Renungan 1 Maret 2013

Hari Jumat I, Prapaskah II

Kej 37:3-4.12-13a.17b-28
Mzm 105:16-21
Mat 21:33-43.45-46
Menjual saudara sendiri
Ada dua orang bersaudara. Siang dan malam mereka tinggal di satu rumah yang sama, rumah warisan orang tua mereka. Namun demikian mereka berbeda dalam hal keanggotaan partai politik. Ketika mulai kampanye untuk menjadi calon legislatif, selalu terjadi pertemuan partai bergantian di rumah itu. Namun demikian hanya gara-gara partai yang berbeda kakak membenci adiknya yang popularitasnya lebih tinggi, bahkan memfitnah adiknya sehingga menjadi tahanan polisi berhari-hari. Adiknya bingung dan dia tidak tahu bahwa aktor dibelakang fitnahan itu adalah kakak kandung yang partainya berbeda. Dalam pikiran adik, kakaknya tetaplah kakak yang baik. Ini hanya salah satu contoh kecil bagaimana rasa benci dan dendam itu tidak memandang saudara, kawan dan lawan. Bila rasa benci itu datang maka semuanya akan rusak. Iblis bekerja untuk memecah belah dan menghancurkan relasi persaudaraan. 
Kisah singkat di atas membantu kita untuk memahami bacaan-bacaan liturgi hari ini. Kita mengetahui bahwa Yakob atau Israel memiliki 12 anak. Salah seorang anak yang sangat disayanginya adalah Yusuf. Dia sayangi karena Yusuf lahir saat Israel sudah memasuki usia senja. Ia mendapat perlakuan istimewa dalam hal kebutuhan setiap hari seperti pakaian yang indah. Yusuf sendiri pasti orang yang baik hati, rela membantu mengantar makanan  dan minuman kepada saudara-saudaranya yang bekerja sebagai gembala. Yusuf juga tukang mimpi dan mimpinya selalu menjadi kenyataan. Perlakuan khusus Israel terhadap Yusuf menimbulkan amarah dan dendam kesumat saudara-saudaranya.
Pada suatu saat anak-anak Israel menggembalakan domba-domba di dekat Sikhem. Israel menyuruh Yusuf anak kesayangannya mengantara makanan dan minuman untuk kakak-kakaknya di Dotan. Ketika melihatnya, rasa benci langsung membara dalam hati kakak-kakaknya. Mereka bermufakat untuk membunuhnya. Berbagai cara mereka rencanakan: membunuhnya, memasukkan ke dalam sumur kering, menjualnya ke Mesir, menipu Israel bahwa Yusuf dimangsa hewan liar. Israel percaya anak-anaknya, meskipun mereka jahat terhadap Yusuf.
Dalam hidup setiap hari kita juga menyaksikan atau mengalami pengalaman Yusuf ini. Di satu pihak orang tua kadang tidak menyadari secara penuh dalam pendidikan anak-anak. Ada yang diperlakukan istimewa, anak mami, anak papi dan yang lain anak setan karena sering tidak patuh pada orang tua. Ada juga pengalaman sebagai anak, saling menjual satu sama lain demi mendapat penghargaan sebagai anak baik di hadapan orang tua. Di tempat kerja, betapa saling cemburu dan saling menjual satu sama lain di hadapan pimpinan demi uang, kuasa dan kedudukan. Ada yang merasa enak dan tertawa di atas penderitaan sesama. Apakah kita mau tetap bertahan seperti itu? Apakah enak rasanya ketika menjual saudara dan membiarkannya menderita? Yusuf dijual, tetapi nantinya dia akan menjadi berkat bagi saudara-saudaranya.
Tuhan Yesus dalam Bacaan Injil hari ini memberi sebuah perumpamaan yang mirip dengan kisah Yusuf dalam bacaan pertama. Ada seorang tuan tanah yang memiliki kebun anggur. Ia melindungi kebun anggurnya dengan pagar, menggali lubang untuk memeras anggur, mendirikan menara jaga lalu menyewakan kepada para penggarap. Ketika musim petik tiba, sang tuan tanah mengirim hamba-hambanya tetapi para hamba itu dipukul, dibunuh, dan dilempar dengan batu. Ia akhirnya mengirim puteraNya sendiri tetapi para penggarap sepakat untuk membunuhnya sebab dia adalah ahli waris. Sikap jahat para penggarap akan dibalas dengan hukuman yang besar yaitu kebun anggur itu akan disewakan kepada penggarap-penggarap lain yang akan menyerahkan hasilnya pada saat yang tepat. Demikian akan terjadi juga dengan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah akan diambil dari tangan umat terpilih dan diberikan kepada sebuah bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan.
Yesus dalam perumpamaan ini berlaku sebagai ahli waris. Tuan tanah adalah Bapa Surgawi dan para penggarap adalah umat terpilih. Para hamba adalah utusan-utusan Tuhan atau para nabi. Namun nasib para nabi tidak jauh berbeda dengan Yesus sang ahli waris. Itulah sebabnya Yesus mengatakan: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” Dialah batu keselamatan bagi banyak orang.
Dalam Kitab Suci, Kerajaan Allah selalu diumpamakan dengan sebuah kebun anggur. Dalam Kitab Perjanjian Lama, kebun anggur adalah simbol Israel sebagai bangsa terpilih. Di dalam Kitab Perjanjian Baru, kebun anggur adalah Gereja sebagai Israel baru maka para penggarap adalah orang-orang yang dibaptis. Orang-orang yang dibaptis bisa menjadi penggarap yang jahat yang akan mengalami kebinasaan, dan ada penggarap yang baik yang akan memperoleh rahmat dari Tuhan.
Sabda Tuhan menghadirkan dua figur yang penting pada hari ini. Yusuf dikasihi oleh Israel dan dibenci oleh saudara-saudaranya. Ia dimasukkan ke dalam sumur kering, lalu dijual kepada bangsa asing. Pada akhirnya Yusuf mengampuni saudara-saudaranya dan menjadi berkat bagi mereka. Yesus juga mengalami nasib yang mirip. Ia adalah Anak yang dikasihi Bapa. Ia juga dijual oleh Yudas Iskariot dan masuk dalam perut bumi. Pada akhirnya Yesus menjadi satu-satunya penyelamat kita.
Tentu masing-masing kita mengalami luka dari saudara-saudara di sekitar kita. Apakah kita tetap bertahan sebagai pribadi terluka atau kita justru seperti Yusuf dan Yesus yang menjadi berkat bagi saudara-saudara yang sudah menyakiti dan melukai kita. Kita dipanggil untuk bertobat secara radikal. Kita juga dipanggil untuk menyelamatkan saudara-saudara kita. Bertahanlah dalam derita dan biarkanlah Tuhan berkarya dalam dirimu untuk menyelamatkan saudara yang lain. Jangan menjual saudaramu!
Doa: Tuhan semoga hari ini saya bisa menjadi saudara bagi sesama yang lain. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply