kasih untuk memberikan kepuasan kepada mereka. Setelah mujizat ini terjadi, Yesus menyuruh murid-muridNya meninggalkan Dia, demikian juga orang banyak itu disuruhnya pulang. Yesus mau mencari waktu seorang diri untuk bersatu dengan Bapa dalam doa. Ia mau bersyukur kepada Bapa karena mujizat  yang membuat banyak orang memuliakan Bapa.


Namun masalah yang muncul adalah ketika para murid sendirian atau jauh dari Yesus pasti ada bahaya yang mengancam. Angin sakal adalah bahaya yang sedang menakut-nakuti para muridNya. Melihat situasi yang tidak menentu itu di tengah danau, apalagi suasana malam Yesus datang, mendekati mereka sambil berkata, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!” Angin sakal pun reda. Memang kalau tinggal bersama Yesus segala persoalan pasti tuntas dan tidak ada bahaya yang mengancam. Benar kata Yesus dalam Injil Yohanes 15:5: “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”


Gereja itu seumpama perahu yang ditumpangi para murid. Ketika Gereja melupakan kehadiran Tuhan Yesus maka bahaya dan cobaan datang silih berganti. Penganiayaan pun terjadi. Gereja tidak bisa berjalan sendirian, butuh penyertaan Yesus senantiasa. Terkadang secara pribadi atau sebagai komunitas Gereja, kita hanya melihat bahaya sebagai bahaya dan lupa bahwa Yesus akan melepaskan kita dari bahaya. Hari ini ia berkata, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!” Yesus menyertai gerejaNya hingga akhir zaman!


Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi cobaan-cobaan dalam gereja? Hari ini kita semua diajak untuk tekun berdoa. Yesus setelah melakukan mukjizat Yesus syukuri dengan doa. Apakah kita juga merasa doa sebagai satu kebutuhan kita? Ataukah kita berdoa karena mengalami kesulitan tertentu sehingga butuh Tuhan? Kita perlu rendah hati di hadapan Tuhan dalam doa-doa kita. Di samping doa, kesadaran bahwa kita dikasihi Tuhan juga penting. Orang sadar bahwa dirinya dikasihi Tuhan akan selalu bersyukur. Apakah anda sadar bahwa dirimu juga dikasihi Tuhan? Ingatlah kata-kata Yohanes di atas, “Allah begitu mengasihi kita!” Akhirnya pertanyaan bagi kita semua adalah, “Apakah kita masih takut juga padahal Allah mengasihi kita?” Kalau Allah di pihak kita mengapa masih merasa takut? Tidak ada suatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. 


Doa: Tuhan, semoga kami menyadari bahwa Engkau selalu mengasihi kami. Amen


PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply