Renungan 23 Mei 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa VII

Sir 5:1-8
Mzm 1:1-2.3.4.6
Mrk 9:41-50

Jangan menunda pertobatanmu!

Menjadi guru yang hebat itu tidak mudah. Kehebatannya terletak pada kesabarannya untuk membina para muridnya menjadi baik. Tuhan Yesus memiliki pengalaman yang sangat mendidik. Sudah lebih kurang tiga tahun, Ia membentuk para muridNya di dalam komunitas untuk mengenal dan memahami Kerajaan Allah yang suda ada, nyata di dalam diri Yesus sendiri, tetapi hati para murid masih keras dan tertutup. Pikirkan saja, Yesus sedang menjelaskan perutusanNya: “Anak manusia  akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit” (Mrk 9:31). Tetapi para muridNya saat itu sedang memperbincangkan keegoisan mereka yakni siapa yang terbesar di antara mereka. Maka Yesus membina mereka dengan pengajaran yang sederhana tetapi mendalam: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35). 


Yohanes sebagai murid yang dikasihi berbicara kepada Yesus: “Guru, kami lihat seorang

yang bukan pengikut kita mengusir setan demi namaMu, lalu kami cegah orang itu karena dia bukan pengikut kita”. (Mrk 9: 38). Mungkin Yohanes berharap akan mendapat jempol, tenyata ia disadarkan oleh Yesus untuk menjadi sesama bagi orang lain. Yesus mengajarkan sikap toleran kepada sesama manusia. Menjadi saudara bagi orang lain itu tidaklah gampang, tetapi Tuhan menghendaki kita menghayatinya di dalam hidup setiap hari. Lihatlah betapa rapuhnya para murid Yesus, tetapi Yesus selalu menunjukkan keilahianNya, kesabaranNya kepada mereka.


Hari ini Yesus berbicara tentang penyesatan-penyesatan yang dapat dilakukan oleh pribadi tertentu terhadap sesama. Biasanya penyesatan-penyesatan itu dilakukan oleh orang-orang yang lebih kuat dan dewasa. Mereka yang punya power akan memanfaatkan orang-orang yang lemah untuk kepentingannya. Orang-orang yang punya power menjadi batu sandungan bagi sesama manusia yang lemah. Kadang-kadang kesadaraan bahwa dimanfaatkan oleh orang tertentu muncul kemudian. Para murid diingatkan untuk menunjukkan wibawa yang terbaik sebagai rasul Yesus Kristus. Mereka harus berusaha untuk menjauhkan semua perbuatan salah dan dosa. Para murid hendaknya menjadi garam yang memberi rasa tersendiri kepada dunia.

Yesus juga mengingatkan kita semua bahwa segala perbuatan baik yang dilakukan bagi sesama yang paling kecil atau paling hina kita melakukan bagiNya. Perbuatan baik itu dilakukan dengan penuh kasih. Yesus memberi contoh dengan memberi segelas air kepada seorang pengikut Yesus sebanding dengan memberinya kepada diriNya sendiri. Namun demikian kalau ada seseorang yang berbuat jahat terhadap sesama sebanding juga dengan berbuat jahat kepada Yesus Kristus sendiri. Jadi apabila kita membuat batu sandungan bagi sesama atau menjerumuskan sesama ke dalam dosa maka sandungan itu harus dihilangkan meskipun harus mengurbankan mata dan tangan. 


Yesus dengan tegas berkata: “Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak

 kecil yang percaya ini lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut”. (Mrk 9:42). Menyesatkan anak-anak atau orang-orang yang lemah dan tak berdaya misanya melalui kata-kata dan perbuatan-perbuatan tertentu. Kalau seorang yang lebih dewasa melakukan kekerasan fisik dan verbal di hadapan anak-anak yang masih polos maka anak-anak akan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Kadang-kadang tidak disadari orang dewasa membicarakan kehidupan mereka bahkan hal-hal privacy di hadapan anak-anak yang masih belum seimbang kejiwaannya. Pelecehan-pelecehan fisik dan verbal juga sering terjadi dan menyesatkan sesama. Ini adalah perbuatan salah dan dosa. 


Hari ini kita semua dikagetkan oleh perkataan Yesus tentang bagian-bagian tubuh tertentu yang menjadi sarana untuk menyesatkan yakni tangan, kaki dan mata. Tangan biasa dipakai untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, kaki membantu kita untuk berjalan menuju ke tempat tertentu untuk bekerja, mata untuk melihat dan memandang. Tangan dan kaki bisa melecehkan diri sendiri dan sesama. Mata dapat digunakan untuk melihat dan memandang apa yang seharusnya tidak perlu dilihat dan dipandang. Maka Yesus menghendaki supaya semua hal ini harus dikontrol bahkan dimatikan. Lebih ekstrim Yesus mengatakan supaya dipotong dan dicungkil, kemudian buanglah jauh-jauh supaya bisa menjadi orang yang sempurna.


Penulis Kitab Putra Sirakh memberikan kiat-kiat tertentu dalam bacaan pertama terutama upaya untuk membangun sikap tobat. Dikatakan bahwa orang harus menyadari kelemahan-kelemahan di dalam hidup sehingga patut mengontrol diri dan memulai lagi hidup baru hari demi hari. Kadang-kadang yang namanya mencari alasan untuk membenarkan diri demi menutup kelemahan itu mudah dilakukan. Lebih jelas Penulis Putra Sirakh menulis: “Jangan mengandalkan kekayaanmu dan jangan berkata ini cukup bagiku. Hati dan kekuatanmu jangan kau turuti untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsumu”. Dikatakan juga bahwa Tuhan memang maharahim tetapi kita perlu sadar untuk tidak menunda pertobatan diri kita.

Sabda Tuhan pada hari ini menyadarkan kita bahwa ada banyak kerapuhan di dalam hidup ini. Kita adalah orang yang tidak sempurna. Hampir setiap hari tangan, kaki dan mata  kita menjadi batu sandungan bagi diri kita dan orang lain. Artinya, melalui perbuatan-perbuatan dan penglihatan, kita telah menyesatkan diri kita dan banyak orang dengan jatuh ke dalam dosa. Melalui tangan, kaki dan mata, kita memanfaatkan orang lain untuk memuaskan diri. Mungkin pada saat itu kita sadar tetapi sengaja meniadakan kesadaran dan terus menikmati dosa. Hari ini jangan menunda pertobatanmu!


Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk benar-benar memiliki semangat pertobatan di dalam hidup setiap hari. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply