Renungan 11 Juni 2013

St. Barnabas, Rasul

Kis 11:21b-26; 13:1-3

Mzm 98:1-4

Mt 10: 7-13


Barnabas Namanya


Hari ini seluruh Gereja katolik merayakan peringatan St. Barnabas, Rasul. Kita dapat menemukan kisah hidup Barnabas di dalam tulisan St. Lukas yakni Kisah Para Rasul, khususnya Bab 4,9,11,13 dan 15. Ia berasal dari Siprus, keturunan Yahudi dari suku Lewi. Nama aslinya Yosef tetapi oleh para rasul diganti menjadi Barnabas berarti Putra Penghiburan. Dalam Bahasa Aram bar naḇyā berarti Putra Nabi. Dari makna nama ini, memang sangat melekat dengan personalitasnya. Ia berjumpa dengan Paulus dan membawanya kepada para murid serta menceritakan kisah pertobatan Saulus menjadi Paulus dalam perjalanan ke Damsyik. Ketika Paulus berada di Tarsus, Barnabas menjemputnya dan membawanya ke Antiokhia. Di Antiokhia, Tuhan Allah Roh Kudus sungguh-sungguh bekerja di dalam diri mereka. Pada suatu ketika, sambil berpuasa dan berdoa, Roh Kudus menaungi mereka dan berkata: “Khususkanlah Barnabas dan Paulus bagiKu untuk tugas yang telah kutentukan bagi mereka!” Setelah berpuasa dan berdoa, mereka meletakkan tangan ke atas kedua orang itu dan membiarkan keduanya pergi. Mereka berlayar ke Siprus. Di Antiokhia, untuk pertama kali para pengikut Kristus di sebut Kristiani.


Bersama Paulus mereka melakukan perjalanan Misioner pertama dan berhasil mempertobatkan banyak orang. Penderitaan pun mereka alami bersama demi Injil Kristus. Dengan bertambahnya banyak umat baru maka persoalan internal komunitas  pun ada. Pada waktu itu ada saudara-saudara dari Yerusalem yang mengatakan kepada jemaat di Antiokhia supaya mereka disunat dan mengikuti hukum Taurat. Sekiranya mereka tidak mengikutinya maka mereka akan dikeluarkan dari komunitas alias tidak memperoleh keselamatan. Barnabaslah yang diutus ke Yerusalem untuk berbicara dengan Yakobus dan para murid. Terjadilah Konsili pertama di Yerualem di mana disepakati bahwa untuk menerima kaum kafir ke dalam Gereja tidak harus menjalani aturan hukum Taurat. Barnabas meninggal dirajam oleh orang-orang Yahudi di Salamis.


Kisah kehidupan Barnabas sangat inspiratif. Ia memiliki keberanian untuk keluar dari Yerusalem untuk menjadi rasul di Antiokhia. Ia juga berani menjumpai Paulus yang barusan bertobat dan mempertemukannya dengan para rasul. Menjadi pewarta khabar sukacita memang membutuhkan keberanian. Di samping keberanian Barnabas, ia juga menunjukkan semangat rela berkorban bahkan nyawanya pun dikorbankan bagi Yesus. Sikap ini yang patut kita ikuti. Menjadi misionaris yang membawa kasih Allah kepada banyak orang di negeri-negeri lain membutuhkan keberanian dan pengurbanan diri. Allah Roh Kudus sendiri mengatakan: “Khususkanlah Paulus dan Barnabas untuk tugas yang telah kutentukan”. Tugas untuk mengajar, mempertobatkan, menginjili bangsa-bangsa.


Kiranya apa yang dilakukan Barnabas seratus persen sesuai amanat Yesus Kristus sendiri. Ia berkata dan memberi kuasa kepada mereka: “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang-orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan. Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah juga dengan cuma-cuma” (Mat 10: 7-8). Para murid juga diingatkan untuk menjadi rasul yang sederhana dalam hidup, bersahaja. Prioritas mereka adalah Kerajaan Surga maka hidup sederhana dan membawa damai itu juga menjadi tugas penting para rasul.

Semua pekerjaan atau kerasulan ini dilakukan secara cuma-cuma karena mereka sudah menerima cuma-cuma dari Yesus sendiri. Jadi kuasa untuk mewartakan Kerajaan Surga, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang yang mati, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan dilakukan secara cuma-cuma oleh seorang murid, tanpa menuntut balas sehingga kuasa itu betul-betul berdaya guna. Tugas perutusan lebih penting dari pada hal-hal duniawi. 


Sambil merayakan Pesta St. Barnabas, kita semua diingatkan untuk menjadi putra-putri Penghibur atau putra-putri Nabi. Kita menjadi misionari yang bertugas untuk menghibur saudara-saudari yang sedang berkesusahan sehingga dapat menerima Injil sebagai khabar sukacita. Kita adalah misonaris yang membawa damai dan sukacita bagi banyak orang. Para orang tua dapat menjadi misionaris bagi anak-anak dengan mengajar kebajikan-kebajikan kepada mereka. Tantangan bagi kita adalah banyak kali kita lupa bahwa kita melayani  dengan cuma-cuma. Masih ada hasrat untuk menerima keuntungan pribadi. Mari kita berbenah diri supaya Kristus dapat menjadi segala-galanya. 


Doa: Tuhan yang mahabaik, jadikanlah kami penghibur bagi saudara-saudari kami yang mengalami kesulitan hidup pada hari ini. Amen



PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply