Renungan 30 Januari 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa III
Ibr 10:11-18
Mzm 110:1-4
Mrk 4:1-20

Bukalah Hatimu Untuk Sabda!

Fr. JohnPenulis kepada Umat Ibrani melanjutkan refleksinya tentang Yesus Kristus. Ia telah datang ke dunia untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Caranya adalah dengan menyerahkan diriNya sebagai kurban tebusan bagi banyak orang yang percaya kepadaNya. Hal terpenting adalah Ia melakukan segalanya karena taat pada kehendak Bapa. Pada hari ini kita dibantu untuk menyadari bahwa Yesus Kristus mengadakan Perjanjian Baru bukan hanya hal-hal rohani tetapi juga tugasNya untuk mengampuni dosa-dosa. Dampaknya adalah umat manusia bersatu dengan Allah selamanya. Yesus Kristus mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selamanya di sebelah kanan Allah. Sekarang Ia menanti saat yang tepat supaya para musuhNya akan duduk di bawah tumpuan kakiNya. Yesus punya kuasa istimewa yang dilimpahkan Bapa kepadaNya. Menyerupai apa yang sudah dikatakan Yeremia (31:33-34), Roh Kudus memberi kesaksian kepada kita dengan berfirman, “Inilah Perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu.” Ia juga berfirman, “Aku menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka dan Aku tidak lagi mengikut dosa dan kesalahan mereka”. Hal yang menarik perhatian kita di sini adalah Yesus mendengar Bapa dan melakukan kehendakNya. Dialah utusan Bapa yang menyelamatkan manusia.

Selama dua minggu terakhir, kita mendengar bagian pembukaan Injil Markus. Di tiga bab pertama Penginjil Markus mengisahkan Yesus yang berkeliling dan berbuat baik. Ia penuh dengan Roh Kudus pergi ke Galilea. Di sana Ia menghadirkan Kerajaan Allah dengan mengajar. Setiap pengajaranNya membuat banyak orang terpesona dan takjub kepadaNya. Ia juga menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan-setan. Untuk membantu pelayanan di masa depan, Ia memanggil para murid untuk menjadi penjala manusia. Bersama para muridNya, Yesus tetap menunjukkan kesibukan yang luar biasa sampai lupa makan. Ada juga tantangan yang di alami Yesus ketika orang-orang tidak melihat perbuatan baik tetapi justru melihat hal-hal mana yang dibuat Yesus yang bertentangan dengan hukum Taurat. Setelah tahap pertama ini dilewati dengan sukses, Yesus merasa para muridNya juga siap menjadi mitra kerjaNya di masa depan maka Yesus memperluas pengajaranNya dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan.

Pada hari ini kita mendengar perumpamaan Yesus yang pertama di dalam Injil Markus tentang penabur yang menaburkan benih. Yesus menyadarkan para muridNya supaya menyiapkan hati sebagai ladang atau tempat bertumbuhnya benih-benih SabdaNya. Mengapa? Karena para muridNya setiap hari ada bersama Yesus dan untuk dapat menjadi mitra kerjaNya alias utusan atau rasul, mereka harus mapan. Dalam arti hati mereka hendaknya menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan benih sabda Yesus. Nah, hebatnya Yesus adalah Ia menggunakan perumpamaan yang sederhana dan kontekstual. Kebetulan Yesus sedang berada di tepi danau Galilea maka saya membayangkan Yesus sedang mengajar para murid dalam perumpamaan ini dengan naik ke atas sebuah perahu. Dari kejauhan Ia melihat ladang-ladang yang subur di sekitar danau Galilea dan para petani sedang menabur benih.

Keadaan tanah di sekitar danau Galilea bergunung-gunung maka ladangnya juga dibuat dalam bentuk petak-petak sesuai level tanahnya. Sang penabur mengambil benih, memasukkannya dalam sebuah wadah dan menggantungnya di leher. Sambil berjalan di antara petak-petak ladangnya, ia menaburkan benih sesuai seleranya, tanpa memandang benih dan tanah di mana benih itu ditabur. Pokoknya pekerjaan menabur harus selesai pada hari itu juga. Itu sebabnya ada benih yang jatuh di pinggir jalan di mana burung-burung akan datang dan memakannya. Ada benih yang jatuh di atas tanah berbatu putih yang menonjol di mana-mana. Karena tanahnya sedikit, benih itu bertumbuh tetapi cepat mati karena tidak berakar di atas tanah melainkan batu. Ada benih yang jatuh di antara semak berduri. Benih bertumbuh tetapi dihimpit semak duri akhirnya mati. Ada benih yang jatuh di tanah yang baik. Benih itu tumbuh subur dan berbuah dengan hasil yang berlimpah 30 kali lipat (sukses), 60 kali lipat (istimewa) dan 100 kali lipat (mukjizat: Kej 26:12).

Apa makna perumpamaan ini?

Perumpamaan ini menarik karena Yesus langsung menjelaskan maknanya. Yesus sendiri bertindak sebagai penabur karena Dialah yang mewartakan Sabda Allah. Sabda Allah adalah benih yang ditabur dan lahan adalah hati manusia yang menerima Sabda. Ada empat tipe manusia yang menerima benih Sabda. Pertama, manusia yang memiliki hati seperti “pinggir jalan”. Mereka memang mendengar Sabda namun iblis datang dan mengambil sabda yang ditabur di dalam hati mereka. Kedua, manusia yang memiliki hati seperti “tanah berbatu.” Mereka ini mendengar Sabda, segera menerima Sabda dengan gembira, tetapi Sabda tidak berakar, hanya tahan sebentar saja. Mereka murtad ketika mengalami penderitaan dan kemalangan. Ketiga, Manusia yang memiliki hati seperti “semak duri”. Mereka memang mendengar Sabda, tetapi mengalami himpitan berupa rasa khawatir yang berlebihan, tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan manusiawi sehingga Sabda tidak berbuah. Keempat, manusia yang memiliki hati seperti “tanah yang baik.” Orang mendengar Sabda, menyambutnya dan menghasilkan buah yang berlimpah.

Sabda Tuhan hari ini mengantar kita untuk memandang Yesus sang Penabur benih. Dia sendiri adalah Logos, Sabda yang menjelma menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1:14). Sesuai dengan perumpamaan ini, masing-masing orang memang memiliki kemampuan untuk mendengar Sabda. Tetapi mendengar saja belum cukup. Sabda itu harus diterima di hati yang baik supaya menghasilkan buah Sabda yang berlimpah rua. Tentu saja dengan hati yang murni, Sabda ini dapat dilakukan di dalam hidup yang nyata (Yak 1:22). Sekarang marilah kita menyelidiki bathin kita masing-masing dan bertanya lahan atau ladang apakah aku ini? Apakah aku memiliki hati yang menyerupai pinggir jalan, tanah berbatu, semak duri atau tanah subur? Silakan belajar menjadi anak yang jujur di hadapan Allah Tritunggal Mahakudus dalam menerima SabdaNya.

Doa: Tuhan, semoga hari ini saya dapat menjadi ladang yang subur bagi benih sabdaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply