Homili Hari Kamis Putih – 2013

Perjamuan Malam Terakhir

Kel 12: 1-8.11-14

Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18

1Kor 11:23-26

Yoh 13:1-15

Ia senantiasa mengasihi!


Dalam kesempatan retret bersama sekelompok orang muda, saya amat terkesan dengan sebuah kegiatan tambahan yakni pembasuhan kaki. Pada kesempatan ini ada wakil tertentu: orang tua, kakak, adik, guru dan pastor. Anak-anak yang merasa pernah terluka mendatangi para wakil ini dan saling memaafkan. Secara simbolis mereka saling membasuh kaki. Ada rasa terharu ketika mendengar orang saling memaafkan dengan tulus, saling mengasihi  dan menerima seadanya. Keajaiban terjadi ketika orang saling mengasihi sampai tuntas.
Saya ingat sebuah keluarga yang pernah saya kunjungi. Hidup di rumah itu sepasang suami isteri, sudah lansia berumur sekitar 60 tahun. Beberapa tahun belakangan ini sang isteri terkena dimensia. Suaminya berusaha merawat isterinya di rumah. Namun kondisi isterinya semakin parah, sedangkan sang suami semakin tua. Sang suami tetap berjanji untuk merawat isterinya sepenuh hati. Ketika mengantar komuni kudus ke rumah saya memperhatikan rumahnya sangat bersih. Kamar di mana isterinya berbaring juga kelihatan begitu bersih dan teratur. Pakaian yang dikenakananya juga rapi. Suaminya mengatakan bahwa ia melakukan semua kegiatannya dari jam 6.00 layaknya seorang karyawan tetapi tidak digaji. Ia memasak, menyuapi, memandikan, dan menemani. Ia berkata:“Saya akan melayaninya sampai suatu hari kami meninggal dunia”. Ini sebuah cinta kasih sampai tuntas. Nah, anda ingin melihat suatu keajaiban? Tanamkanlah kata-kata kasih secara mendalam di hati seseorang. Rawatilah dengan senyuman dan doa. Lalu perhatikanlah apa yang akan terjadi.
Pada malam ini kita mengenang Tuhan Yesus melakukan malam perjamuan terakhir bersama para muridNya. Penginjil Yohanes memberi kesaksian: “Sebelum Hari raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sebagaimana Ia mengasihi murid-muridNya, demikian sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir”  (Yoh 13:1). Kesaksian Yohanes ini mau mengatakan bahwa Yesus sadar dan tahu mengasihi.  Ia sadar dan tahu bahwa Ia mengasihi para muridNya sampai tuntas dengan menyerahkan nyawaNya.  Hal ini kiranya tepat dengan apa yang kita baca pada bagian lain dari Injil Yohanes: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).
Yesus juga mengetahui bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah (Yoh 13:3). Maka wujud kasih yang Ia lakukan kepada para muridNya adalah membasuh kaki para muridNya. Sesuai dengan kebiasaan orang Romawi, yang  seharusnya membasuh kaki adalah hamba, tetapi kini Yesus menjadikan diriNya seorang hamba yang berlutut di hadapan manusia yang berdosa. Di antara mereka ada Yudas Iskariot yang akan mengkhianatiNya (Yoh 13:2) dan Petrus yang akan menyangkalNya tiga kali. Hal ini kiranya tepat dengan apa yang dikatakan Paulus: “Yesus Kristus walaupun dalam  rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dengan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:6-8).

Sambil membasuh kaki para muridNya, Petrus berdialog denganNya. Petrus menolak untuk dibasuh kakinya tetapi Yesus dengan tegas mengatakan: “Jika Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (Yoh 13:8). Petrus lalu meminta supaya jangan hanya kaki tetapi juga kepalanya dibasuh. Yesus berkata kepadanya, “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu sudah bersih hanya tidak semuanya. (Yoh 13:10-11). Pada akhirnya Yesus mengingatkan ara muridNya: “Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu” (Yoh 13:15).

Membasuh kaki adalah sebuah tanda kasih yang bukan hanya dikatakan tetapi dilakukan. Ini adalah teladan persaudaraan dan pelayanan. Itu sebabnya pada akhir perikop Injil kita, Yesus meminta para muridNya untuk saling membasuh kaki. Para murid saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka. Kita juga saling mengasihi, saling melayani seperti Yesus sendiri melakukannya kepada kita masing-masing.
Pelayananan Yesus selalu dikenang dalam perayaan Ekaristi. Yesus menunjukkan cinta kasihNya sampai tuntas dengan menyerahkan diriNya dan selalu kita rayakan dalam sakramen Ekaristi. Paulus memberi kesaksian dalam bacaan kedua: “Saudara-saudara, apa yang telah kuteruskan kepadamu ini telah aku terima dari Tuhan” . Paulus mau mengatakan bahwa kesaksiannya itu betul-betul nyata tidak hanya sekedar sebuah kesaksian tetapi sungguh berasal dari Tuhan. Kesaksian Paulus ini dikenang turun temurun di dalam Gereja yakni: “Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkan roti itu sambil berkata: “Inilah TubuhKu yang diserahkan bagimu, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!”  Hal yang sama Ia lakukan dengan cawan yang berisi air anggur. Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam
darahKu.Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku”. Kristus menyerahkan diriNya untuk keselamatan manusia. Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita mengenang Yesus dan pengorbananNya atau Yesus dan paskahNya. Paulus memahami Ekaristi sebagai sebuah paskah. Itu sebabnya setiap hari minggu adalah paskah mingguan.
Dalam bacaan pertama dari Kitab Keluaran kita diingatkan tentang Paskah yang dirayakan umat perjanjian lama. Mereka merayakan paskah dengan mengurbankan anak domba: jantan, tidak bercela dan berumur satu tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, anak domba diganti dengan Yesus sendiri. Ia menjadi Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia.
Sabda Tuhan pada malam hari ini mengingatkan kita pada banyak hal. Hal pertama adalah ketulusan dalam mencintai. Yesus mencintai kita dengan tulus maka mari kita melakukan hal yang sama. Hal kedua adalah melayani. Yesus melayani tanpa pamrih. Ia tahu ada Yudas yang mengkhianati  tetapi ia tetap mau melayani dengan membasuh kaki. Hal ketiga adalah Ekaristi. Ekaristi adalah perayaan puncak keselamatan. Setiap kali merayakan Ekaristi kita merayakan paskah, kita mengenang kasih Kristus sampai tuntas. Luar biasa Tuhan kita! Ia senantiasa mengasihi kita.
Doa: Tuhan, terima kasih atas kasih dan pelayananMu kepada kami. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply