Renungan 1 Juni 2013

St. Yustinus, Martir

Hari Sabtu, Pekan Biasa VIII

Sir 51: 12-20

Mzm 19:8,9,10,11

Mrk 11:27-33

Menggugat Kuasa Yesus

Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta st. Yustinus. Orang kudus ini adalah orang asli Palestina, kelahiran Nablus, Samaria pada permulaan abad kedua. Ketika masih kecil ia mendapat pendidikan yang baik. Ia tertarik belajar Filsafat untuk mendapat kepastian tentang diri sebagai manusia dan Tuhan. Ia juga belajar Kitab Suci. Setelah melewati semua ini ia dibaptis sebagai pengikut Kristus. Ia kemudian menjadi pembela atau apologet kristiani terkenal. Ia mengajar di tempat-tempat umum dan menjelaskan tentang kebenaran agama kristiani yang percaya pada Yesus Kristus.

Dengan bangga sebagai pengikut Kristus, ia menulis buku “Dialog dengan Tryphon Yahudi”.

Yustinus menulis: “Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, atau pun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh”. Ia meninggal sebagai martir di Roma tahun 165. Yustinus memilih menjadi martir karena panggilan untuk mewujudkan cintanya kepada Kristus. Ia membuktikan bahwa kuasa yang besar itu hanya ada pada Tuhan yang ia layani. Segala kuasa dunia, kepintaran disingkirkan dan yang ada hanya untuk kemuliaan Tuhan.

Salah satu godaan yang sering di hadapi oleh manusia adalah kekuasaan. Dikatakan sebagai satu godaan karena setiap pribadi memiliki gerakan-gerakan tertentu dari dalam hatinya untuk memimpin dan dipimpin, menguasai dan dikuasai. Biasanya ada kecederungan tertentu untuk menguasai pribadi-pribadi tertentu, umumnya mereka yang lebih lemah itu mudah dikuasai. Di samping itu orang-orang asing, kaum minoritas juga dianggap sebagai kelompok yang mudah dikuasai bahkan diintimidasi oleh kelompok mayoritas atau pribadi tertentu yang memiliki power. Kelompok yang berkuasa atau si penguasa sering mengalami kesulitan pribadi karena ada ketakutan tertentu di dalam hidupnya misalnya takut kehilangan kekuasaan, takut persaingan tertentu dengan pihak lain. Begitulah situasi dunia kita. Dalam konteks Indonesia, kita menyaksikan berbagai pergolakan dalam tubuh partai tertentu. Ada korupsi di mana-mana, suap menyuap dengan uang rakyat. Rasa malu dan bersalah sudah mulai hilang. Inilah krisis kekuasaan di dalam masyarakat kita.

Situasi chaos dalam hubungan dengan kekuasaan sebenarnya ada sejak zaman dahulu.
Ketika Yesus mulai tampil di depan umum dengan menghadirkan Kerajaan Allah lewat Sabda dan KaryaNya, banyak orang yang saat itu merasa menjadi pempimpin atau penguasa merasa ada ancaman yang serius. Sebut saja berita menghebokan tentang kelahiran bayi Yesus, sang raja Yahudi baru dari para majus membuat Herodes bereaksi begitu keras sehingga membunuh anak laki-laki yang usianya di bawah dua tahun. Selama tampil di depan umum sampai wafatNya, Yesus tetap dimusuhi oleh para pemimpin agama Yahudi yakni para imam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus biasanya mengajar dengan kuasa dan wibawa melebihi nabi-nabi di dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pada suatu kesempatan Yesus dan para muridNya tiba di Yerualem. Yesus mengambil kesempatan tersebut dengan berjalan di halaman Bait Allah. Sebelumnya Ia mengusir para pedagang dari Bait Allah (Mrk 11:15-17). Para imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendekati Yesus dan bertanya kepadaNya perihal kuasaNya untuk mengusir orang dari Bait Allah, mengajar dan membuat mukjizat-mukjizat. Yesus tidak menjawab dengan kuasa mana dan dari siapa tetapi sebaliknya Ia berkata kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabannya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal itu. Baptisan Yohanes itu dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabannya!”. Perkataan Yesus ini ternyata menimbulkan kesulitan bagi mereka. Mereka pun mengatakan bahwa mereka tidak tahu perihal asal muasal baptisan Yohanes. Yesus pun tidak memberikan jawaban dengan kuasa mana Ia mengajar dan membuat mukjizat.
Kalau kita membaca Injil dengan baik, Yesus menunjukkan satu sikap penting di dalam Injil yakni suka mengajukan pertanyaan dan pernyataan penting kepada orang-orang disekitarNya. Misalnya, “Selidikilah Kitab Suci” (Yoh 5:39). Dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji apakah orang itu mengimaniNya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Luk 18:41). Ketika mengajar dalam bentuk perumpamaan, pada bagian terakhir Ia selalu bertanya kepada mereka dan butuh jawaban penting (Mat 21: 31.41).
Bacaan Injil hari ini mengarahkan kita untuk mengerti nita-niat kita untuk bertemu dengan Yesus. Ada yang mirip dengan para imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang datang tanpa ada iman kepadaNya. Mereka tidak mengimaniNya dan tidak mengenal kuasa Yesus sehingga mempertanyakannya. Butuh iman yang kuat kepada Tuhan Yesus.

Penulis Kitab Putra Sirakh menutup tulisannya dalam bacaan kedua dengan mengingatkan kembali tentang kebijaksanaan. Bahwasannya kebijaksanaan itu berasal dari Tuhan. Dialah yang menganugerahkannya kepada setiap pribadi. Setiap orang diarahkan untuk mencari dan menemukan Tuhan sumber Kebijaksanaan. Bila menemukan kebijaksanaan  maka orang itu akan menunjukkan rasa bahagianya. Sang penulis sendiri mengalaminya sejak masa mudanya dan ia sangat bersyukur. Memang orang yang memperoleh kebijaksanaan akan berjalan dalam jalan Tuhan. Hati dan pikirannya senantiasa terarah kepada Tuhan. Sangat menarik pada bagian terakhir dikatakan: “hatiku telah kuarahkan  kepada kebijaksanaan dan dalam kemurniaan hati aku menemukannya.

Sabda Tuhan pada hari ini mengarahkan kita untuk memiliki iman yang kuat kepada Tuhan. Iman adalah anugerah cuma-cuma dari Tuhan yang membuat kita bertumbuh sebagai anak-anak Tuhan sesuai dengan kehendakNya sendiri. Dia yang membuka pikiran kita untuk mengenalNya lebih dalam dan mengimaniNya. Sebagai pengikut Kristus, kita memulai perjalanan iman sejak dibaptis. Dalam nama Allah Tritunggal Mahakudus kita berjalan dan mengarahkan hidup kita kepadaNya.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki iman yang kuat dan tahan uji. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply