Homili Hari Raya Paskah Misa Pagi – 2013

Hari Raya Paskah

Kis 10:34a.37-43

1Kor 5:6b-8

Yoh 20:1-9

Yesus Harus bangkit dari antara orang mati
Ada dua orang bersahabat yang sama-sama mengakui dirinya sebagai orang katolik sejak dalam kandungan ibu. Pada suatu kesempatan mereka berdiskusi tentang Paskah. Sahabat pertama mengatakan  bahwa Yesus sangat mencintai dunia dalam hal ini manusia sehingga Ia berani wafat di kayu salib. Sahabat kedua menambahkan, Ia tidak hanya wafat di kayu salib tetapi Ia juga bangkit dari alam maut. Sahabat pertama mengangguk dan membuka mulut sambil berkata: “Bahwa Yesus bangkit atau tidak bangkit itu bukan urusanku karena saya juga tidak tahu. Saya juga tidak pernah tinggal bersamaNya dan tahu apakah Ia hidup atau mati.” Sahabat kedua berkata: “Saya memang tidak tahu juga tapi hati kecilku mengatakan bahwa Dia sudah bangkit karena kain kafan yang membungkus tubuhNya masih lengkap di dalam makamNya dan sangat teratur”. Setelah itu mereka saling memandang  dan memikirkan kembali semua komentar tentang Yesus yang bangkit dari alam maut. Sambil tersenyum mereka sama-sama berkata “Dia harus bangkit karena Dia Allah yang hidup”.
Hari ini kita merayakan Hari raya paskah. Selama 40 hari masa puasa dan pantang permenungan kita diarahkan pada sikap hidup: makin beriman, makin bersaudara dan makin berbela rasa. Aksi Puasa Pembangunan ini sebenarnya menjadi sarana yang bagus untuk mendekatkan kita dengan Tuhan Yesus. Dalam arti apa mendekatkan dengan Yesus? Yesus sangat mencintai kita sehingga Ia rela mengutus Yesus Kristus PuteraNya untuk menebus kita. Bagaimana Ia dapat menebus kita? Ia mengurbankan diriNya dan selalu kita kenang dalam Ekaristi sebagai paskah harian dan mingguan (hari Kamis Putih). Dia rela memikul salib dan wafat tidak berbusana, miskin dan taat kepada kehendak Bapa di Surga (Jumat Agung). Dia menjadi cahaya dunia, memanggil kita untuk terus menerus membaharui diri sebagai orang yang dibaptis (Malam Paskah). Maka pada hari raya paskah ini kita mulai mengenal Yesus yang sudah bangkit dan menampakan diriNya kepada semua orang.
Penginjil Yohanes hari ini melaporkan keadaan komunitas para Rasul. Para rasul saat itu masih kecewa karena peristiwa kegagalan salib. Mereka putusa asa, ragu-ragu dan seakan tidak percaya lagi  pada Yesus. Lebih lagi ketika melihat makam kosong. Bukti-bukti autentik dalam Kitab Suci dan tradisi Gereja yang pernah mereka dengar disepelehkan begitu saja. Memang ini hal yang sangat manusiawi dan patut diterima sebagai bagian dari pengalaman Gereja perdana.
Dikisahkan oleh Yohanes bahwa pada hari pertama Minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari
masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus dan ia melihat bahwa batu telah diambil orang dari kubur. Laporan Yohanes ini tidak boleh kita sepelehkan: “Hari Minggu, masih pagi dan gelap”. Maria Magdalena memang mencintai Yesus tetapi pada level yang masih sangat manusiawi. Oleh karena itu ia berjalan juga dalam kegelapan dengan maksud melihat Yesus yang Ia banggakan itu. Ternyata harapannya pudar karena makamNya kosong. Pengalaman pribadinya dengan segala kekuatiran membuat dia tidak lama-lama tetapi langsung kembali komunitas dan menyampaikan pengalamannya ini kepada Petrus dan Yohanes (murid kesayangan). Petrus dan Yohanes berlari ke kubur, Yohanes lebih cepat berlari tetapi tidak masuk ke dalam kubur,Petrus tiba, masuk ke dalam kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah, kain peluh agak ke samping dalam posisi tergulung. Murid kesayangan Yesus masuk dan percaya. Petrus dan Yohanes menyaksikan makam Yesus kosong. Apa artinya pengalaman rohani ini? Artinya Yesus sudah bangkit. Tidak mungkin jenazahNya dipindahkan. Kain kafan dan kain peluh saja masih ada di dalam kubur dan teratur. Kalau dipindahkan pasti tidak ada lagi kain kafan dan kain peluh.

Pengalaman kedua murid ini memang menarik perhatian kita. Secara eklesiologis, figur

Petrus dan Yohanes sangat kuat. Petrus adalah figur kepemimpinan atau Hirarki. Figur Yohanes adalah karismatis. Maka gerak tubuh mereka menandakan: Yohanes sebagai figur karismatis lebih cepat karena gerakan Roh Kudus di dalamnya. Yohanes mungkin sudah percaya bahwa Yesus pasti bangkit dari antara orang mati. Tetapi supaya kharisma itu bisa di akui Gereja maka butuh pengakuan hirarki atau pemimpin Gereja. Dengan demikian ia “melihat dan percaya” . Petrus adalah figur hirarki, bijaksana maka gerakan fisik lebih lambat tetapi ia harus masuk ke dalam kubur sehingga dapat berani bersaksi. Figur karismatis dan hirarki bertemu di dalam kubur dan percaya. Ia harus bangkit dari antara orang mati. Hal lain yang kiranya tidak perlu kita sepelehkan adalah Maria Magdalena yang mewakili umat atau gereja menyampaikan hirarki untuk memberi kesaksian tentang iman dalam hal ini kebangkitan Kristus.

 

Jalan pikiran Yohanes sebagai figur karismatis di depan kubur Yesus. Ia melihat dan percaya. Tentu saja Yohanes menyimpulkan bahwa Yesus sudah bangkit dengan demikian dia percaya.Gereja juga kiranya mengalami pengalaman Yohanes dan Petrus. Petrus menurut Injil Lukas masih merasa heran ketika melihat makam kosong, dan memikirkan apa yang terjadi.
Selanjutnya apakah Petrus dan Yohanes behenti di sini? Lukas dalam Kisah Para Rasul menggambarkan bagaimana Petrus dengan berani menceritakan kisah perjalanan Yesus. Puncak perutusan Yesus adalah dalam mewujudkan Misteri Paskah. Itu sebabnya di depan Kornelius, Petrus berani berkata tentang kehidupan Yesus secara singkat mulai dari kehidupan misioner Yohanes Pembaptis yang menyiapkan jalan bagi Yesus Kristus. Yesus orang Nazareth menurut Petrus, telah diurapi dengan Roh Kudus dengan kuat kuasa. Yesus juga berkeliling dan berbuat baik. Ia telah di bunuh dengan cara digantung di salib, tetapi Allah telah membangkitkanNya pada hari ketiga.  Yesus yang bangkit juga menampakkan diriNya. Barang siapa percaya kepadaNya akan mengalami pengampunan dosa.  Tentang kesaksian, Petrus berkata kepada Kornelius: “Kami telah makan dan minum bersama dengan Dia setelah Ia bangkit dari antara orang mati”.

Apa dampak kebangkitan Kristus bagi kita? Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan umat di Korintus dan juga kita semua untuk membuang ragi yang lama supaya menjadi adonan yang baru. Mengapa? Karena Kristus anak domba paskah sudah di sembeli. Maka kita perlu bersukacita dalam kemurnian dan kebenaran. Kebangkitan Kristus hendaknya membawa dampak, perubahan hidup yang radikal, yakni melepaskan hidup lama dan mengenakan hidup baru. Itulah kesempurnaan atau kekudusan.

 

Sabda Tuhan pada hari raya paskah ini mengajak kita untuk memiliki iman yang besar kepada Yesus. Dia telah wafat dan bangkit dari alam maut satu kali untuk selama-lamanya. Sebagai orang beriman tugas kita adalah memberi kesaksian bahwa Yesus telah bangkit dari alam maut.  Supaya kesaksian itu tepat sasaran maka kita perlu berubah, meninggalkan hidup lama dan mengenakan hidup baru dalam kemurnian dan kebenaran. Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6). Dialah kebenaran yang memerdekakan kita (Yoh 8:32). Sungguh, “Berbahagialah orang yang murni hatiNya karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8).
Doa: Tuhan, semoga saya juga mampu meninggalkan hidup lama dan mengenakan hidup baru yang Engkau limpahkan hari ini. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply