Renungan 24 Mei 2013

Hari Jumat, Pekan Biasa VII

Sir 6:5-17

Mzm 119:12.16.18.27.34.35

Mrk 10:1-12

Bersatu  dan Setia Selamanya

Saya ingat sebuah lagu yang dipopulerkan Dewi Sandra dengan judul “Satu untuk selamanya”. Liriknya bagus dan tentu menarik perhatian kita semua: “Kalau kau ingin tahu perasaanku, sekarang saatnya kukatakan semua. Bagaimana kuatnya kumencintaimu, kuserahkan jiwaku, seluruh hati milikmu. Kalau kau ingin tahu isi hatiku, hanya ada dirimu yang terbaik untukku. Aku siap terima kekuranganmu. Ku berjanji  padamu, satu untuk selamanya. Tuhan, hari  ini aku bersumpah padaMu, sekarang sampai nanti dialah yang kucinta sampai selamanya. Takkan kuingkari janji setiaku. Sekarang sampai mati, kamulah yang kucinta”. Lirik lagu yang menarik ini pernah dinyanyikan sepasang pasutri ketika saya memberkati pernikahan mereka. Mereka berdua menyanyikan dengan bagus dan kami semua yang hadir dalam perayaan itu sangat takjub dengan merdunya suara mereka. Pasutri ini sudah tiga tahun menikah, dikarunia seorang anak laki-laki. Setiap kali bertemu dengan saya, saya melihat mereka selalu kompak. Mereka mengatakan kepada saya: “Romo, kami mau tetap satu untuk selamanya”.

Tuhan Yesus hari ini didatangi oleh orang-orang Farisi untuk mencobai Dia. Mereka

bertanya, apakah diperbolehkan seorang suami menceraikan istrinya. Bagi mereka, Musa saja memberi ijin dengan membuat surat cerai. Tetapi Yesus mengatakan bahwa Musa dapat menyuruh membuat surat cerai karena ketegaran hati manusia, ketegaran hati mereka sendiri. Padahal Tuhan sejak awal penciptaan dunia telah memiliki rencana istimewa bagi manusia pria dan wanita. Seorang pria yang hebat akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging. Dengan demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu. Oleh karena itu apa yang dipersatukan oleh Tuhan Allah, manusia tidak punya kuasa untuk menceraikannya. Yesus masih menambahkan pengajaran kepada para muridNya: “Barangsiapa menceraikan istrinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap istrinya itu dan jika istrinya menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria lain, ia juga berbuat zinah”

Meskipun orang-orang Farisi hanya mau mencobai Yesus namun penjelasan Yesus tentang sakramen perkawinan sangat mendalam. Yesus tahu bahwa relasi perkawinan para suami istri tidak beres dan terancam bubar atau bercerai karena ketegaran hati manusia. Meskipun janji perkawinan diucapkan di depan umum untuk setia dalam untung dan malang, diwaktu sehat dan sakit sampai maut memisahkan namun manusia tetaplah rapuh sehingga dewa ketidaksetiaan pun hadir tanpa perlu diundang. Ketika orang tidak setia dalam hidup perkawinan maka hatinya juga tegar. Orang ini tidak pernah merasa bersalah tetapi lebih suka mempersalahkan pasangannya. Selama mendampingi pasutri tertentu yang bermasalah, saya tidak pernah mendengar satu pasangan mengaku bersalah. Saling bertukar kesalahan itu yang paling banyak.

 

Para suami dan istri selalu lupa satu hal yang penting ini: Tuhan dalam rencana penciptaanNya menciptakan manusia sebagai pria dan wanita. Sang Pria yang diciptakan sebagai manusia pertama harus meninggalkan orang tuanya, pergi dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya bukan lagi dua melainkan satu pribadi saja. Kata-kata Yesus ini sangat luhur. Memang yang Yesus maksudkan adalah relasi intim antara diriNya sebagai Tuhan dan Gereja yang Ia dirikan. Namun relasi ini menjadi dasar bagi relasi suami dan istri. Pria meninggalkan orang tuanya, bersatu dengan istrinya dan menjadi orang tua baru. Dua pribadi menjadi satu pribadi! Ini relasi yang intim dan luhur sesuai rencana Tuhan. Itu sebabnya dalam perkawinann selalu ditegaskan bahwa hanya maut yang dapat memisahkan suami dan istri yang sudah menjadi satu daging.
Jadi di sini ada dua hal yang penting: Pertama, ketegaran hati suami dan istri dapat membuat suami dan istri bercerai. Kedua, pria meninggalkan orang tua dan bersatu dengan istri menjadi satu daging. Kedua hal ini sangatlah penting dan harus disadari oleh setiap pribadi sebelum hidup bersama sebagai suami dan istri. Apakah mereka dapat memiliki komitmen untuk bersatu sebagai suami dan istri yang tidak dapat dipisahkan selamanya? Ingatlah bahwa Tuhan telah mempersatukan suami dan istri maka tak seorang manusia pun yang berhak memisahkan mereka. Maka berdosalah bagi seorang pria yang merebut istri orang atau seorang wanita yang merebut suami orang! Hanya orang yang sudah mati rasa berdosanya yang dapat merebut pasangan orang.
Perkawinan dalam paham Gereja Katolik adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita yang terjadi karena persetujuan pribadi yang tidak dapat ditarik kembali dan harus diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami dan istri dan kepada pembangunan keluarga. Oleh karena itu diperlukan kesetiaan yang sempurna dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun kecuali maut atau kematian. Nah Tuhan Allah sendiri memberikan pria dan wanita persekutuan yang tidak dapat dipisahkan, “bukan lagi dua melainkan satu”. Suami dan istri menjadi tanda cinta kasih Allah yang meluap. Di dalam perkawinan katolik, ada tiga unsur penting yang harus dipegang teguh pasangan: persetujuan bebas, penegasan kesatuan eksklusif seumur hidup dan keterbukaan terhadap hadirnya anak-anak.
Penulis Kitab Putra Sirakh di dalam bacaan pertama memberikan kiat bagi para pasutri

untuk tetap bersatu. Mereka harus menjadi sahabat yang setia satu sama lain. Sahabat setia itu bagaikan obat kehidupan. Dalam situasi apa pun sahabat itu tetap setia. Apakah ini dapat menjadi dorongan istimewa bagi para pasutri? Setialah selamanya karena Tuhan juga setia kepada kalian! Para imam, biarawan dan biarawati juga berjanji untuk setia dalam hidup sebagai pribadi yang taat, miskin dan murni untuk Tuhan dan KerajaanNya. Kita semua berjalan menuju kepada persatuan dengan Tuhan atau kekudusan. Mari kita belajar menjadi setia seperti Yesus sendiri setia kepada Bapa di Surga.

 

Sabda Tuhan pada hari ini menekankan relasi yang intim antara Kristus dan Gereja yang tercermin di dalam relasi suami dan istri. Tuhan Yesus Kristus setia kepada Gereja maka hendaknya para pasutri juga setia selamanya dalam untung dan malang. Suami istri menjadi Gereja yang kelihatan, kudus dan satu karena dipersatukan oleh Allah sendiri.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, berkatilah keluarga-keluarga supaya mereka menjadi Gereja yang hidup karena persatuan kasih yang Engkau limpahkan kepada mereka. Amen
PJSDB

 

Leave a Reply

Leave a Reply