Renungan 2 Maret 2013

Hari Sabtu, Prapaskah II

Mi 7:14-15.18-20

Mzm 103:1-4.9-12

Luk 15:1-3.11-32

Seorang Bapa Yang Murah Hati


Ada dua pengalaman rohani yang membuatku terpesona. Pertama, pada suatu kesempatan saya merayakan misa arwah memperingati setahun meninggalnya seorang Bapa. Pada saat homili, saya bertanya kepada puteranya yang masih remaja tentang pengalaman yang mengesankannya bersama ayahnya. Ia berkata, “Hingga sekarang saya merasa daddy selalu bersamaku. Ada masa-masa yang indah ketika ia melatihku bermain guitar dan bernyanyi bersama. Ketika nilaiku merah ia mendukung aku, ketika aku belajar nakal ia membalikan arah jalanku. Daddy selalu yang terbaik buatku”. Wah, aku terharu mendengar kesaksian seorang anak remaja yang polos dan jujur tentang ayahnya. Kedua, masih seputar misa arwah. Ada seorang anak muda berusia 20 tahun meninggal dunia. Dalam perayaan misa requiem saya meminta kesaksian dari orang tua. Ibu anak tersebut berkata: “Anak ini adalah anak Tuhan. Dialah yang membuat suami saya bertobat dan menyatu dengan Tuhan. Dialah yang membuat kami sekeluarga tahu bersyukur kepada Tuhan. Doa keluarga menjadi sebuah kebiasaan karena dia. Karena dia anak Tuhan maka dia kembali kepadaNya. Kami pasrahkan seluruhnya kepada Tuhan sang Pencipta!”.


Figur dan kehadiran seorang ayah selalu penting dalam satu keluarga. Ayah yang selalu hadir dalam kehidupan anaknya dan memberi sukacita tersendiri. Bacaan Injil hari ini membuka pandangan kita tentang figur ayah yang selalu hadir dalam kehidupan anak, yang begitu murah hati dengan anak-anaknya. Ada tiga tokoh penting: anak bungsu, anak sulung dan ayah mereka. Diceritakan ada seorang ayah yang memiliki dua orang anak. Anak kedua meminta hak warisannya dan pergi ke tempat yang jauh. Di negeri baru itu ia menghabiskan semua hartanya dengan hidup gampang dan berfoya-foya. Setelah hartanya habis muncul kelaparan dan dia pun melarat sehingga menjadi ia berebutan makanan dengan babi. Sambil mengalami kemelaratan itu, ia mengingat ayahnya yang baik hati. Ia berniat untuk kembali kepada ayahnya meskipun diperlakukan sebagai pekerja upahan. Ia juga akan jujur mengatakan kepada ayahnya bahwa ia sudah berdosa melawan surga dan ayahnya sendiri. Ia pun kembali kepada ayahnya.


Anak sulung tetap tinggal bersama ayahnya. Ia bekerja setiap hari di kebun ayahnya. Ia makan dan minum dari kebun ayahnya sedangkan warisannya belum ia sentuh. Oleh karena berada di zona nyaman maka ia tidak pernah merasa bahwa sedang mengalami kasih ayahnya. Ia lupa kasih ayahnya dan cemburu ketika ayahnya memperlakukan adiknya yang kembali. Ini tipe anak yang tidak tahu berterima kasih, tidak mau bertobat.


Ayah di gambarkan sebagai pribadi yang murah hati dan berbela rasa. Ketika melihat anaknya datang, dialah yang orang pertama yang melihatnya dari jauh. Hati seorang ayah yang berbelas kasih langsung ia tunjukkan dengan pergi menjemput anaknya, merangkul dan menciumnya. Ia menyuruh para hambanya untuk menyiapkan dan memakaikan jubah terbaik untuk menandakan hidup lama dilepaskan dan mulailah hidup baru, cincin untuk mengikat kasih mereka sebagai ayah dan anak, sepatu baru untuk menandakan pertobatan yang radikal didasari sikap rendah hati. Lembu jantan menandakan perjamuan sukacita karena metanoia yang dialami anak bungsu ini.


Tiga figur dari bacaan Injil hari ini menggambarkan seluruh hidup kaum beriman. Figur anak bungsu: banyak kali kita butuh pertobatan yang radikal dengan kembali kepada Bapa. Ada perasaan bahwa dosa itu tidak berguna, Tuhan Bapa yang berbelas kasih yang paling berguna bagi hidup kita. Kita perlu berlaku sebagai orang yang membutuhkan Tuhan. Figur anak sulung adalah figur orang tidak tahu bersyukur. Saking nyamannya menikmati kasih Bapa, merasa diri status quo maka tidak berterima kasih atas kebaikan ayahnya. Banyak di antara kita yang berperilaku seperti itu. Tidak tahu bersyukur dan hanya butuh Tuhan kalau ada kesulitan dalam hidup. Figur ayah yang baik hati adalah figur Tuhan yang patut diikuti semua orang. Ayah yang baik adalah dia yang selalu bersedia untuk mengampuni dan menerima kembali anak yang sudah jatuh dalam dosa.


Mikha dalam bacaan pertama menggambarkan hebatnya Allah kita sebagai bapa yang maharahim. Allah bagi Mikha adalah seorang gembala yang baik. Gembala yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan umatNya. Ia tidak murka tetapi penuh kasih setia. Allah yang kita imani menurut Mikha adalah Allah yang penyayang. Ia menghapus dosa-dosa kita, melempar semua dosa ke dalam tubir-tubir laut. Hanya Dialah yang mampu melupakan kesalahan-kesalahan kita.


Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk bermurah hati seperti Allah Bapa yang selalu bermurah hati kepada kita. Dia tidak memperhitungkan dosa-dosa tetapi memperhatikan iman kepadaNya. Dia berusaha melupakan dosa-dosa besar dan kecil yang kita lakukan, membuangnya ke tubir-tubir laut. Sikap bathin kita adalah bertobat secara radikal. Berniat untuk kembali kepada Tuhan seperti anak bungsu dalam kisah Injil. Mari membangun sikap tobat yang radikal, bermetanoia, berbalik sepenuhnya kepada Tuhan.


Doa: Tuhan, anugerahkanlah semangat tobat yang benar dalam hati kami. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply