Pengalaman insipiratif

Orang buta juga manusia


Hari Minggu Panggilan. Sahabatku dokter gigi Elisabeth dari Persekutuan doa RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur mengundangku untuk membawakan renungan bagi anak-anak buta yang sedang diasuh di Yayasan Elsafan. Sesuai jadwal pelayanan, hari ini persekutuan doa melakukan kunjungan Panti asuhan dan beramal kasih. Saya sendiri diminta untuk membawakan renungan sederhana bagi anak-anak Panti asuhan Elsafan. Permintaan ini mengagetkan sekaligus tantangan bagi saya karena untuk pertama kali saya membawakan renungan bagi anak-anak yang buta. Mereka tidak melihat saya tetapi mendengar suaraku.

Kami tiba di panti asuhan sekitar jam 10.45 dan

pada jam 11 mulai ibadat ekumene dengan aneka pujian. Pada kesempatan ini anak-anak panti asuhan menunjukkan kebolehan mereka dalam bidang musik dan tarik suara. Melan, seorang gadis berdarah Batak menyanyikan lagu-lagu rohani yang luar biasa indahnya. Miguel juga membawakan lagu dengan tema kasih ibu dan sebuah puisi buat ibu. Puisi itu sederhana tetapi menggambarkan bagaimana anak yang buta mengasihi ibunya. Secara singkat puisi itu mengatakan hal ini: ‘Ibu terima kasih karena engkau telah mengandung dan melahirkan aku. Sembilan bulan aku berada di dalam rahimmu dan engkau menanti dengan sabar. Ketika aku lahir, engkau berpikir aku adalah anakmu yang normal, tetapi ternyata aku buta. Aku tidak melihatmu, wajah dan senyummu yang manis pun tidak kulihat. tetapi engkau tidak pernah berhenti tersenyum padaku anakmu yang buta. Aku merasakannya dan aku juga mengatakan love you mom. Hug and kisses.” Sebuah puisi sederhana namun penuh makna. Kelihatan sahabatku dokter Elisabeth dan beberapa rekannya tidak kuat menahan air mata.


Saya sendiri membawakan Firman Tuhan dari Injil Yoh 10:27-30. Pada waktu itu Yesus berkata:

“Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku, dan Aku memberikan hidup kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu”. Mereka semua mendengar dengan penuh perhatian.


Dalam renungan sederhana itu saya mengingatkan mereka bahwa Tuhan Yesus juga sangat mengasihi mereka. Selama hidupNya di dunia, orang-orang buta adalah sahabat-sahabat Yesus. Kita ingat kisah dua orang buta dalam Injil Matius yang mengikutiNya sambil berseru: “Kasihanilah kami hai Anak Daud”. Setelah menyatakan iman kepada Yesus, mereka akhirnya disembuhkan (Mat 9:27-29). Kisah ini juga mirip dengan kisah dua orang buta lainnya dalam Injil Matius 20:30-34. Kisah orang buta lain yang juga terkenal adalah Bartimeus (Mrk 10:46-52). Yesus juga menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (Yoh 9:1). Orang-orang yang cacat dikasihi Tuhan. Hal ini kiranya tepat dengan apa yang dikatakan Yesus kepada para utusan Yohanes Pembaptis: “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat 11:5). Singkatnya orang-orang cacat adalah opsi pelayanan Yesus selama ada di dunia. Tentu saja satu alasan yang tidak bisa kita kesampingkan adalah karena Yesus adalah terang dunia.

Saya yakin bahwa kata-kata Tuhan Yesus dalam kutipan Injil ini digenapi di dalam diri mereka. Anak-anak tuna netra dengan segala keterbatasan mereka selalu mendengar Tuhan dan Tuhan sendiri mengenal mereka satu persatu. Mereka boleh memiliki keterbatasan tetapi Tuhan melihat mereka sebagai makhluk yang sempurna. Itu sebabnya Tuhan juga memberikan hidup kekal kepada mereka. Itu sebabnya saya meyakinkan mereka bahwa mereka juga dikasihi oleh Tuhan.

Saya teringat akan figur Helen Keller. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, ia membuat revolusi besar bagi dunia. Saya ingat kata-kata yang indah dari Helen Keller yang saya bagikan kepada anak-anak di yayasan Elsafan. Helen Keller pernah berkata: “Apabila kau senantiasa menghadap ke matahari, kau takkan pernah melihat bayangan. Hadapilah kekurangan anda dan akuilah semua itu, tetapi jangan membiarkannya menguasai anda. Biarkanlah kekuranganmu itu mengajarkanmu kesabaran dan pengertian. Ingatlah bahwa ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, masih ada pintu lain yang terbuka, tetapi seringkali kita hanya terlalu lama melihat pintu yang tertutup saja sehingga kita tidak menyadari bahwa sudah ada pintu lain yang terbuka bagi kita. Memang, rasa mengasihani diri adalah musuh kita yang paling buruk dan jika kita takluk kepadanya, kita tidak akan pernah melakukan sesuatu yang terbaik dan bijaksana di bumi ini.”


Melihat anak-anak yang buta, sebagian besar memiliki

perasaan optimis meskipun ada kekurangan yang mereka miliki. Salah seorang anak yang saya kenal dengan baik bernama Dennis Griffin (15 thn). Dia adalah anak ajaib yang serba bisa dalam dunia musik. Dennis juga selalu optimis dan tidak pernah mengeluh tentang mengapa dirinya seperti itu. Dia hanya bersyukur, pasrah dan tetap semangat di dalam hidupnya. Saya ingat juga tokoh-tokoh dunia yang mengalami keterbatasan tetapi dikenal di seluruh dunia seperti Andrea Bocelli dan Stevie Wonder memiliki suara emas dan mengubah dunia ini. Di dalam dunia ini orang yang dianggap kecil dan terbatas, Tuhan berkenan menjadi besar di dalam diri mereka.


Tuhan memang ajaib dan mengadakan karya besar di antara kita. Mari kita memandang saudara-saudara kaum tuna netra sebagai manusia yang memiliki bakat dan kemampuan terpendam. Tuhan berkarya di dalam diri mereka. Mereka lebih berharga dari emas!

Tuhan terima kasih untuk pengalaman yang indah pada hari ini. Engkau mengajarkanku bahwa Engkau adalah terang sejati, gembala yang baik bagi semua orang. Berkatilah anak-anak tuna netra untuk memandangMu dalam iman dengan sukacita. Amen.


PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply