Renungan 14 Februari 2013

Hari Kamis, Sesudah Rabu Abu
Ul 30:15-20
Mzm 1:1-2.3.4.5.6
Luk 9:22-25

Menyangkal diri, Memikul Salib!

imageHari Kamis sesudah Rabu Abu. Kita semua tentu masih memiliki ingatan segar tentang penerimaan abu. Abu dioleskan di dahi berbentuk Salib atau ditaburkan di atas kepala sebagai tanda pertobatan yang boleh kita bangun selama 40 hari sebelum merayakan Paskah. Abu menandakan bahwa kita ini orang berdosa dan akibat dari dosa adalah kematian, kehancuran. Tetapi Tuhan masih tetap menunjukkan kasih setiaNya kepada kita. Jadi meskipun berdosa Tuhan tetap mengasihi. Meskipun kita lupa, tetapi Ia tidak akan melupakan kita. Ia sendiri berjanji: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Ungkapan yang indah dari Yesaya bagi kita semua.

Penginjil Lukas hari ini mengisahkan Yesus yang menunjukkan dua rute perjalanan bagi kita. Rute pertama adalah jalan yang Ia lalui sendiri yaitu jalan Salib (via della croce). Jalan salib adalah jalan yang penuh derita. Yesus mengalaminya sendiri. Setiap orang pasti tidak mau mengikuti jalan seperti ini, hanya Yesus saja yang mau mengikutinya. Dan hanya orang yang mengimaniNya secara radikal boleh dengan sukacita mengikuti jalan Salib Yesus. Rute kedua adalah jalan kita sendiri untuk mengikutiNya dari dekat. Ini boleh dikatakan Jalan kehidupan (via della vita). Kita melihat hidup Yesus, meniruNya dan mengikutiNya hari demi hari. Hidup Yesus menjadi hidup kita sendiri. Dengan menggabungkan jalan salib dan jalan kehidupan maka orang beriman akan memiliki jalan keselamatan (via della salvezza). Tentu saja kembali kepada Yesus sebagai satu-satunya Juru Selamat kita.

Sebagaimana disinggung di atas bahwa jalan Kristus adalah jalan salib dan kematian tetapi juga jalan kemuliaan ketika Ia bangkit. Dalam Bacaan Injil hari ini kita mendengar Yesus berkata, “Anak manusia harus menderita banyak hal dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala lalu dibunuh, tetapi dibangkitkan pada hari ketiga (Luk 9:22). Jalan Yesus adalah jalan salib dan kematian tetapi menjadi mulia ketika Ia bangkit. Bagaimana dengan kita? Rute yang harus kita ikuti adalah  rute yang sama dengan Yesus. Ia sendiri berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.” (Luk 9:23). Yesus memanggul salib sebagai ungkapan ketaatanNya kepada Bapa di Surga. Kita juga memikul Salib kita dan mengikuti Yesus menuju kepada Bapa surga. Yesus adalah Jalan yang kita lewati. Jalan yang dilewati Yesus diringkas dengan tiga pengalaman Yesus: “menderita, wafat dan bangkit”. Ketiga pengalaman Yesus menjadi nyata dalam hidup kita yakni: “Menyangkal diri,  memikul salib setiap hari dan mengikuti Yesus”. Menyangkal diri berarti berjuang untuk melumpuhkan ingat diri yang menjadi akar dari segala dosa. Musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu mengalahkan diri sendiri sama dengan mengalahkan seluruh dunia. Orang yang selalu jatuh dalam dosa adalah orang egois yang selalu berpikir bahwa dia tidak berdosa.

Belajar dari jalan-jalanNya Yesus, kita semua disadarkan bahwa hidup ini adalah pilihan. Musa sebelum meninggal dunia di kaki gunung Nebo, ia mengatakan kepada orang Israel untuk berani memilih. Pilihan pertama:  kalau mereka menghendaki hidup berarti mereka harus mengasihi Tuhan dan setia kepadaNya. Mereka dengan sendirinya akan memperoleh kebaikan. Pilihan kedua: kalau mereka tetap mau hidup egois dengan berpaling kepada allah–allah lain maka mereka akan mengalami kematian atau kecelakaan.

Kita juga selalu mengalami pilihan-pilihan tertentu dalam kehidupan ini. Banyak kali ada kecenderungan untuk melakukan perbuatan dosa dan salah. Orang terlambat menyadarinya sebagai dosa setelah melakukannya. Banyak kali orang memilih untuk melakukan hal terbaik demi kebahagiaan sesama tetapi selalu ditantang untuk membuat perhitungan atau menceritakan perbuatan yang sudah dilakukan. Hari ini kita diingatkan akan salib. Memikul salib berarti ada kerelaan hati untuk menderita tetapi penderitaan itu bertujuan untuk membahagiakan atau menyelamatkan orang lain.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu menyadarkan kita terutama dalam perjalanan untuk mengikutiNya. Apakah kita berani menyangkal diri kita? Apakah kita berani memikul salib? Ingat kata-kata Yesus: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

Doa: Tuhan, sadarkan aku untuk menjadi pengikutMu yang setia. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply