Renungan 13 Mei 2013

Hari Senin Paskah VII

Kis 19:1-8

Mzm 68:2-3.4-5ac.6-7ab

Yoh 16:29-33

Roh Kudus Datanglah!
Hari ini kita berada di novena menanti kedatangan Roh Kudus, hari ke-4. Permenungan kita selama hari-hari ini adalah mengenal dan akrab dengan Roh Kudus, salah satu Pribadi ilahi Tritunggal Mahakudus. Permenungan kita bukan tentang simbol Roh Kudus di dalam Kitab Suci tetapi tentang anugerah-anugerah Roh Kudus dan buah-buah Roh Kudus yang sudah sedang dihayati oleh Gereja. Roh Kudus adalah Parakletos dari Allah Bapa dalam nama Yesus untuk menyertai perjalanan Gereja hingga saat ini. Gereja dalam hal ini setiap pribadi yang dibaptis harus merasakan kehadiran Roh Kudus karena dirinya adalah tempat tinggal Roh Kudus (1Kor 6:19). Apakah anda menyadari bahwa tubuhmu adalah tempat yang baik untuk bersemayamnya Roh Kudus?
Lukas dalam bacaan pertama melaporkan pekerjaan misioner Paulus. Kali ini ini Paulus
mengunjungi jemaat di daerah pedalaman Asia hingga tiba di Efesus. Ia sempat berjumpa dengan beberapa murid yang percaya kepada Kristus tetapi masih dibaptis dengan baptisan Yohanes sehingga mereka sendiri belum mengenal Roh Kudus. Paulus menjelaskan kepada mereka bahwa baptisan Yohanes itu masih merupakan baptisan tobat sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus. Mereka lalu memberi diri mereka dibaptis oleh Paulus dalam nama Tuhan yesus. Ketika Paulus menumpangkan tangannya, jemaat yang berjumlah dua belas orang ini mengalami kehadiran Roh Kudus. Mereka berkata-kata dalam bahasa Roh dan bisa bernubuat. Ini laksana sebuah Pentekosta Kecil. Pengalaman Paulus di Efesus mengingatkan kita akan dua sakramen inisiasi di dalam gereja yakni sakramen pembaptisan dan sakramen Krisma. Roh Kudus diterima saat dibaptis dan dikuatkan dalam sakramen krisma.

Beato Yohanes Paulus II dalam Ensikliknya Dominum et Vivificatem (Roh Kudus di dalam kehidupan Gereja dan dunia) menjelaskan tentang peran Roh Kudus yang sumbernya juga berasal dari Kitab Suci. Baginya Roh Kudus  berperan untuk menginsyafkan dunia akan dosa, meyakinkan tentang kebenaran dan penghakiman (Yoh 16:8). Roh Kudus juga memberikan  kehidupan ilahi kepada kita dan menjadikan kita sebagai anak-anak Allah (Gal 4:6; Rom 5:5; 8:15; 2Kor 1:22). Kehidupan ilahi kita terima saat dibaptis dan sepanjang hidup kita mengalaminya dalam pelayanan sakramen di dalam Gereja.

Ketika Paulus menumpangkan tangan maka keduabelas jemaat berkata-kata dalam bahasa roh (glossolalia). Kita mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya di Yerusalem yakni para murid penuh dengan Roh Kudus, lalu mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:4). Makna dari berbahasa roh yang tepat adalah, pertama, bahasa roh merupakan penyataan Roh Kudus (Kis 2:4.6; 1Kor

13:1; 14:14-15). Kedua, bahasa roh merupakan bukti fisik baptisan dalam Roh Kudus. Berkata-kata dalam bahasa roh merupakan gabungan roh orang yang percaya dan Roh Kudus dalam sebuah persekutuan (Kis 2:4; 10:45-46). Ketiga, bahasa roh adalah sebuah karunia bagi orang yang percaya (1Kor 12:4-10). Karunia bahasa Roh ini bisa terjadi pada seorang pribadi dalam ibadat bersama dan bisa ditafsirkan (1Kor 14:5-6.13-17). Karunia bahasa Roh dialami orang seorang pribadi saat doa dan bisa menumbuhkan kehidupan rohaninya (1Kor 14:4).

Pada prinsipnya orang yang mengalami karunia bahasa Roh juga mengalami pertumbuhan hidup rohani dan semangat pertobatan yang benar. Apabila orang hanya sekedar berbahasa roh maka hidupnya secara pribadi pun tidak mengalami perubahan. Artinya pribadi tersebut dengan sendirinya tidak akan menghayati dan menunjukkan karunia-karunia dan buah-buah Roh Kudus kepada sesama. Seringkali jauh dari harapan ketika seorang mengatakan dapat berbahasa roh tetapi hidupnya tetap tidak mencerminkan dirinya sebagai pengikut Kristus. Sebenarnya orang semakin rendah hati, sabar, penuh kasih dan membawa damai kepada sesama bukan memecah belah.

Para murid Yesus sebelumnya juga tidak memahami semua pengajaran Yesus. Hingga amanat perpisahanNya pun, Yesus masih mengatakan bahwa mereka belum mengerti karena Roh Kudus atau Parakletos belum datang kepada mereka. Namun akan tiba saatnya di mana Yesus tidak akan berbicara lagi dalam bahasa kiasan. Para murid sadar dan mengakuinya dengan berkata: “Lihat sekarang Engkau berkata-kata terus terang dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau berasal dari Allah” (Yoh 16:29-30). Ini adalah satu bentuk pengakuan iman. Boleh dikatakan bahwa akhirnya para murid juga sadar dan percaya kepada Yesus terutama bahwa Ia sungguh-sungguh berasal dari Allah.

Sikap sebagai murid yang setia diuji dalam kesetiaanya untuk mengikuti Yesus. Dengan kata lain konsekuensi pemuridan yang harus dialami adalah siap untuk menderita. Yesus berkata: “Akan tiba saatnya kamu akan dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri karena Bapa menyertai Aku.” (Yoh 16: 32). Pada akhirnya Yesus menyadarkan mereka akan damai sejahtera yang mereka terima karena Yesus sendiri sudah mengalahkan dunia.

Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita pada sakramen pembaptisan dan krisma yang sudah

kita terima. Roh Kudus sebagai pribadi ilahi dengan semua anugerah dan buah-buah Roh sudah diterima dan sedang dihayati dalam pertumbuhan iman. Kita perlu bersyukur senantiasa karena pembaptisan dan krisma membuat kita masuk dan menjadi bagian dari keilahian Tuhan. Mengapa? Karena kita sudah dibaptis dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Demikian juga ketika menerima sakramen krisma kita disapa: “Terimalah Roh Kudus” dan kita mengamini serta menerimanya. Dengan sakramen pembaptisan dan krisma kita menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Dia adalah Putra Allah.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas anugerah Roh KudusMu yang kami terima saat dibaptis dan menyertai kehidupan kami setiap hari. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply