Renungan 12 Januari 2013

Hari Sabtu, Penampakan

1Yoh 5:14-21

Mzm 149:1-2.3-4.5.6a.9b

Yoh 3:22-30

Bawalah saudaramu kepada Yesus!

Pada suatu kesempatan saya diundang untuk menghadiri ibadat Ekumene di sebuah perusahaan swasta terkenal. Kebetulan saya mengenal pimpinan perusahaan yang lama dan saya berpikir bahwa dia masih tetap menjabat. Saya pun langsung menuju ke ruangannya dan menyalaminya. Setelah cukup lama berbincang tentang perusahaannya dan dia juga bertanya tentang kehidupan komunitasku dan pembinaan para calon imam dan bruder. Setelah itu ia berkata kepada saya, “Romo, saya bukan lagi pemimpin di perusahaan ini. Masa kepemimpinan saya sudah selesai penuh dengan kenangan manis, perjuangan, pergumulan, membahagiakan banyak orang dan juga mengecewakan banyak orang. Tetapi semuanya sudah berlalu. Sekarang saya mendukung program kerja pimpinan baru perusahaan ini.” Saya amat terkesan dengan sharing beliau. 

Saya juga mengingat konferensi pers yang dilakukan oleh Bang Foke, mantan gubernur DKI Jakarta setelah tahu bahwa beliau kalah dalam pemilihan kepala daerah putaran kedua. Foke mengatakan, “Pemilihan kepala daerah telah selesai dengan aman dan pemenangnya adalah rakyat DKI Jakarta. Saya akan mendukung siapa yang memimpin DKI Jakarta!” Entahlah Foke mendukung Jokowi dan programnya atau tidak, bukanlah urusan kita. Bagi saya yang terpenting adalah Foke mengakui keunggulan Jokowi.

Para murid Yohanes Pembaptis dan para murid Yesus yang pertama memiliki satu kebingungan karena baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus sama-sama membaptis dan banyak orang juga sama-sama datang pada Yohanes Pembaptis dan Yesus. Konflik juga terjadi antara para murid Yohanes dengan orang Yahudi tentang penyucian. Para murid Yohanes datang dan bertanya kepada Yohanes tentang Yesus: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya”. Memang para murid Yohanes berpikir bahwa Yohanes adalah segalanya. Padahal sebelumnya Yohanes juga sudah mengakui bahwa dia bukan Mesias, bukan Elia dan bukan juga nabi yang akan datang. Dia hanya suara yang berseru di padang gurun untuk datangnya Mesias.


Apa reaksi Yohanes Pembaptis? Ia tidak merasa cemburu atau tersaingi seperti Herodes.Ia bersukacita dengan berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.” Kemudian Yohanes bersukacita dan berkata, “Ia yaitu Yesus harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil”. Yohanes Pembaptis selalu memberi warna yang berbeda. Dia menunjukkan kebijaksanaannya sebagai pembuka jalan untuk Tuhan Yesus. Oleh karena itu ia tidak menimbulkan pertentangan yang berkepanjangan tetapi mengakui Yesus sebagai yang lebih besar: “Menunduk dan membuka tali sepatunya juga aku tidak layak.” dan “Ia harus semakin besar dan aku harus semakin kecil”


Sikap Yohanes Pembaptis ini patut kita ikuti dalam hidup setiap hari. Sebagai orang-orang yang dibaptis, kita memiliki tugas yaitu membawa saudara dan saudari kepada Kristus, tinggal tetap bersama mereka. Yohanes tidak membawa para muridnya untuk tinggal tetap bersama dia tetapi membawa mereka untuk bersatu dengan Yesus, sang Anak domba Allah. Berapa kali di dalam hidup kita ada gerakan kesombongan dan egoisme, sikap mudah tersinggung atau merasa disaingi oleh orang yang lebih mudah, masih kurang pengalaman tetapi memiliki potensi yang lebih besar dari kita? Kita perlu legowo seperti Yohanes Pembaptis untuk mengakui keunggulan Yesus. Berat untuk mengakui keunggulan orang lain tetapi haruslah mencoba melatih diri kita.


Apa yang harus kita lakukan supaya menyerupai Yohanes Pembaptis?


Yohanes dalam bacaan pertama mengingatkan kita untuk membangun semangat doa. Yohanes mengatakan bahwa kita berani menghadap Allah karena Ia mengabulkan doa-doa kita. Ini satu keyakinan besar bahwa setiap kali berdoa, Tuhan pasti mendengar dan mengabulkannya dan kita memperolehnya. Kita juga berdoa bagi orang-orang yang berbuat salah. Kita percaya bahwa dengan pembaptisan kita lahir dari Allah dan dengan demikian kita tidak berbuat dosa. Bagi orang berdosa, dengan doa-doa dari kita sebagai saudara maka Allah akan memberi hidup kepadanya dan maut tidak akan menguasainya. Akhirnya kita juga berdoa supaya memiliki pengetahuan yang benar yakni mengenal Yesus Kristus.


Pemikiran Yohanes tentang doa sangatlah lengkap. Kita berdoa karena kepercayaan bahwa Tuhan pasti mengabulkannya. Kita berdoa bagi saudara yang berdosa supaya ia bertobat dan Tuhan memberinya hidup. Kita berdoa supaya baik sesama maupun kita sama-sama mengenal Yesus sebagai Tuhan.



Sebagai orang yang dibaptis, tugas kita adalah membawa semua orang kepada Kristus. Biarkanlah Yesus yang memenangkan hati mereka. Dia sendirilah yang memenangkan jiwa mereka dan menyelamatkannya. Adalah suatu sukacita bagi kita juga bahwasannya kita sebagai manusia yang berdosa tetapi Tuhan menggunakan diri kita untuk menyiapkan saudara dan saudari supaya bersatu dengan Tuhan. Kita harus semakin kecil dan biarlah Yesus menjadi semakin besar di dalam hidup mereka.


Pertanyaan refleksi bagi kita adalah bagaimana dengan kehidupan doa kita secara pribadi? Apakah kita masih butuh Tuhan? Apakah doa kita juga bersifat sosial? Apakah dengan doa kita membawa semakin banyak orang untuk menjadi sahabat Yesus?


Doa: Tuhan, ajarlah kami berdoa! Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply