Renungan 20 Mei 2013

Senin Pekan, Pekan Biasa VII

Sir 1:1-10

Mzm 93: 1ab.1c-2.5

Mrk 9:14-29

Beriman dengan bijaksana

Kita sudah mengakhiri masa paskah yang berlangsung selama tujuh Minggu. Hari ini kita memulai liturgi masa Biasa, Pekan yang ketujuh.


Pada hari Senin ini kita dibantu oleh Sabda Tuhan untuk memahami makna iman dan kebijaksanaan. Pertanyaan bagi kita adalah apa yang dimaksudkan dengan iman? Teolog Jerman, Karls Rahner (1904-1984) mengartikan iman sebagai upaya menempatkan diri dengan hal yang tidak bias dimengerti atas Tuhan seumur hidup. Paus Emeritus Benediktus ke XVII mengartikan iman sebagai segala sesuatu yang kita harapkan  dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ensiklik Spe salvi, 7).


Katekismus Gereja Katolik (153-165.179-180-183-184) memberikan 7 ciri iman:

* Iman adalah suatu rahmat cuma-Cuma yang kita terima saat kita dengan sungguh-sungguh memohonkannya.

* Iman merupakan kekuatan adikodrati yang mutlah diperlukan jika kita ingin mencapai keselamatan.

* Iman menuntut kehendak bebas dan pemahaman yang bebas dari seorang ketika menerima undangan ilahi.

* Iman merupakan kepastian yang mutlak karena Yesus menjaminnya.

* Iman tidaklah sempurna kecuali jika mengarah pada cinta kasih yang aktif.

* Iman bertumbuh saat kita semakin cermat mendengarkan Sabda Tuhan dan memasuki hubungan yang khusyuk dengan Dia dalam doa.

* Iman memberi kita kesempatan untuk mencicipi kegembiraan surgawi.


Penginjil Markus hari ini melaporkan bahwa Yesus turun dari gunung bersama para murid terpilih Petrus, Yakobus dan Yohanes, setelah menampakkan kemuliaanNya. Namun ada satu persoalan yang dihadapi adalah ketidakmampuan para murid untuk mengusir roh jahat yang membisukan seorang anak. Mendengar bahwa para muridNya tidak mampu mengusir roh jahat maka Yesus mengatakan kekesalanNya pada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” Yesus mempertanyaan iman dan kepercayaan mereka kepada Yesus. Ternyata tinggal bersama Yesus belum menjadi jaminan bahwa mereka sungguh-sungguh percaya pada Yesus. Selanjutnya Yesus melihat iman ayah anak yang bisu dan menyembuhkan anaknya. Yesus mengatakan kepada para muridNya bahwa semua roh jahat dapat keluar atau diusir dengan doa. Doa yang terus menerus akan menghancurkan kejahatan. Bagaimana kehidupan doamu? Apakah doa-doa yang dipanjatkan dengan iman sudah mengubah sebagian hidupmu?


Pada hari Senin ini kita juga langsung berjumpa dengan penulis Kitab Putra Sirakh yang

dengan tegas menjelaskan tentang kebijaksanaan. Baginya,Tuhan adalah sumber kebijaksanaan. Kebijaksanaan juga hanya ada pada Tuhan. Oleh karena itu Ia memiliki hak dan otoritas penuh untuk memberikannya kepada semua makhluk yang Ia sudah ciptakan, termasuk memberinya kepada setiap pribadi menusia sebagai sebuah anugrah. Hidup manusia selalu terarah kepada Tuhan sang sumber kebijakasanaan.


Dalam ajaran kristiani kebijaksanaan termasuk salah satu kebajikan atau keutamaan pokok (kardinal) di samping keadilan, kebenaran dan penguasaan diri. Menurut Ketekismus Gereja Katolik, kebajikan atau keutamaan adalah suatu disposisi bathin yang positif, kebiasaan baik dan kecenderungan untuk melakukan hal yang baik (KGK 1803; 1833). Mengapa disebut kebajikan kardinal? Karena semua kebajikan yang lain berada di bawahnya atau tergantung padanya. Di dalam Kitab kebijaksanaan dikatakan: “Kebajikan adalah hasil jerih payah kebijaksanaan. Sebab ia mengajarkan menahan diri dan berhati-hati, keadilan dan kebenaran, dari pada semuanya itu tidak ada sesuatu pun di dalam kehidupan yang lebih berguna bagi manusia” (Keb 8:7).


Apa yang dimaksudkan dengan kebajikan kebijaksanaan? Kebijaksanaan merupakan induk dari semua kebajikan. Kebijaksanaan adalah kebajikan dengan mana seorang menyadari kewajiban moralnya dan hal-hal yang mendukung untuk melaksanakannya. Orang yang bijaksana adalah orang baik karena melihat realitas hidup secara objektif, jelas, jujur, dapat menerapkan kebenaran-kebenaran dan penilaian moral serta mewujudkannya dalam suatu tindakan konkret. Pada prinsipnya kebijaksanaan adalah pengukur keadilan, penguasaan diri dan keberanian. Orang yang tidak bijaksana dalam hidup akan berlaku sembrono, tidak konsisten, lalai, hilang visinya tentang hidup kekal. Banyak orang bertindak tanpa banyak berpikir tentang apakah nantinya tindakannya itu dapat membawanya ke surga atau tidak. Mengapa? Karena semua tindakan kita sebenarnya harus mengarahkan kita menuju kepada Tuhan sebagai sumber kebijaksaan.


Seseorang dikatakan menjadi bijaksana dengan belajar membedakan apa yang penting dari apa yang tidak penting.Untuk merencanakan tujuan yang baik dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya. Kebijaksanaan dikatakan di atas sebagai induk dari semua kebajikan karena sifatnya mengarahkan semuanya kepada kebaikan. Pribadi

yang  bijaksana mengenali apa yang baik dan benar di dalam hidupnya sehingga dengan demikian dapat menerapkan kebajikan-kebajikan yang lainnya.


Sabda Tuhan hari ini mengatakan hal-hal yang sangat praktis. Kita dibimbing Tuhan untuk beriman secara bijaksana dalam arti iman yang berlandaskan pada doa tanpa henti. Dengan doa segala yang jahat pun dapat dikalahkan. Dengan doa orang semakin bijaksana dan selalu mengarahkan hidupnya hanya kepada Tuhan, sumber kebijaksanaan. Apakah anda beriman? Apakah anda bijaksana? Apakah anda beriman dengan bijaksana?


Doa: Tuhan, bantulah kami supaya dapat beriman dengan bijaksana. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply