Renungan 10 April 2013

Rabu Pekan Paskah II

Kis 5:17-26

Mzm 34: 2-3.4-5.6-7.8-9

Yoh 3:16-21

Betapa besarnya kasih Allah!

Perayaan Ekaristi hari ini dimulai dengan sebuah antifon pembuka yang bagus: “Aku hendak memuji Engkau, ya Tuhan, dan mewartakan namaMu kepada saudara-saudaraku”. Kutipan Mazmur ini kiranya membantu kita untuk memahami bacaan-bacaan liturgi kita hari ini dengan sebuah tema yang menarik: “Betapa besar kasih Allah” yang dialami setiap hari. Apakah anda merasakan betapa besarnya kasih Allah setiap hari?  Konon ada seorang bapa yang hampir sebulan sekali masuk ke rumah sakit untuk mencuci darah karena gagal ginjal. Ketika ditanya temannya tentang pengalaman masuk ke rumah sakit, ia berkata, “Ini adalah pengalaman betapa besar kasih Allah bagiku. Sudah berbulan dan bertahun-tahun mencuci darah tetapi saya masih hidup”. Kadang-kadang ketika orang mengalami kesulitan dan pergumulan hidup, justru mereka mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihinya lagi.


Para rasul sebagaimana dikisahkan oleh Lukas dalam bacaan pertama mengalami besarnya kasih Allah dalam mewartakan Sabda Tuhan Yesus. Para pemimpin Yahudi yakni imam-imam besar dan kaum Saduki merasa iri hati kepada para rasul dan jemaat yang semakin hari bertambah banyak. Mereka begitu kompak, sehati dan sejiwa. Oleh karena itu mereka menangkap para rasul dan memenjarakan mereka. Namun pada malam hari, secara mengejutkan mereka semua dikejutkan karena seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara dan membawa mereka keluar. Malaikat itu berkata: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah, beritakanlah seluruh Firman hidup itu kepada orang banyak”. Diceritakan bahwa para rasul mentaati perintah malaikat sehingga ada pagi hari mereka sudah berada di Bait Allah untuk mengajar. Ini tentu mengherankan para pemimpin Yahudi dan para sipir penjara karena penjara sendiri masih dalam keadaan terkunci. Mereka tidak berani menyentuh para rasul karena takut dengan membeludaknya orang yang mau mendengar mereka.


Pengalaman kasih Allah yang besar dapat dirasakan pada saat-saat yang sulit dan ekstrim. Pada saat orang merasakan goncangan iman dan seakan kehilangan arah hidupnya. Pada saat seperti itu Tuhan selalu hadir dan menghibur dengan mengatakan, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut” (Yoh 6:20). Sama juga dengan para rasul dalam kisah ini, di saat yang sulit di penjara Tuhan masih menguatkan dan membebaskan serta memberi tugas baru supaya mereka mewartakan Injil. Banyak kali kita justru berlawanan dengan pengalaman para rasul. Mungkin saja kita tidak bertahan dalam penderitaan, pergumulan dan beban-beban kehidupan. Kita mencari kehidupan yang paling mudah dan tidak menantang. Kasih Allah justru menjadi besar karena Salib atau dalam pemahaman Yohanes, karena Yesus ditinggikan. Kasih Allah menjadi besar ketika orang memikul salibnya hari demi hari.


Saya teringat kisah Santo Yohanes Bosco. Santo Yohanes Bosco dikenal sebagai santonya kaum muda. Dalam kisah hidupnya, ia memiliki banyak pengalaman kebersamaan dengan kaum muda  terutama yang miskin dan terlantar. Mengapa ia memilih melayani kaum muda yang miskin? Satu alasan yang pasti adalah, karena ia memang sejak kecil juga mengalami kemiskinan di dalam keluarga. Dari pengalaman ini, ia berniat untuk mengasihi kaum muda yang miskin. Pada suatu kesempatan ia berbicara dengan beberapa siswa binaannya yang sudah berhasil dalam masyarakat. Salah seorang siswanya berkata: Don Bosco, saya bahagia mengenalmu karena saya merasa bahwa engkau sangat mencintaiku. Sekarang saya tidak lagi tinggal bersamamu, maka pesan saya adalah: “Biarkanlah orang-orang muda merasa bahwa mereka memang dikasihi”. Pengalaman Don Bosco ini mengandaikan cinta kasih yang total kepada Tuhan dan sesama! Pengalaman akan kasih Tuhan terpancar bagi sesama.


Hari ini kita mendengar Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: “Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah menganugerahkan Anaknya yang tunggal, sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kasih Allah bagi dunia begitu besar. Ia tidak hanya berjanji melalui para nabi  untuk mengasihi manusia tetapi mewujudkan janjiNya dengan mengutus Yesus PuteraNya ke dunia.Kasih Allah semakin luas menjangkau semua orang di dunia ini. Dari pihak Allah, Ia sendiri mengorbankan AnakNya yang tunggal sebagai korban penghapus dosa di atas kayu salib.


Apa yang harus dilakukan oleh manusia? Yesus meminta supaya kita percaya kepadaNya. Kita percaya bahwa Ia adalah Utusan Bapa untuk menyelamatkan dunia. Dialah terang sejati yang sedang datang ke dunia. TerangNya membantu kita untuk melihat kasih Allah yang berlimpah bagi manusia. Yesus juga menghendaki agar kita bertobat dari hidup lama menjadi baru.  Hidup dalam terang berarti membenci seluruh hidup dalam dosa. Hidup dalam dosa berarti hidup di dalam kegelapan dan ini tentu berlawanan dengan Terang. Sekarang pilihlah dihadapan Tuhan mau hidup dalam terang atau gelap?


Marilah kita membantu banyak orang untuk mengalami kasih Allah dan melihat terangNya melalui perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan setiap hari. Jangan berhenti berbuat baik. Jangan berhenti mengasihi sesamamu. Ketika anda mengasihi janganlah menggunakan perhitungan tertentu.


Doa: Tuhan terima kasih, betapa besanya kasihMu kepadaku. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply